Eps. 08 [S.3] [ End & Bonus ]

1.2K 110 53
                                    

"See you later, Gem. Thank you for wanting to be a brother to Blaze"

.
.
.

Terlihat seorang pemuda tengah terbaring lemah di kasur rumah sakit. Dengan beberapa alat alat Dokter di badannya.

"Blaze bakal selamat kan?" Pertanyaan itu terlontar

"Bang Blaze pasti selamat!" jawab salah satu dari banyak orang yang terlihat gelisah

Mereka kini sedang berada diluar ruangan Blaze. Karena Dokter sedang memeriksa Blaze. Lebih tepat nya tengah mengembalikan detak jantung Blaze yang sempat melemah.

Solar menatap layar monitor itu dari kaca, memang benar, garis garis yang tergambar dalam monitor itu hampir lurus. Menandakan kalau Blaze sedang berjuang antara hidup dan mati.

[ Yakin berjuang dek? ]

"Semoga Bang Blaze gak kenapa-napa." Solar bergumam seraya mendudukkan dirinya di kursi tunggu

Tanah menatap Solar sendu, ia juga ingin melihat Blaze didalam, namun karena badannya yang kecil, ia jadi tak bisa melihatnya.

"kakak Lili, au endong Tanah?" Penawaran itu membuat Halilintar dan yang lainnya menoleh

"Bang Petir aja, ayo," tawar Petir namun Tanah menggeleng

"Tanah au lihat kak Las, Bang Petil can pendek," jawab nya

Petir berdecih, lalu memperbolehkan Halilintar untuk menggendong adeknya itu. Halilintar pun menuruti keinginan Tanah, ia menggendong Tanah lalu mendekatkan dirinya ke kaca pintu yang tertuju langsung kearah Blaze dan seorang Dokter serta seorang suster.

Mata Tanah tak fokus pada tubuh Blaze yang terbaring. Ia hanya fokus pada kedua 'sosok' yang berada disamping kasur itu. Seperti sosok yang tengah kebingungan.

"Kakak!" Tunjuk Tanah kearah dalam

Halilintar yang mengira Tanah memanggil Blaze pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Iya, itu kak Blaze."

Jawaban dari Halilintar itu membuat Taufan menoleh kearah mereka. Raut kesal ia perlihatkan ditengah kesedihannya.

"Ngomong sama Tanah kok lembut, tapi kalo sama Upan sangar," adu nya

Halilintar hanya menatap Taufan datar, tanpa berniat menjawab kekesalan adiknya itu.

"Ish! Gak adil tau Bang, nanti Upan aduin sama Blaze! Biar dia marah juga!"

Halilintar tersenyum tipis, mengacak rambut Taufan lalu memperbaikinya.

"Iya, dia akan bangun dan memarahi Abang karena aduan mu," jawab Halilintar

Tapi adik adiknya tau, jawaban itu adalah penguat buat hati mereka. Jawaban itu adalah harapan bagi mereka. Harapan agar Blaze segera bangun dan bermain seperti biasa lagi.

Ice sedari tadi hanya duduk termenung, menatap kosong ke lantai yang ia pijak. Air mata nya hampir jatuh, entah apa yang ia pikirkan. Tangan nya sedari tak bisa diam, ia gelisah, ia khawatir, ia juga takut kalau kakak nya itu kenapa napa.

I'm Tired #Season3☑️Where stories live. Discover now