25. MEMORI

60 11 8
                                    

"Kalo aku mau hidup kamu, kamu mau kasih?"
_____________

Selamat Membaca~

🖋️

Albi memeriksa kembali barang bawaannya meski sudah di siapkan dari tadi malam. Entah sudah berapa kali Albi mengecek isi ransel merah tersebut. Hari ini, hari terakhir ujian Mid Semester. Pulang sekolah kemarin Aigal bilang ingin mengajak Albi dan Kanaya untuk liburan ke pantai, sesuai janjinya. Mereka berangkat setelah Dzuhur dan diperkirakan akan sampai di sana ba'da Ashar. Aigal juga telah menyewa villa di sana.

Albi sudah di izinkan Neneknya untuk pergi. Untung saja Mami Abing datang ke rumah saat Albi meminta izin, Mami menawarkan diri untuk membantu merawat Nenek selama Albi pergi. Ia siap tinggal di rumah Albi untuk menemani Nenek. Tidak peduli anak-anaknya yang lain marah. Mami melakukan itu sebab kasihan dengan kehidupan Albi dan Neneknya. Satu lagi, Mami berteman baik dengan Ibu Albi saat sekolah, mulai dari SD sampai SMA.

"Albi temannya datang, nih!" teriak Mami Abing dari teras.

"Albi keluar, Mi!" sahut Albi, berlari.

Di teras sudah ada Aigal dan Kanaya. Setelah Albi datang, barulah mereka pergi. Sebelum itu mereka bersalaman dengan Nek Mima dan Mami Abing. Sekali lagi Albi berpesan pada Mami Abing untuk menjaga Neneknya di sertai juga ucapan maaf karena telah merepotkan Mami Abing. Wanita itu tersenyum dan membantah semua ungkapan rasa tidak enak Albi padanya.

Mobil sport hitam jenis Porsche 718 Boxster melaju di jalanan sekitar dua jam. Barulah kendaraan roda empat itu berhenti di pelataran villa tepi pantai yang di sewa Aigal. Karena besok hari Minggu, Aigal mengajak kedua temannya untuk menginap di villa satu malam, barulah sore besok mereka pulang.

Albi terpesona melihat villa yang di sewa Aigal. Kesan mahalnya terpancar jelas. Bisa di tebak tidak sedikit uang Aigal keluar untuk menyewa bangunan ini. Satu lagi, ini pertama kali Albi tinggal di villa.

Aigal menghalau rasa kagum Albi dengan menyuruhnya masuk. Di dalam villa, rasa kagum Albi semakin memuncak. Semuanya tertata rapi dan bersih, penerangannya pun lengkap. Semua ruangan memiliki lampu yang sangat terang, tak satupun ruangan di biarkan gelap.

"Kamarnya ada empat, di bawah dua, di atas dua. Pilih aja yang mau lo tempatin," ucap Aigal.

"Kamu yang mana, Gal?" tanya Kanaya.

"Atas deh, gue mau liat pantai dari balkon," jawab Aigal.

"Albi gimana?" Kanaya menoleh pada Albi.

"Albi di bawah aja. Kanaya aja yang di atas, biar bisa liat laut juga lewat balkon," jawab Albi tersenyum.

"Emang kamu gak mau liat laut?"

"Ntar kalo mau liat, aku mampir ke kamar Aigal aja."

"Yodah, yok beberes abis ini kita belanja di supermarket deket sini, terus kita bakar-bakar. Abis itu cari angin ke pantai bentar, gimana?" ajak Aigal.

Albi mengangguk-angguk mendengar ajakan Aigal. "Bagus tuh."

"Asyik kayaknya," ucap Kanaya ikut mengangguk-angguk.

"Emang asyik. Yodah beberes!" pungkas Aigal.

Kanaya dan Aigal melangkah menaiki tangga. Sedangkan Albi pergi ke kamarnya yang cukup jauh dari tangga. Ia menekan ke bawah gagang pintu coklat tersebut hingga terpampang sebuah ruangan yang luas dengan nuansa putih. Lemari besar di sudut kamar mungkin terlalu sepi untuk sekedar menampung pakaian Albi saat ini.

AFEKSI (end)Where stories live. Discover now