For My Dear Sister { 20 }

884 50 9
                                    

Yey udah chapter 20 aja.
Tinggal beberapa chapter lagi end deh
Xixixixi


°°°






1 bulan kemudian.

Pukul 02:31. Kebanyakan pukul 02 dini hari orang-orang sudah tidur kan?
Chika dan Shani sedang tidur dikamar mereka.
Shani memeluk Chika dari belakang, Chika gaya tidurnya dengan keadaan menyamping ke kiri.

Chika tiba-tiba terbangun karena merasakan sakit yang amat besar di area perutnya. Ia segera membangunkan Shani.

"Ahh!! Sayangg.. sakittt.." ringis Chika menepuk paha Shani kuat.

Shani ikut terbangun, kemudian ia berdehem. "Kenapa, Sayang?"

Air mata Chika perlahan menetes dipipinya. Ia memegang perutnya. "Sakitt.. aku kayaknya mau melahirkan deh!! Aaaaa.. Mamaa.."

Shani langsung panik, saat ia membuka selimut sudah ada sebuah air mengalir deras di paha Chika.
Shani bangkit dari kasur. "Sabar ya, Sayang, aku bangunin Christy sama Zee dulu," Chika mengangguk.
Shani meninggalkan Chika sendirian dikamar. Shani berlari ke arah kamar Zee dan Christy.

Tak lama, Shani datang. Shani memapah tubuh Chika.
Chika terus saja berteriak kesakitan.

"Sayangg.. gak kuatt!!"

"Sabar, sabarr," Shani sudah sangat panik. Pikirannya menjadi kemana-mana.




°°°





Di rumah sakit, lebih tepatnya di dalam ruang bersalin.
Teriakan dan tangisan sangat terdengar.
Chika menggenggam kuat tangan Shani. Rambut Shani kini sudah acak-acakan, tangannya ada yang kena luka cakaran.

"Cii.. aku udah gak kuatt," ujar Chika seraya menangis.

Shani mengecup punggung tangan Chika. "Kamu harus kuatt.. kasian buat bayi kita nanti, kalau gak ada Bundanyaa.. aku akan terus disisi mu, gak akan ninggalin kamu sampai kapanpun. Aku berjanji," gumam Shani.

"Tapi, Cii," lirih Chika.

"Sstt.. gak ada tapi-tapi'an.." potong Shani dilanjut dengan tersenyum.

Chika sedang berjuang melahirkan putrinya. Teriakan dan rintihan sangat keras, membuat Shani tak tega.
Tangisannya membuktikan jika Chika adalah wanita yang kuat. Chika terlihat memakai selang oksigen yang terhubung dengan hidungnya.
Rasanya sangat.. sakit, bahkan lebih. Chika sedang di fase hidup dan mati, karena berjuang melahirkan. Shani berjuang menyemangati Chika, membuat Chika semakin berjuang jika dirinya bisa.

"Aku yakin, kamu adalah ibu yang paling kuat.." gumam Shani. Menghapus air mata yang mengalir di pipi Chika.
Sebenarnya, Shani juga menangis karena tak tega melihat Chika.

Puluhan menit berlalu.
Tangisan sakit, berubah menjadi tangisan bahagia. Mereka berdua terharu, kadang tertawa kecil bersamaan.
Suara tangisan bayi perempuan terdengar keseluruh ruang, bahkan luar ruangan. Membuat hati Chika dan Shani tersentuh. Mereka berpelukan sejenak. Plasenta pun berhasil keluar.

"Alhamdulillah.." ujar Shani.

"Puji Tuhan," sambung Chika. Nafasnya masih tersengal.

For My Dear Sister [ Completed ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora