09 : Protective

2.4K 334 69
                                    

"Bunda, aku dihamilin Mas Byan."

Jihan yang tengah mengusap-usap rambut Byan yang rebahan di atas pahanya harus menahan tawa karena melihat raut shock suaminya itu. Tampaknya, pemilihan kata yang dia pakai terdengar berlebihan hingga Byan merasa sedikit sebal.

"Yang,"

"Kenapa? Keberatan? Ini kan, emang hasil perbuatan kamu."

"Ya tapi 'kan, kamu bisa bilang aku hamil anaknya Mas Byan, bukan dihamilin Mas Byan. Inget, kita bikinnya bareng loh, kok nyalahinnya perbuatan aku aja."

"Aku engga nyalahin."

"Ulang, bukan dihamilin."

"Udah ah jangan ribut. Bunda denger tahu." Jihan menutup mulut Byan dengan sebelah tangan, dan tangan lainnya memegang ponsel. "Bunda sama ayah sehat?"

Byan menepis tangan Jihan dari mulutnya dengan lembut. "Besok kita ke sana," ujarnya pelan.

"Beneran?"

"Iya. Tapi ke rumah keluarga aku dulu. Aku mau kasih tahu kabar ini secara langsung. Baru setelah itu kita ke rumah orangtua kamu dan menginap. Kamu pasti kangen mereka. Tapi jangan lama-lama, dua atau tiga hari aja."

Jihan mengangguk. "Aku bilang ke Bunda ya. Takutnya bunda gak ada di rumah besok, tapi gak mungkin sih."

"Iya."

Jihan pun bicara agak lama dengan Keira di telpon itu. Byan tidak menyela lagi dan asik dengan dunianya bersama perut Jihan. Ya, dia begitu senang menyapa buah hatinya yang baru akan menginjak dua bulan itu.

Sometime later,

Jihan menaruh ponselnya ke sebelah dirinya setelah panggilan berakhir, lalu mengusap kepala Byan again dengan penuh kelembutan.

"Aku yang hamil tapi kenapa kamu yang jadi manja sih?"

"Bawaan punya istri."

"Jadi manjanya cuma sama aku?"

"Dulu ke mama, sekarang cuma ke kamu."

Jihan mengulum senyum. Ternyata benar, mendapatkan pria yang cintanya jauh lebih besar daripada cinta kita kepada mereka itu sangat menyenangkan. Sejauh ini itu yang Jihan terima. Mulai dari effort, perhatian, kasih sayang, cinta, pria itu dengan sangat hambur-hamburan memberikan itu semua kepada dirinya.

"Kenapa ke mama udah engga?"

"Malu sama kemaluan."

"Heh!" Jihan tertawa lepas. "Maksudnya udah besar ya?"

"Apanya yang besar?"

"Usia kamu lah, mas. Masa-"

"Jadi punya aku kecil?"

"Besar kok. Eh!" Jihan menutup wajahnya yang memerah padam. Apalagi Byan terus menatapnya, rasanya semakin ingin hilang saja dari bumi. "Gak gitu. Maksudnya, iya sih, tapi," Byan tertawa gemas.

"Lucu."

"CK, diem!"

Byan bangun terduduk lalu berusaha membuka tangan yang menutupi wajah Jihan itu sekuat tenaga. Semakin digoda, entah kenapa Byan semakin gemas kepada istrinya itu.

"Ngapain malu sih, sayang? Yang denger juga cuma aku aja."

"Gak biasa aja bahas kaya gini."

Byan tersenyum menatap wajah Jihan yang sudah terpampang jelas kembali. Pria itu menyempilkan rambut istrinya ke belakang telinga sehingga anggota itu terlihat.

Married With TeacherWhere stories live. Discover now