"Dimana tempatnya Yasmin?"
"..." Yasmin tidak menjawab pertanyaan Ezra.
Perempuan itu memejamkan matanya, sembari meremas dengan kencang sabuk pengaman yang tadi di pakaikan Ezra di tubuhnya.
Manis. Perlakuan laki-laki itu benar-benar manis dari dulu, sampai sekarang. di samping fakta kalau dia gemar sekali memaksa dan juga berkata-kata kasar.
Apa sebutanya? Tsundere.
"Yasmin," Panggil Ezra lagi, dari kursi kemudi. Kali ini benar-benar terdengar lembut di telinga Yasmin.
Bulu halus Yasmin meremang. Suara Ezra yang sedikit serak dan juga dewasa itu semakin terdengar jelas di telinganya, karena perempuan itu sedang memejamkan matanya.
Ezra melirik Yasmin, dan menyadari kalau perempuan itu sedari tadi tampak memejamkan matanya dengan tegang. Ezra memberhentikan mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah merah. Kemudian ia menghembuskan nafasnya.
Tak bisa di pungkiri, melihat Yasmin yang tampak sangat tertekan, membuat Ezra menjadi merasa bersalah.
"Aku minta maaf, Yasmin. Aku minta maaf aku tadi tiba-tiba membentak kamu, menarik lengan kamu, memaksa kamu untuk ikut dengan aku. I'm sorry,"
Yasmin menarik nafasnya panjang, kemudian masih dengan mata yang terpejam, perempuan itu berkata "Aku mau keluar,"
"Kita di tengah-tengah jalan raya,"
"Menepi, di manapun. Aku mau keluar Ezra," kata Yasmin, lebih tegas. Membuat Ezra yang sedang merasa bersalah itu, menghembuskan nafasnya.
"Oke. Tapi kita bicara dulu,"
"I don't want to talk,"
"Yasmin, please... Just, 30 minute," pinta Ezra, sembari menghadap ke arah Yasmin yang masih memejamkan matanya.
Yasmin terlihat terdiam untuk beberapa menit, perempuan itu berulang kali, menarik nafasnya panjang lalu membuangnya lagi dengan perlahan. Kemudian setelah beberapa saat, melakukan itu, ia mencoba untuk membuka kelopak matanya.
Ezra sudah harap-harap cemas ketika Yasmin membuka kelopak matanya. Ia takut, Yasmin nekat membuka pintu penumpang, lalu segera pergi begitu saja. Meninggalkan dirinya yang tentunya akan merasa sangat panik.
"Yasmin aku-"
"Sudah lampu hijau," selak Yasmin, menatap lurus-lurus kedepan. Membuat Ezra sedikit terkesiap, dan segera memegang kemudinya lagi.
"Let's talk," kata Ezra saat mobil sudah berjalan lagi. Kemudian laki-laki itu menarik nafasnya.
Yasmin membuang pandangnya ke arah kiri, menatap trotoar jalan protokol, dengan pandangan kosong.
"I have a date," kata Yasmin. Tidak berniat mendapat respon apapun dari Ezra. Ia hanya berniat menolak ajakan mengobrol laki-laki itu
Ezra mencengkram setir mobilnya tanpa sadar. Kesal? Tentu saja laki-laki itu merasa kesal. Tetapi, tentu saja ia tidak bisa melakukan apa-apa karena seperti kata Zayn, Ezra sendiri bahkan tidak tahu apa maunya terhadap Yasmin.
"Kalau begitu, stelah kamu selesai berkencan," kata Ezra, setengah rela, sembari laki-laki itu mendengus pelan
"You don't want to wait that long. Kamu benci menunggu," kata Yasmin.
Ezra tersenyum tipis. Yasmin masih mengingatnya.
"Try me. Aku akan menunggu, selama apapun, karena aku sudah menunggu hari ini untuk terjadi,"

YOU ARE READING
Diary Gadis Coklat
Romance(COMPLETED) . . . Masih seputar Ezra dan Yasmin. Masih seputar harapan-harapan semu. Masih seputar Ezra yang terlalu bodoh dengan perasaannya. Juga dengan Yasmin yang terlalu tidak percaya diri dengan tubunya yang gemuk. Sequel dari Diary SMA Gantar...