MERAH 60

13 4 0
                                    

60. Kecewa

Puncak Bogor, tempat yang jauh dari keramaian. Udaranya sejuk dan menenangkan, sangat cocok untuk memusatkan pikiran. Namun, tidak dengan Banyu yang gelisah sepanjang mengerjakan soal karena Rouge dan Klea berada di satu ruangan. Ia akan lapang dada bila nanti tidak lolos.

Yang dinanti pun tiba. Inilah saatnya mereka tahu siapa saja yang mewakilkan SMA Tarante pada KSN 2021. Bu Munah sudah berdiri di podium depan mereka yang berbaris rapi. Rouge berjarak 3 anak di serong kanannya. Lalu di di pojok belakang ada Bara, Svarga, dan Harel. Ketiganya jelas hanya main-main.

"Astronomi, Aarav Zale Albastru dari 11 MIPA 6." Gemuruh tepuk tangan terdengar.

"Geologi, Lisani Tasari dari 11 MIPA 2." Sang empu nama segera menyusul Aarav, berdiri di sebelah Bu Munah.

"Biologi, Banyu Ryuuza Emeraldo dari 11 MIPA 1." Jika saja seseorang tidak menepuk bahunya, Banyu pasti masih bergeming.

"WOOOO KEMBARAN GUE TUH!!!" teriak Bara heboh sendiri.

Anak-anak yang ada di sekitarnya berlomba memberi selamat dan menyemangati. Banyu berterima kasih sambil melirik Rouge yang tersenyum menunjukkan ibu jarinya.

"Selanjutnya, Matematika ...." Dari depan sini Banyu menyadari Rouge dan Klea beradu pandang sengit.

"Yudis Perkasa dari 10 MIPA 3, Ap-ekhem." Dehaman Bu Munah sontak membungkam seruan terkejut mereka. "Apsa Ridiva dari 10 MIPA 4, Geanuradha Klea dari 11 MIPA 3."

Bu Munah mendongak. "Ayo ini yang namanya disebut kok nggak maju?"

Acungan tangan menarik atensi semuanya. "Saya rasa ada yang harus Ibu jelaskan."

"Iya, Svarga," jawab Bu Munah. "Nanti setelah ini selesai."

"Dan yang terakhir Rouge Almeda." Sahabatnya itu menjadi yang pertama dari mereka dipanggil keluar barisan.

"Ro-"

"Perhatiin Bu Munah." Banyu kembali mengatupkan bibirnya.

Tentu saja Banyu tidak lagi mendengarkan kepala sekolahnya itu. Lihatlah raut muka Rouge yang tidak mengeras atau tangannya yang tidak terkepal erat. Sangat tenang, tapi dia tahu pikiran Rouge sedang ribut.

•••••

Satu suapan soto ayam, kemudian menyeruput kuahnya. Suapan selanjutnya sudah menyentuh bibir, tapi dikembalikan hingga benturan sendok dengan mangkoknya mengundang tanda tanya sekitar. Terutama empat orang yang satu meja bersamanya.

"Gue kepikiran Rouge."

"Bukan cuma lo doang, Zoy," sahut Iqlima, "gue juga."

Smatar sedang hangat membicarakan Rouge dan Klea yang kembali mendapat hasil sama. Seleksi ketiga akan dilaksanakan setelah istirahat kedua ini. Sekolah akan memberi keputusan akhir apabila mereka tidak seri lagi.

"Dengar-dengar, Rouge sama Klea tuh temen deket di SD dulu," celutuk Lateef mengaduk-aduk es tehnya. "Katanya, Klea pindah nggak bilang-bilang. Mungkin karena itu sekarang hubungan mereka renggang."

"Gue rasa nggak sesepele itu." Biya mengelap bibirnya menggunakan tisu.

Terdengar derit kursi karena Avo berdiri. "Gue duluan."

"Buset cepet amat." Heran Iqlima, padahal belum ada lima menit mereka duduk.

"Nyamperin Rouge kali." Zoya menebak.

Avo menaiki tangga gedung G dan bertemu dua orang yang dikenalnya di depan perpustakaan. Hal itu menguatkan dugaannya bahwa Rouge memang ada di tempat penuh buku itu.

MERAH: Ambisi, Dendam & Masa LaluWhere stories live. Discover now