[1-23] The Winds Blow

14.2K 1.2K 140
                                    

"Mama lo mirip banget sama mama gue, Jor

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Mama lo mirip banget sama mama gue, Jor."

Jordan hanya tertawa sambil menyetir. Ini pertama kalinya dia mengajak seorang perempuan naik ke mobilnya. Jarang sekali. Bahkan tidak pernah ada perempuan yang duduk di sampingnya begini. Macet mendadak di depan. Laju mobilnya terhenti. Jelita hanya mendesah kecewa.

Mengapa hari ini jadi sangat panjang?

"Yah, macet segala. Udah nggak sabar rebahan lagi," omel Jelita lagi, "gue mau maraton drakor. Gara-gara lo, kan, gue jadi ketinggalan berapa episode!"

"Nonton, gih. Di mana? I'll watch it, too..." tawa Jordan.

"Netflix, Jor," Jelita terkekeh geli, "kok lo jadi ikut-ikut, sih? Eh, udah lampu hijau tuh. Buruan, Jor."

Vina menghadang di sana. Jelita menahan napas. Jordan hanya bisa mengerjap bingung. Mamanya pasti meneror Evan semalaman lebih. Sialan, Emir. Bukannya Jelita sudah mengatakan pada adiknya itu agar bilang kalau dia pergi dengan Kinna?

"Aduh, mama gue lagi." Jelita menggigit bibir bingung saat Jordan malah terkekeh. "Ih, malah ketawa lagi! Udah, lo pulang aja, Jor!"

"Why?" protes Jordan tidak suka, melepas seatbelt secepat mungkin, "gue juga mau salam sama mama lo," senyumnya melembut, "gue mau kenal mama lo kayak tadi lo kenal mama gue, Je."

"Jor..." ringis Jelita tak percaya, "nanti lo kena omel, deh."

"No problem, Je. Bukan cowok namanya kalau cuma nganter sampe depan gerbang."

Jelita hanya bisa menahan haru. Seumur hidup mengenal yang namanya Evan- Evan paling malas kalau bertemu keluarganya. Apalagi Vina. Mamanya pasti akan marah-marah. Jadi, Evan memang lebih suka menurunkannya di depan gerbang begini. For God shake, kalau dia terus-terusan membandingkan Evan dan Jordan, kapan dia akan ikhlas? Jelita ingin menampar dirinya sendiri. Setidaknya dia harus ingat cincin yang sudah melingkar manis di jemarinya. Dan janji-janji Evan untuknya.

Suara omelan mamanya terdengar nyaring seperti yang Jelita duga.

"Pasti kamu kabur lagi sama Evan, kan?! Udah ngaku-" jeda lama sebelum Vina memekik melihat tubuh menjulang Jordan yang keluar dari mobil. Jelita menepuk jidatnya malu. "Loh, bukan Evan?!"

Jelita mendesis, "ya emang nggak pergi sama Evan! Mama apaan, sih, ngomel nggak jelas gini! Bikin malu aja!"

Jordan menahan tawa melihat Jelita yang terus mencubiti mamanya dan nyengir. "Saya Jordan, Tante. Nice to meet you, Tan..."

"Hehe... Sorry, ya, Jor... Mama gue, nih, emang gini..."

"It's okay, Je..." Jordan berdeham. Masih terus menggantungkan tangannya ke arah Vina, "Apa kabar, Tan?"

Vina malah terbengong-bengong. Jelita kembali menepuk jidatnya malu. Ampun, deh, mamanya ini benar-benar, ya. Kalau tidak dicubit, pasti sudah terbang ke antah berantah mana. "Mama, ini, loh, Jordan ngajak salaman, ih. Gimana, sih?" Jelita keki sendiri.

Jetty JournalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora