Bab 3 - Ujung Kesengsaraan

8.1K 1.1K 196
                                    

Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. (Anonim)

AA Dearest by Mellyana Dhian

***

Kirim bunga yuk buat Annalis 🌷🌹🌺💐

***

"Yoga, lo jangan seks bebas sama Yuni. Aku belum siap Yuni bertelur di luar nikah. Pokoknya jangan dulu sebelum ijab qobul!" Lelaki dengan rambut lurus berponi itu duduk di dekat kandang ayam jago peliharaannya.

Pangeran Latif, anak kedua raja Al-Farizy itu sekarang berusia 21 tahun. Dia belajar di salah satu universitas di Kairo. Saat ini ia mengambil cuti selama satu tahun karena beberapa tugas kerajaan. Tingkahnya kekanak-kanakan dan absurd. Namun jangan salah, Pangeran Latif diamanahi raja menjadi direktur utama pasaraya milik kerajaan Madani yang tersebar di seluruh negeri. Kekayaan Pangeran Latif mencapai 2,8 miliar dolar AS setara 41 triliun rupiah. Itu kekayaannya yang dicatat pada tahun 2021. Setelah pandemi berakhir sudah pasti kekayaannya bertambah.

Fisik Pangeran Latif tidak kalah dengan Pangeran Alraz. Di mata publik Pangeran Latif dikenal sebagai pangeran yang konyol dan apa adanya. Dia sering bertingkah lucu di depan kamera yang akhirnya viral.

"Yoga, asli gue bingung harus gimana. Annalis terus datang ke mimpi gue. Kayaknya kali ini emang jodoh gue deh." Pangeran Latif tengah curhat dengan ayam jagonya yang asyik makan di dalam kandang.

"Kukuruyuk," jawab Yoga.

"Menurut lo, gue jodoh gak sama dia? Kalau iya coba jawab dengan berkokok dua kali." Penuh harap pangeran menunggu.

"Kukuruyuk... kukuruyuk..."

"Aaaaaa.... fix ini emang jodoh!" Pangeran Latih berjoget-joget saking senangnya.

"Pangeran Latif, apa yang Anda lakukan?" tanya Pangeran Alraz dengan nada menegur. Entah dari mana tiba-tiba kakaknya sudah berdiri di dekat kandang ayam.

Pangeran Latif cukup terkejut. "Hai."

"Nanti malam akan ada pertemuan bersama dengan saya dan Putri Fatimah. Pertemuan antara saudara sekaligus makan malam. Kita akan berkuda dan memanah juga. Apakah kau sudah diberitahu pelayan pribadimu?"

"Gak cuma dikasih tahu, tempe pun dikasih." Tawanya menggelegar. Namun yang lain tidak berani tertawa, sebab Pangeran Alraz masih berwajah datar.

"Kau harus jaga perilaku, Pangeran Latif! Putra mahkota selalu mencari kelemahan keluarga kita. Kau dan saya adalah targetnya, karena dia tidak ingin kita menggantikan posisinya. Hindari menggoda wanita-wanita di luar sana! Apalagi menanyakan wanita yang menjadi calon istri saya."

Mendengar itu wajah Pangeran Latif terlihat lesu. "Apakah kita bisa berbagi istri?"

"Jangan bercanda!"

Pangeran Latif ingat sesuatu. "Kak, eh, Pangeran, sebenarnya saya tidak ingin menjadi raja. Namun dengarkan ini. Ketika Anda menjadi raja bisakah Anda buat kementrian perayaman? Rasanya tidak adil jika hanya ada menteri perikanan."

Pangeran Alraz melihat ayam jago peliharaan sang adik. "Bisakah kau lebih dewasa? Jangan konyol!"

Mendengar penolakan sang kakak, Pangeran Latif agak kecewa. Pangeran Latif bergegas ke kamar. Sore ini dia harus muncul di salah satu mall milik kerajaan untuk peninjauan. Raja sudah menugaskannya. Tak apa sekarang usulannya diabaikan, tapi suatu saat dia yakin ayam-ayam di negerinya akan terlindungi.

Kegiatan berkuda Pangeran Alraz, Pangeran Latif, dan Putri Fatimah cukup seru. Masing-masing menunggangi kuda kesayangannya. Berbeda dengan kedua kakaknya yang tidak semena-mena dengan pelayan, putri Fatimah terkenal galak dan sesuka hati. Sikapnya sangat dingin serta angkuh. Banyak pelayan setuju pendapat buruk publik mengenai putri itu. Begitu putri Fatimah selesai berkuda semua pelayan menunduk. Putri itu duduk menunggu kakaknya selesai berkuda.

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang