Yasmin menghembuskan nafasnya.
Sepuluh menit yang lalu, Ezra mengatakan kalau ia akan menemui ayahnya di ballroom, bersama dengan Mallory, membenahi sedikit kekacauan yang laki-laki itu sebabkan tadi. Sementara Yasmin dan Jovie, tidak di perbolehkan untuk kembali sebelum Ezra selesai membereskan masalahnya.
Jovie menyentuh tangan Yasmin yang berada di atas pahanya. Suara orang berbicara di televisi yang beberapa menit yang lalu di nyalakan oleh dirinya seketika saja bak hilang di telan kesunyian ketika Yasmin menoleh dan tersenyum.
Jovie tersenyum "Maafin Mama, ya," katanya.
Yasmin membesarkan matanya "Mama,"
"Maafin Mama yang tidak mengerti keadaan, dan mencoba menjauhkan kamu dari Ezra," Jovie mengusap tangan Yasmin dengan jemarinya. "Kalau saja Mama tidak menyembunyikan kamu dulu, kamu mungkin tidak akan menderita selama itu,"
Yasmin menarik nafasnya, sesak tiba-tiba melanda dirinya "Ma, ini bukan salah Mama. Dulu kan, memang aku yang minta untuk tidak mempertemukan aku dengan Ezra,"
"Tapi kalau dulu Mama menolak. Keadaan kamu mungkin akan jauh lebih baik. Dan lima belas tahun Yasmin! Lima belas tahun adalah waktu yang sangat lama..."
"Keadaan aku sekarang, sangat-sangat baik Mama. Jangan merasa kalau ini salah Mama. Apapun yang sudah Mama lakukan kepada aku, tidak pernah sedikitpun membuat aku lantas menyalahkan Mama. Aku jusrtu sangat bersyukur bisa memiliki seseorang seperti Mama yang luar biasa perhatian dengan aku. Jadi, please Mama, jangan meminta maaf."
Jovie mengusap air matanya yang kembali jatuh di pipinya. Kemudian Yasmin tersenyum dan ikut Memegang pipi Jovie.
"I'm happy now. Terimakasih atas segala perhatian, dan kasih sayang Mama, yang bahkan tidak aku dapatkan dari Mamahku sendiri." kata Yasmin, yang langsunh membuat Jovie memeluk Yasmin, dan kembali menangis.
"Yasmin," Jovie terisak, pelukan Jovie di badan Yasmin terasa sangat erat.
Yasmin tersenyum lagi, kemudian ia ikut memeluk Jovie dengan erat. Mengusap-usap punggung wanita itu, menenangkannya.
"Berarti sekarang kamu benar-benar bisa menjadi bagian dari keluarga Widjaya, kan? Mama tidak perlu berlagak, kalau kamu ini anak Mama, kan?"
Yasmin tertawa samar "Aku selalu menganggap Mama, sebagai Mamaku sendiri, walaupun nama belakang aku masih nama Papah, bukan Widjaya Ma."
"Then i'll make it that way. Akan mama buat belakang kamu menjadi Widjaya," Jovie berkata kemudian ia melepas pelukan Yasmin dan menatap Yasmin dengan serius.
Yasmin membesarkan matanya.
"Kapan kamu berencana akan menikah dengan Ezra? Umur kalian sudah sangat matang untuk menikah. I mean, bisakah kalian melakukannya secepat mungkin? Mama tidak mau ambil resiko, untuk kehilangan kamu,"
Yasmin membuka mulutnya terkejut, seolah tersedak, Yasmin jadi terbatuk-batuk "Aku belum terpikir untuk sejauh itu Ma. Terlebih Ezra. Aku rasa dia juga belum terpikir untuk ke arah situ,"
"Kenapa tidak?"
"Ya?" Yasmin menaikan kedua alisnya. Bingung hendak menjawab pertanyaan Jovie barusan dengan jawaban apa.
Pertanyaan macam apa yang barusan ia dengar? Maksudnya, menikah dengan Ezra? Dirinya bahkan baru hari ini berbaikan dengan Ezra, belum ada satupun pembicaraan bagaimana hubungan ini akan berlanjut.
"Besok malam mau?" Jovie bertanya dengan enteng "Keluarga kamu ada di rumah, kan?"
"Besok malam apanya?"

YOU ARE READING
Diary Gadis Coklat
Romance(COMPLETED) . . . Masih seputar Ezra dan Yasmin. Masih seputar harapan-harapan semu. Masih seputar Ezra yang terlalu bodoh dengan perasaannya. Juga dengan Yasmin yang terlalu tidak percaya diri dengan tubunya yang gemuk. Sequel dari Diary SMA Gantar...