12. Already

6.4K 632 7
                                    

Jayden dan Jeano sedang berkeliling di supermarket, mencari bahan untuk dimasak nanti malam. Sedari tadi Jayden lah yang memilih bahan apa untuk dimasak sementara Jeano hanya mengikuti dibelakang.

Jeano sama sekali tidak mengetahuinya soal bumbu atau masakan di dapur, hanya makan saja yang diketahuinya.

Jayden menoleh ke Jeano yang sepertinya penasaran dengan sayur yang Jayden pegang, "Kenapa?" Tanya Jayden memastikan.

"Itu sayur apaa? Gue baru liat." Tanyanya perlahan bahkan hampir seperti bisikan, Jayden tersenyum membalas.

"Ini terong, tau?" Jeano hanya menggelengkan kepalanya menjawab, Jeano tidak pernah makan sayur seperti ini, karena rata-rata semuanya berwarna hijau yang ditemuinya dan baru kali ini melihat sayur berwarna ungu.

Jayden terkekeh, Jeano tidak pernah makan atau mencoba sayur ini. Jayden mengambil sayur itu secukupnya untuk bahan cadangan, Jayden tidak terlalu membutuhkan terong untuk saat ini.

Saat berada di tempat daging Jayden memilih-milih sekali lagi, merasa bimbang karena rencana awal adalah membeli makanan seafood. Tetapi tidak ada salahnya jika menambahkan beberapa daging panggang.

"Jeano?" Jayden memanggil Jeano yang tidak ada di jangkauannya sekarang.

"Hm?" Jawab Jeano kemudian mendekat ke belakang Jayden setelah melihat-lihat bagian daging lain.

"Mau pakai daging atau enggak?" Ucap Jayden memastikan. Jeano terdiam dan berpikir.

"Mau! Nanti beli buat kita aja." Katanya dengan menyender di bahu Jayden dari belakang, mengendus aroma maskulin Jayden yang memabukkan.

Jayden menoleh ke Jeano, "Kita?"

"Iya! Buat kita nanti siang, mau ya? Gue tiba-tiba pengen." Mohon Jeano pada Jayden.

Dirinya sangat ingin makan daging hari ini karena sudah lama tidak makan daging setelah sekian lama, untuk sekarang akan pertama kali bagi mereka memakan daging bersama.

Jayden tidak menjawab namun mengambil bungkusan daging itu, memasukkannya ke keranjang belanja mereka. Jeano tersenyum senang lalu memeluk Jayden dari belakang dengan erat membuat Jayden mendengus geli lalu menggelengkan kepalanya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Saat sudah tiba di rumah Jeano, Jayden segera mengeluarkan bahan makanan yang mereka beli dan menatanya di meja makan dibantu Jeano.

Setelah Jayden kembali dari lemari pendingin, bertanya pada Jeano, "Mau masak makan siang dulu?"

Jeano hanya mengangguk sambil melanjutkan makan es krim yang dibelinya, tiba-tiba Jayden berpikir sesuatu.

"Tapi bantuin gue masak ya? Gue juga butuh partner masak."

Jeano yang mendengar itu sontak menghentikan makan es krimnya lalu menatap Jayden, "Gimana kalau gue ga bisa?"

Jeano memelas dengan mata anjingnya, ingin membantu tetapi takut salah panduan. Jayden hampir saja luluh jika tidak mengalihkan pandangannya dari Jeano.

"Ada gue lo lupa? Yang masak gue kok, ini bukan master chef jadi ga usah takut." Kata Jayden sambil terkekeh sepertinya Jeano takut salah dan merusak segalanya nanti.

Saat Jayden ingin mulai, terlebih dahulu melihat Jeano yang hanya memandangnya diam celemeknya, Jayden menghela nafas kemudian mengambil celemek itu dan menarik Jeano mendekat.

Jayden memasangkan celemek nya dari depan sontak membuat Jeano menegang, dada mereka menempel satu sama lain, bisa merasakan detak jantung masing mereka yang berpacu cepat.

"Udah? Ayo!" Ajak Jayden.

"I-iya" Gagap Jeano karena masih terkejut.

Jayden mulai memasak daging itu dengan telaten, memberi garam, lada dan bumbu lainnya pada dagingnya, lalu menyiapkan wajan pancinya serta mengatur panasnya supaya sesuai.

Jeano hanya diam memperhatikan sampai Jayden membutuhkannya, sesekali dia memahami juga dasarnya.

Saat dagingnya sudah matang, Jayden memotong daging itu kecil-kecil, meniupnya dan menyuruh Jeano membuka mulut mencicipinya.

Jeano hanya menurut membuka mulutnya, mulai merasakan rasa daging buatan Jayden langsung tercengang, lebih enak dari yang dibeli di restoran sebelumnya.

Jayden bertanya, "Gimana? Masih ada yang kurang?"

Jeano terdiam masih mengunyah lalu menoleh ke potongan daging-daging itu, "Mau lagi."

Jayden tersenyum puas yang berarti sudah pas, Jeano ingin daging itu lagi namun Jayden langsung menyentuh hidung Jeano membuat empunya menatap tidak suka.

"Nanti ya? Buat makan biar lebih kenyang, sekarang mandi dulu." Jayden memindahkan daging itu ke piring, menatanya supaya lebih rapi.

Jeano menurunkan bibirnya cemberut, tapi menurut. Segera menuju kamarnya untuk mandi, Jayden menggelengkan kepalanya sambil membereskan sisa bahan yang berserakan.

Jeano sudah selesai mandi dan berganti baju, berjalan ke meja makan dimana ada Jayden yang bermain handphone sambil menunggu Jeano.

"Jay!" Pemilik nama itu menoleh ke Jeano dengan senyuman hangatnya saat melihat Jeano sudah segar mandi, bahkan bau vanila nya tercium sampai sini.

"Udah? Makan dulu sini."

"Lo ngga mandi?" Jeano malah balik bertanya dibalas gelengan kepala Jayden.

"Nanti aja sekalian habis masak makanan buat mama lo, sekarang makan dulu." Ujar Jayden lembut menyuruh Jeano duduk dan makan, dirinya ingin ke toilet sebentar.

Ketika Jeano ingin mengambil nasi tiba-tiba ada yang memeluk lehernya dari belakang, berbau maskulin sudah pasti Jayden.

Jayden melirik Jeano yang terdiam dari aktifitasnya, "Kenapa berhenti?"

Jeano menarik nafas dalam-dalam, tangannya bergerak lagi mengambil nasi dan meletakkan di piringnya, berusaha bersikap biasa saja.

Jayden bukannya melepaskan pelukannya malah semakin mendusal dan mengendus leher Jeano yang ber aroma vanila ini membuat Jayden mabuk.

Jeano merengek geli meminta Jayden untuk berhenti tapi tidak dihiraukan oleh Jayden, akhirnya dirinya berhenti karena alasan sudah tidak tahan lagi.

"Gue ke kamar mandi dulu, lo duluan aja makannya." Tawarnya langsung meninggalkan Jeano.

.

.

.

.

[30.06.2022]

To be continued...

BOYFRIEND - JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang