20

319 59 6
                                    

"Miaw miaw."

"Siapa?"

"Kucing. Miaw."

"Kucing? Gue kan nggak punya kucing," gumam Titania.

"Kucingnya siapa? Kucing oren apa kucing goreng? Eh- garong."

Adhika berdecak malas melewati pintu balkon dengan membawa nampan. Titania tak juga berbalik, ia masih berdiri menumpukan tangan di pagar balkon.

"Goblok banget lo! Udah tau miaw itu kucing, pakek di tanya siapa lagi." Titania menoleh menatap Adhika yang baru saja menarik rambutnya dengan sengit.

"Bang Adhik juga goblok! Udah tau lagi cosplay jadi kucing, di tanya siapa malah nyaut bilang kucing. Mana ada kucing ngaku kucing," sewotnya.

"Diem lo! Pusing gue denger omongan lo yang muter-muter."

"Nyenyenyenye."

Menghadapi spesies sejenis Titan memang harus ekstra mengsabar. Daripada pusing, Adhika lebih memilih duduk di kursi dan melanjutkan acara ngopinya yang tertunda.

"Anjir udah dingin!"

Titania mendekat dan duduk di kursi satunya. Mata gadis itu melirik cokelat panas dan camilan di meja yang menggiurkan.

"Itu... Cokelatnya siapa bang?"

Senyum miring terbit dari bibir Adhika. "Kenapa? Mau lo minta?" Pancingnya, diangguki Titania dengan antusias.

"Bukannya emamg buat gue? Bang Adhik kan udah ngopi."

"Ck, gara-gara lo kopi gue jadi dingin!!"

"Lah, kalo dingin kenapa emang?" Titania menatap Adhika bingung.

"Ya nggak mantap lah goblok! Dahlah ngomong sama lo bikin darah gue ngelunjak."

Tak menghiraukan Adhika, Titania lebih memilih untuk meminum cokelat panas dan memakan camilan. Ia sudah terlanjur terbiasa dengan si bos yang selalu saja menyalahkan dirinya dalam segala hal.

Padahal kalau dipikir-pikir, Adhika itu juga sama menyebalkan, apalagi dengan sifatnya yang julid dan galak. Satu lagi, Adhika itu tidak sadar diri.

"Tit." Panggil Adhika seraya memutar mutar cangkir di tangannya. Yang di panggil menyahut tanpa menoleh.

"Lo... Baik-baik aja?"

Pertanyaan Adhika yang kaku itu menarik perhatian Titania.

Gadis itu menoleh, menatap Adhika dengan senyum mengembang serta alis naik turun.

"Bang Adhik khawatir sama gue ya? Ciee perhatian cie." Jari Titania menusuk nusuk lengan Adhika gemas.

Uhukkk

Adhika terbatuk keras karena tersedak kopi. Pria itu menepuk-nepuk dadanya berkali kali, kemudian melirik sengit pada Titania yang sudah berdiri di sisi kirinya membantu menepuk punggungnya.

"Gila lo! Pede amat jadi Titan! G-gue cuma di suruh tante Elia buat tanyain keadaan lo." Katanya menggebu-gebu.

"Yaudah sih kalo enggak. Gausah nge gas," balas Titania seraya kembali duduk di kursinya.

"Tinggal jawab doang ribet amat lo!"

Titania menghela nafas. "Dibilang baik sih enggak juga bang Adhik. Gue sedih aja kalo keinget om Elang. Walaupun belum pernah ketemu, tapi gue bisa bayangin kalau dia orang baik. Apalagi kata papi dia mirip sama kak Nathan, tapi versi yang lebih garang." Gadis itu tersenyum sendu membayangkan sosok om Elang.

"Om Elang itu keren," sahut Adhika.

"Bang Adhik pernah ketemu om Elang?"

Gelengan yang di berikan oleh Adhika, membuat bahu Titania merosot lesu.

BANG ADHIK!!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora