4

371 178 65
                                    

Suasana kantin begitu ramai, bahkan meja dan kursi yang tersedia tidak cukup untuk ditempati oleh seluruh murid yang ada. Amara dan Reska menatap kerumunan murid didepan kasir, sepertinya akan sulit untuk menjangkau kesana. Melihat semua murid yang ada disana saling dorong, menyikul, dan menjambak siapapun yang ada di depan mereka layaknya manusia kelaparan.

Amara berdesis pelan melihat pemandangan itu, ia menatap Reska disampingnya. "Yakin mau jajan sekarang?"

Reska menggeleng lemah. "Kita pergi aja deh, aku takut. Mereka semua udah kayak monster kelaperan."

Amara terkekeh kecil. "Yaudah, kita ke perpustakaan aja, gimana?"

Reska mengangguk dan tersenyum manis. "Ayok."

"Ayok." Amara dan Reska berjalan menuju perpustakaan dengan tangan yang saling bergandengan sambil melompat lompat kecil layaknya anak kecil. Begitu menggemaskan.

Disela perjalanan menuju perpustakaan, langkah Amara terhenti tepat di depan aula basket. Pandangan matanya tertuju pada seorang siswa cowok yang tengah asyik mendribble, melompat dan memasukan bola basket ke dalam ring.

Reska mengikuti arah tatap Amara. "Itu Arka, kan?"

Amara mengangguk. "Iya, itu Arka." jawabnya pelan.

"Yaudah, ayo pergi. Gimana kalo Arka liat kita disini?" bisik Reska pada Amara yang hendak melangkah masuk kedalam aula basket. Namun dengan cepat Reska menarik tangan gadis itu dan membawa Amara pergi dari aula basket itu.

Arka mengalihkan pandangannya kearah pintu aula saat mendengar suara tapak sepatu. Cowok itu mengerutkan keningnya saat melihat bayangan dua orang gadis yang sedang berlari. Arka tidak dapat melihat wajah gadis itu, hanya terlihat uraian rambut panjang dari belakangnya.

Merasa tidak ada yang aneh, Arka mengacuhkannya dan kembali memainkan bola basket. Cowok itu sangat lihai dalam menguasai teknik teknik basket, mulai dari mendribling, menshooting, passing, rebounding, pivot dan lain lainnya.

Disisi lain, Amara dan Reska menghentikan larinya saat telah tiba didepan ruang perpustakaan. Reska memegang dadanya dengan nafas terengah-engah, Amara juga melakukan hal yang sama.

"Untung aja Arka gak liat kita, Ra." ucap Reska disela nafasnya yang belum teratur.

Amara menatap kesal Reska. "Res, kenapa kamu malah bawa aku pergi sih? Padahal tadi aku cuman mau tanya merek helmnya Arka doang kok."

Reska mengangkat alisnya kaget. "Iyakah?"

Amara mengangguk lesu dan menghela nafas berat. "Gimana mau beli helm baru kalo mereknya helmnya aja kita gak tau, Res."

Reska tertawa kecil, gadis itu terlihat malu malu kucing. "Iya juga, ya. Hehe, maaf ya, Ra." Reska mengangkat dua jarinya.

Amara menyentuh bahu Reska. "Yaudah, gapapa. Kita cari tau nanti aja. Sekarang kita masuk ke perpus dulu, ada buku yang mau aku baca."

"Ayok."

Amara dan Reska melangkah masuk ke dalam ruangan perpustakaan, kedua gadis itu terlihat sangat antusias dalam belajar. Maka dari itu tak heran jika keduanya mampu meraih juara inti sekolah dan menjadi motivasi para murid perempuan dan primadona idaman murid laki laki SMA Cempaka Raya.

DEAR, BABU!Where stories live. Discover now