Bab 18 - Honeymoon in Bali (part 2)

6K 1K 434
                                    

Aku takut ketidaksempurnaanku membuatmu pergi.

~AA Dearest~
By Mellyana Dhian

***

Seneng gak aku update cepet?

Apa harapan kamu buat Indonesia di hari kemerdekaan ini?

Perhatian, adegan part ini agak sensitif. Mohon bijak untuk pembaca.

***

Kartu ucapan yang ada di atas ranjang membuat Annalis tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kartu ucapan yang ada di atas ranjang membuat Annalis tersenyum. Tidak ada sambutan besar dari pihak hotel karena pangeran Alraz tidak ingin menjadi pusat perhatian.

Vila berada di garis pantai yang sama dengan Pantai Melasti itu bergaya modern berpadu arsitektur Bali. Dari lantai 2 vila tampak luasnya Samudra Hindia. Kalau pintu kamar dibuka hembusan anginnya langsung menyibakkan gorder.

"Indah banget pemandangannya. Pantai, langit, air laut, dan tebing yang ada di sana," puji Annalis.

Pangeran Alraz yang baru masuk kamar pun menyusul sang istri di balkon. "Cantik." Mata pangeran tidak sedang melihat laut, tetapi menatap Annalis. Mata perempun itu tertutup menikmati angin yang menerpa wajahnya. "Cantik sekali. Masya Allah."

"Mau berenang?" tanya Annalis.

"Saya capek. Kamu mau?"

"Gak bisa renang." Lalu Annalis menyengir kuda.

"Saya kira tadi bisa." Tubuh pangeran terbaring di atas ranjang. Dia tidak peduli dengan bunga mawar dan sepasang angsa dari handuk yang berantakan karenanya.

Annalis pun masuk kamar. "Terus mau ngapain kalau gak renang?"

"Tidur berdua?" Usulan impulsif lelaki itu mengundang rasa khawatir Annalis.

"Aku mau jalan-jalan di pantai."

Pangeran menyeka ujung mata sambil menghela napas. Rasa kantuk dan lelah membuatnya hanya ingin rebahan sambil menikmati pemandangan, tapi tidak mungkin ia membiarkan Annalis pergi sendiri. "Kita salat ashar dulu baru jalan."

"Bukannya tadi mau istirahat?"

"Nanti saja."

Gara-gara keinginan Annalis di sinilah sekarang pangeran berada. Memesan kelapa muda yang dijual oleh warga lokal di tepi pantai. Saka dan prajurit kerajaan dia minta untuk pergi sendiri. Tidak perlu menjaga keamanan. Lagi pula pangeran Alraz ingin mandiri. Sesimple melayani Annalis membelikan minuman.

Annalis memandang lautan luas. Langit sudah mulai berwarna jingga. Tidak lama lagi senja akan semakin indah. Sebenarnya ada banyak kekhawatiran di hati Annalis, tetapi ia berusaha melawannya.

AA Dearest [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang