9

314 73 9
                                    

"Wih, pak Dhika makin gans aja nih."

"Pak CEO, bau duitnya kecium sampai sini euy."

"Gila sih, pak Dhika emang bening banget. Ngalah-ngalahin beningnya Qamua cuy."

Seperti itulah model sapaan para karyawan saat Adhika datang ke kantor, mereka tidak berbisik atau pun bergosip tapi bicara terang-terangan dengan suara yang keras. Mereka juga tidak membungkuk dengan segan ataupun takut saat Adhika lewat.

Jangan pernah berfikir bahwa di luar keluarganya Adhika bersikap dingin dan irit bicara, karena itu salah besar.

Nyatanya Adhika tetap gesrek dimanapun dan kapanpun, kecuali saat marah tentu saja. Selain gesrek, pria itu juga bermulut pedas, suka nyinyir dan nge gas. Makanya tidak heran kalau Titania selalu menyebutnya galak. Mungkin bisa kali ya, Adhika di buatkan sinetron GGS, yang kepanjangannya Gesrek Galak Sengklek.

Adhika mengangkat tangan sambil tersenyum tanda menyahuti sapaan mereka, ia berjalan mendekati salah satu karyawati yang tadi menyebutnya makin gans.

"Matamu sangat sehat," ucapnya terkekeh.

Pria itu berjalan menuju lift, tangannya menekan tombol lantai 29 tempat ruangannya berada. Saat lift terbuka, pria itu refleks mundur sambil berteriak.

"Woy anjing!! Ada mbak kun disini!!"

"Aish, pak Dhika ngagetin tau nggak!" protes oknum yang di teriaki Adhika.

Perempuan di dalam lift itu menegakkan badannya, lalu menarik tangan Adhika agar cepat masuk. Pria itu tak sadar kalau teriakannya mengundang perhatian banyak orang.

"Lah, ternyata lo Titan! Sumpah lo bikin gue hampir jantungan."

Bagaimana tidak kaget, kalau saat lift terbuka yang ia lihat adalah seorang perempuan yang berdiri dengan kepala menunduk dan rambut menutupi wajah. Apalagi bajunya juga berwarna putih.

Titania meringis, "Maaf pak Dhika, tadi saya ngantuk pake banget. Terus juga kesininya buru-buru karena hampir telat, jadi berantakan," jawabnya sopan. Ia memang bicara formal saat di kantor pada Adhika, dan juga sok kalem tentunya.

"Ck, kenapa nggak datang telat aja sih?" tanya Adhika.

"Kenapa?"

"Kan gue jadi ada alesan buat mecat lo!"

"Tidak semudah itu Tugiman!!" seru Titania menatap sebal atasannya itu.

***

Adhika mengangkat kedua tangannya, meregangkan otot-otot agar lebih rileks. Ia berdiri dengan semangat dan keluar ruangan untuk mengisi perut. Sama seperti karyawan pada umumnya, Adhika sangat menantikan jam makan siang.

"Waktunya makan siang, malah molor!"

Titania yang baru saja menelungkupkan kepalanya di meja kerja, spontan membuka mata menatap Adhika yang tinggi menjulang di hadapannya.

"Males pak. Saya mau tidur aja, ngantuk berat." Setelah mengatakan itu Titania kembali memejamkan mata.

Dengan menusuk nusukkan telunjuknya di lengan Titania, Adhika berkata "Ck, sana makan! Gue nggak mau om Elano nyalahin gue kalo lo sakit." Ia agak heran sebenarnya, mengapa si Titan yang makannya porsi kuli itu tiba-tiba sok skip makan.

"Nggak papa pak, saya nggak akan mati kalo nggak makan sekali doang."

Adhika menghela nafas, "Makan atau gue pecat sekarang!" ancamnya.

Wah Adhika ini benar-benar. Dengan sebal, Titania mengangkat kepalanya lalu meniup asal rambutnya yang menutupi mata. Gadis itu berdiri, menatap Adhika tajam namun langsung ciut saat di tatap balik oleh pria itu dengan pelototan.

BANG ADHIK!!Where stories live. Discover now