16 : Eating Together

1.6K 289 29
                                    

"What the?"

Pagi ini ledakan masalah benar-benar mengejutkan dirinya. Jisa tidak bisa berkata-kata lagi saat tahu grup ramai membahas soal sahabatnya, Jihan. Hal itu dimulai ketika Ester membagikan foto Jihan di tempat tunggu pemeriksaan kehamilan kemarin hari sebelum Byan datang. Puncak kegaduhannya tidak disitu, tapi saat Ester mengatakan hal yang tidak benar di grup—mencaci Jihan agar orang percaya kalau dia hamil duluan.

"JISA!"

Saepul dan Luky yang datang di waktu yang sama berlari ke arahnya. Wajah mereka juga terlihat panik mengartikan kalau mereka pasti sudah tahu apa yang sedang trending di sekolah saat ini.

"Lo liat grup?" tanya Saepul.

"Ester sotoy banget, anjir."

"Gue khawatir sama Jihan. Gue takut fitnah Ester bikin down mentalnya apalagi orang hamil tuh lebih sensitive perasaannya. Sekarang gini aja, gue sama Saepul cek ke kelas buat cari Jihan, lo temuin Pak Byan dan kasih tahu ini," kata Luky.

"Hi, guys!"

Serempak mereka menatap Iren yang baru datang. Raut Iren yang semula tersenyum berubah heran melihat betapa resahnya wajah mereka semua.

"Kenapa sih?"

"Lo gak cek grup?"

"Engga. Emang ada apaan?"

"Gak ada waktu buat jelasin. Sekarang mening lo ikut gue ke kantor!"

Jisa menarik tangan Iren dan membawanya ke kantor dengan tidak sabaran. Gadis itu sampai harus menyesuaikan langkah Jisa dengan usahanya yang keras. Karena dia juga berjalan terlalu cepat.

"Lo gak bisa nyantai dikit?"

"Gak bisa!"

Sesampainya di kantor, mereka mendapat jawaban bahwa Byan tidak ada di sana. Kabar ini nyatanya telah sampai ke telinga para guru. Jisa tidak bisa membayangkan hal apa yang akan menimpa Jihan nanti akibat masalah ini.

"Kalian mau kemana?"

"Kita keluar sebentar, Bu."

"Bentar lagi bel, masuk ke kelas! Kalian ini lagi ujian, jangan menganggap enteng."

"Tapi,"

"Gerbangnya udah Pak Satpam kunci."

*****

Jihan berada di tempat yang seharusnya di mana ia merasa nyaman. Dan tak ada hal yang bisa menandingi itu selain pelukan hangat suaminya. Untung Byan tahu situasi yang sedang marak di sekolah ini dengan pesat sehingga ia menjadi orang pertama yang melindungi istrinya.

"Aku selalu ada buat kamu sayang, jangan sedih terlalu lama ya. Tapi kalau kamu mau nangis, nangis aja sekarang. Aku di sini siap dengerin semuanya."

Sikap kuat yang ia tunjukkan di depan Ester dan semua orang di kelas tidak berlaku lagi saat bersama Byan. Bahkan untuk tahan tidak menangis saja dia tidak bisa. Air mata mengalir begitu mudahnya hingga Byan semakin bisa melihat kalau perasaannya tengah terluka.

"Semuanya salah aku."

Byan berkata parau sambil menahan tangis di balik wajahnya yang bersembunyi di puncuk kepala Jihan. Pria itu mengecup ubun-ubun istrinya intens dengan penuh emosional.

Married With TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang