Prolog

101K 7.8K 128
                                    

Hari sudah mulai gelap, Ruby masih duduk di rooftop. Ia masih memikirkan tentang Raina. "Padahal dia tau kalo gue dulu cuma ngefans ke Allardo." Kata Ruby, gadis berbando biru langit itu menghela nafas.

Sejujurnya, dahulu saat zaman dirinya masih menjadi mahasiswa baru, Ruby menaruh minat pada Allardo. Saat itu Allardo adalah anak baik yang dekat dengannya, mereka sempat berteman, hanya berdua.

Cklek

Pintu rooftop terbuka, Raina ada di sana. "Hey, Rubyyy!" Sapa Raina dengan riang. Ruby yang sudah berdiri dari duduknya, menoleh lalu kembali menatap kosong ke depan.

Raina berjalan mengelilingi Ruby, senyum sinis dan sorot mata yang terlihat meremehkan membuat "Udah tau semuanya dari si Lita?" Tanya Raina.

Ruby menatap Raina penuh permusuhan, "Gue kira lo beda Rai, sama mereka yang selalu jelekin gue." Balas Ruby membuat tawa sinis Raina mengudara.

Raina melangkah ke arah pembatasan rooftop, "Lo liat ke bawah, di sana banyak orang. Tapi ga ada yang mau temenan sama lo." Ucap Raina sambil menunjuk beberapa mahasiswa yang duduk di bangku taman kampus. "Karna lo cuma anak panti, anak yang ga jelas, lo itu anak haram. Harusnya lo bersyukur dong, bisa temenan sama gue, meski cuma pura-pura." Lanjut Raina, ia berbicara dengan gaya centil, memainkan rambut dan memutar bola matanya malas.

Ruby memejamkan matanya, hatinya lebih sakit karna Raina adalah orang yang paling ia percaya. Selama hidupnya, ia selalu sendiri bahkan di saat dia menginjak jenjang SMA. Tak ada yang mau berteman, kecuali Allardo dan Raina. Meski sekarang Ruby tau, Raina hanya memanfaatkannya untuk  berhubungan dengan Allardo.

Mata Ruby melebar saat melihat hels yang di pakai Raina patah, "Awass!" Teriak Ruby dan dengan cepat Ruby menarik Raina dari pinggiran rooftop itu.

Ruby yang hanya memakai sendal berbahan karet licin tak bisa menyeimbangkan diri, ia merasa melewati rooftop saat matanya melihat Raina yang tampak terkejut ia menunjukan senyumnya. Senyum tulus yang membuat Raina sadar, "RUBYY!" Teriak Raina dari pinggiran rooftop, berusaha menggapai Ruby yang sudah jauh di bawah sana. 

Ruby merasakan dirinya terhempas, ia menoleh ke atas saat Raina memanggilnya. Ruby kembali tersenyum manis, tapi tak urung air matanya mengalir.

Ruby hanya menyayangkan hidupnya. Hidup di panti sampai ia berusia empat tahun, belajar mandiri karna panti kebakaran membuatnya harus menjalani hidup sendiri. Usia di bawah lima tahun, bekerja sebagai pemulung, mencuci piring di beberapa warung makan, menjadi tukang sapu di pinggir jalan. Selalu tertidur di masjid-masjid atau tempat parkir mal besar.

Sampai di usia ke enam tahun, dia tertangkap oleh keamanan razia orang terlantar, lalu di kirim ke panti sosial. Ruby memilih tinggal di panti sosial, menjalani rutinitas di sana sambil bekerja. Ruby berhasil sekolah dan keluar dari panti sosial itu, dan menjadi remaja normal.

Semua kejadian di hidup Ruby, ia merasa amat bersyukur karena mungkin itu yang terbaik. Dan saat ia akan sukses, Ruby harus iklas karna kematian mungkin akan menjemputnya.

Bruk

Tubuh Ruby terbanting keras, beberapa mahasiswa memekik melihat tubuh seorang gadis terbujur kaku dengan darah mengenang dimana-mana. Mengerikan rasanya melihat hal menakutkan seperti ini.

Hari ini, Ruby meninggalkan dunia. Meninggalkan dunia keras, yang membuat hati Ruby menjerit kesakitan.

"Dimana letak bahagianya?" Lirih Ruby dari dalam hati sebelum menutup matanya.

My Jessie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang