1 bulan kemudian.
Christy dan Chika sedang berada di mobil. Chika sedang fokus menyetir mobilnya.
Mereka mau kemana? Jawabannya mereka ingin ke sekolah Christy, pengambilan rapot akhir semester 2.
Christy terus saja diam, kepalanya tertutup penutup kepala. Rambutnya kian hari semakin rontok."Kak Chika. Aku takut deh nilai di rapot tiba-tiba anjlok.." gumam Christy. Jantung berdetak kencang.
"Dek, kamu jangan takut. Kakak yakin, nilai kamu pasti semuanya A kok, kamu kan juara kelas," Chika tersenyum.
"Semoga ajaa. Kak.." Christy menoleh ke arah Chika. "Kalo misalnya aku dapat rangking 3 besar lagi, kita habis dari sekolah ke kuburannya mama papa, ya? Mau kasih tau aja."
"Okee," Chika mendengar itu, rasa rindunya kembali muncul. Matanya hendak meneteskan air matanya.
"Maa.. paa. Coba lihat anak bungsu kalian.." Chika menatap Christy melalui kaca dimobil. "Christy. Dia sudah beranjak remaja. Sungguh cantik anak bungsu kalian ini, aku sangat menyayangi diaa. Dia sedang berjuang melawan kankernya, Ma, Pa. Semenjak ia menderita kanker, ia berubah menjadi anaknya lebih dari pendiam.." lanjutnya melalui batin. Seketika air matanya gugur di pipi.
"Kak? Kakak nangis?" Sungguh peka Christy terhadap kakak kandungnya. Ia langsung mengambil satu lembar tisu. Ia usapkan tisu itu di pipi Chika yang dibasahi air matanya. "Kak Chika jangan nangiss.. aku nanti juga ikut nangis, kasian mama papa gak rela ninggalin kita berdua. Aku tau, pasti kakak nangis karena kangen mama papa, kan?" Chika mengangguk.
Christy mencium pipi Chika sekilas. "Udahh, ya? Jangan nangis lagi. Kasian wajah cantik Kak Chika, nanti cantiknya hilang.."
"Aku sayang Kak Chika. Aku sayang dan sayang.. banget. Gak bisa menjelaskan betapa sayang aku ke kakak," lanjutnya.
"I love you, Angelina Christy.."
"I love you too, Kak, i love you so.. much!"
°°°
Di sekolah, Chika duduk di koridor kelas angkatan Christy yaitu koridor kelas 7. Ia terus memperhatikan Christy, agak khawatir. Karena wajah Christy pucat, keringat mengucur di keningnya.
"Baiklah! Saya akan mengumumkan juara umum 3 besar kelas 7!" Ucap kepsek sekolah dengan mic. Semua murid berbaris menunggu cukup lama.
Juara 3 dan 2 sudah disebutkan dan maju kedepan. Christy sangat takut mengecewakan keluarganya.
"Juara 1. Dari kelas 7B. Adalahh.." ujar kepsek. "Angelina Christy Siallagan!!"
Chika tercengang, tak menyangka adiknya juara umum di sekolahnya. Christy sangat bahagia, lalu ia maju kedepan dekat tiang bendera. Baris sesuai juara 1, 2 dan 3.
"Christy.." Chika tersenyum lebar. Sangat bangga. Sedangkan Christy terus saja menatap ke arah Chika.
"Kakak bangga.." batin Chika.
Hadiah sudah diberikan kepada masing-masing siswa yang juara umum. Tiba-tiba Christy merasakan pusing yang sangat amat sakit, pandangannya kabur menjadi hitam, darah mengucur di hidungnya.
"Mama, papaa.." gumam Christy, sempoyongan.
Chika dengan segera berlari ke arah Christy. Tepat waktu, Christy pingsan dan ditahan oleh Chika. Para guru² pun panik, murid juga.
"Dekk.. dedekk.." Chika mengguncang tubub Christy. "Bangun, Dekk.."
"Chika! Tolong bawa Christy ke rumah sakit, saya yang telpon ambulance!" Ucap salah satu guru. Banyak guru yang bergerumbul.
"Baik, Pak," Chika mengangguk.
°°°
"Dedekk.." Chika, ia menangis sesegukan. Tubuhnya dipeluk Adrian, neneknya hanya mengusap punggunya lembut.
Christy koma dirumah sakit, banyak alat asing menempel di tubuhnya. Ia di ruang icu. Belum boleh satupun orang masuk ke dalam ruangnya.
Chika meletakkan kedua tangannya di kaca menghubung ke dalam ruang dapat memperlihatkan Christy yang sedang koma."Yang sabar, Cu, kita banyak berdoa buat dedek. Semoga dedek cepat sembuh dari kankernya.."
"Aamiinn, saya harap semoga Christy cepat sembuh. Dan bisa berekspersi seperti anak seumurannya yang lain," lanjut Adrian.
°°°
Ceklek!
Pintu ruang icu terbuka. Chika mendatangi Christy setelah hampir seminggu tak kunjung siuman dari komanya.
Chika menarik kursi lalu duduk di samping brankar. Ia dengan pelan mengelus punggung tangan Christy yang terhubung dengan infus."Dek.. kamu kapan bangunya?" Air matanya sudah menetes. Sedari tadi ia menahan air matanya. "Kakak kangen banget sama kamu," ia mengangkat tangan Christy kemudian ia cium cukup lama. Setelah itu Chika menatap Christy, mulut dan hidungnya tertutup oksigenasi. Suara di ruang itu hening, hanya terdengar suara dari alat-alat asing.
"Kamu harus berjuang, melawan kanker darah kamu. Entar kalo kamu udah sembuh, kakak janji, kakak gak akan kayak dulu lagi. Kakak selalu jarang ada di rumah, gak bisa bagi waktu untuk keluarga.."
Ini sungguh menyakitkan, air matanya terus mengalir. Beberapa kali ia cium punggung tangan adiknya. "Maafin kakak, Dek. Maafin kakak."
"Kakak juga minta maaf karena udah pernah bikin kamu nangis dan nampar kamu dengan seenaknya. Ini salah kakak.."
Sekali lagi ia memperhatikan Christy. Ia tersentak, Christy masih belum sadar dari komanya namun ia tiba-tiba mengeluarkan air mata. "Dek? Kamu nangis.." dengan segera Chika mengambil tisu, ia usapkan tisu itu ke pipi dan bawah mata Christy.
"Kamu denger, ya? Apa yang kakak bilang?" Tak dijawab Christy. Namun Chika dapat merasakan jika adiknya itu mendengar apa yang dirinya ucapkan.
"Kamu.." Chika mengusap pucuk kepala Christy. "Akan menjadi orang yang paling kakak sayang," Chika mencium kening Christy cukup lama.
"Kakak akan terus bersama mu dihari terakhir kita bersama sebelum kamu pergi untuk selamanya.."
"Kakak yakinkan. Kakak adalah cinta terakhirmu.."
Tbc
Maafkan author kalau dikit ygy
Im very, very sorry 😿🙏🏻

ESTÁS LEYENDO
For My Dear Sister [ Completed ]
Fanficmenceritakan tentang sepasang adik dan kakak yang sudah ditinggal kedua orangtuanya karna sebuah kecelakaan pesawat yang cukup tragis Sang kakak pun harus menafkahi adiknya walaupun kedua orang tuanya sudah tiada. suatu hari terjadi sang adik jatuh...