[1-9] Good Boy Gone Bad

14.4K 1.2K 75
                                    

Yang selalu kuinginkan, yang selalu kunantiKau coba untuk mengerti, apalah arti mencinta?Dan harus kau sadari, bila ingin bersamakuJangan coba kau ingkari, cobalah untuk setia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang selalu kuinginkan, yang selalu kunanti
Kau coba untuk mengerti, apalah arti mencinta?
Dan harus kau sadari, bila ingin bersamaku
Jangan coba kau ingkari, cobalah untuk setia

Jelita memarkirkan motor bebeknya ke parkiran luas sebuah gedung apartemen. Sambil melepas helm, diraihnya dua kotak nasi box dari gantungan motor. Ditatapnya lamat-lamat bangunan gedung di depannya sebelum bersiap melangkah. Ini apartemen Evan. Pacarnya itu. Iya, pacar.

Kadang Jelita masih tidak menyangka. Oh, ternyata dia itu punya pacar. Oh, ternyata punya. Meski kadang rasanya hambar, tapi Jelita tulus menghargai Evan sebagai pacarnya. Evan menemaninya di saat-saat terpuruknya. Meski rasanya… Kadang hanya luka juga…

Dan hal itu terjadi lagi. Hari ini. Jelita termenung mendapati sepasang sepatu highheels yang tergeletak di depan pintu apartemen pacarnya itu. Sialan. Jelita menahan sesak. Memasukkan password apartemen Evan yang sudah dihafalnya di luar kepala. Sakit, tapi tetap dia buka. Meski Jelita tahu apa yang ada di baliknya.

Dan lagi-lagi, ah… kondom itu berceceran di lantai kamar apartemen. Lalu sepasang manusia tertidur dibalik selimut tebal di atas ranjang.

Jelita sakit hati. Tapi lebih dari itu, dia mati rasa. Evan yang terkesiap, masih memeluk tubuh telanjang wanita di sampingnya, bangkit.

“Yang, kok ke sini nggak bilang-bilang?”

“Bangsat!” maki Jelita sebelum akhirnya berbalik.

Evan meraih boxer asal-asalan dan mengejar, “ yang, kabarin dulu, dong, kalau ke sini!”

Jelita berbalik muak. “Udah berapa kali aku mergokin kamu kayak gini, ha? Jawab! Fu*k you!”

Evan berdecak, “kamu tuh berlebihan, deh.”

“Berlebihan?” Jelita menahan tangis, “udah berapa banyak cewek yang kamu ajakin tidur di belakang aku? Yang udah kamu masukin? Kamu jajanin? Aku pikir, kamu tuh beneran berubah, tahu nggak? Ternyata sama aja! Shit. Sampah!”

Evan bangkit tidak terima, “Eh, kamu ngaca, dong! Kamu pikir aku nggak tahu? Kamu keganjenan, kan, sama temen-temen cowok kamu di kantor?! Nempel sana-nempel sini kayak perangko! Kemarin kamu ke mana?”

Jelita mengerjap.

“Kamu sama temen cowok kamu yang cupu itu, kan? Aku sering lihat kamu bareng dia di lobby kantor kamu! Semalam kamu juga sama dia kan makan bareng?! Aku tahu, ya!”

“What, cupu? Are you fucking serious?” marah Jelita tanpa sadar. Seorang Jordansyah Wijanarko yang keturunan bangsawan itu dipanggil cupu? Oh… Mana terima Jelita kalau Jordan yang kopian malaikat saja dipanggil cupu. Lalu apa namanya manusia di depannya ini? Dan amarahnya meninggi, “satu-satunya yang pantes dipanggil cupu itu kamu, ngerti! Lebih dari itu, brengsek!”

Jetty JournalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang