MERAH 8

84 45 156
                                    

8. Malam

"Wihhh bau apa nih ...."

"Assalamualaikum," sindir sang Ayah pada putranya yang baru pulang les.

Bilal menyengir. "Waalaikumsalam."

Ada sepiring bakwan jagung di meja. Ketika ingin mengambil satu, tangannya ditepis oleh Ibu.

"Cuci tangan dulu," perintahnya yang langsung dituruti Bilal.

"Esa mana?" tanya Bilal tak menemukan batang hidung adik perempuannya.

"Kerja kelompok," jawab Ayah, "ntar kamu jemput Esa, ya, Lal."

"Iya." Bilal menyomot satu bakwan kemudian masuk ke kamarnya.

"Astaga!" Bilal dikejutkan oleh keberadaan Raphael yang terlentang dengan kepala menggantung di tepi kasur.

"Mau dong," kata Raphael.

"Ambil sendiri," ucap Bilal melempar tasnya ke perut Raphael. Ia melepas kemeja kotak-kotak, menyisakan kaos putih lalu menghidupkan PS 5 miliknya.

"Kenapa lagi?"

"Tadi pagi gue ke rumah Rouge. Gue bilang kalo gue udah suka dia, bukan lagi tertarik. Dan lo tau dia jawab apa?"

" 'oh?' "

"Right." Raphael menghela napas. "Cueknya dia tuh kadang bikin gue pengin berhenti ngejar."

"Kemarin katanya, 'Bakal gue perjuangin sampe dapet', tapi belum juga sebulan lo mau udahan?"

"Cih, lemah," ejek Bilal penuh penekanan.

Spontan Raphael mendudukkan diri. "Gue nggak ada bilang mau berhenti sekarang."

"Tapi lo ada niat." Bilal melempar stik PS kepada Raphael. "Yang kalah jemput Esa."

"Fuck!" umpat Raphael, tapi tak ayal menerima tantangan tersebut.

•••••

Cowok itu tampak merogoh kolong kasur. Ia mengernyit saat tak memegang apapun. Harusnya ada sebuah kotak hitam di sana.

Mungkin ia meletakkannya di tempat lain, pikirnya. Avo pun mulai menggeledah kamarnya. Hingga terdengar ketukan pintu.

"Ada apa, Pih?" Widama melongok ke kamar anaknya yang berantakan. "Lagi cari sesuatu?"

"Iya."

"Cari ini?" tanya Widama memperlihatkan benda yang dicari sang anak.

Avo meneguk ludahnya susah payah. Mampus, batinnya.

"Kamu masih kirim-kirim ginian ke dia?" tanya Widama geram. "Dia nggak salah, Avo. Berhenti meneror dia."

"Kamu dengar?"

"Ya." Avo memandang Widama datar. "Udah, kan?"

Pergerakan Avo mengambil jaket dan kunci motor tak luput dari pandangan Widama.

"Avo mau ke Mamih. Papih istirahat aja, biar Avo yang jaga Mamih malam ini, toh besok libur." Avo menyalami Widama. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas Widama.

Avo berlari cepat menuruni tangga. Masa bodoh dengan pocong bermuka gosong yang diceritakan Bilal. Ia sedang tak mood menggunakan lift.

Motor Avo bergabung dengan kendaraan lain. Tak lama sampailah ia di Rumah Sakit Tarante. Dibukanya pintu ruang inap VVIP bernomor 2.

Seorang wanita terbaring dengan berbagai alat medis di tubuhnya. Avo menggenggam erat tangan sang Ibu yang koma. "Mamih, Avo datang."

"Tadi Avo liat ada pasar malam. Avo mau ke sana sama Mamih, Papih dan Bang Arief."

MERAH: Ambisi, Dendam & Masa LaluWhere stories live. Discover now