12

237 70 15
                                    

Sesampainya Arka dan ketiga sahabatnya di dalam kelas, mereka menjadi sorotan semua murid yang ada di dalam kelas mereka. Bagaimana tidak, keempat pria itu sudah dicap sebagai most wanted SMA Teluk Angkasa karena semua orang tahu bagaimana kenakalan mereka. Tak jarang nama mereka membuat buku catatan guru BK penuh dengan segala tingkah yang mereka lakukan.

Arka mendelik tajam menatap satu-persatu murid di kelasnya, ia benci tatapan mereka semua. "Apa! Mau gue congkel mata lo pada!"

Seketika semuanya terdiam, mereka mengalihkan pandangannya menunduk dan menatap kearah lain karena takut dengan ancaman Arka barusan. Arka melangkah menuju di bangku duduknya, ia mengusap wajahnya kasar karena masih kesal dengan preman yang memukuli Chandra. Emosinya masih belum teratur karena Arka sangat menyayangi sahabatnya, mereka adalah rumah kedua Arka sesudah bundanya.

Chandra dan Sandi juga duduk di posisi bangku mereka masing-masing, sedangkan Harsa malah duduk diatas meja milik Reva membuat sang empunya mendelik kearahnya. Harsa membalas tatapan tajam Reva dengan senyum karamelnya hingga menampakkan lesung pipinya di bagian kanan.

"Turun," titah Reva dingin.

Harsa masih tidak peduli, ia menarik pulpen yang berada di saku seragam Reva. "Wah, pulpen baru nih. Gue pinjem, ya!"

Reva menggebrak mejanya kasar hingga Harsa terjungkal jatuh membuat seisi kelas menertawakan cowok itu. Reva menarik kembali pulpennya dari tangan Harsa namun Harsa mengecohkan, membuat emosi Reva meledak.

BUGH...

Satu pukulan melayang bebas di pipi kanan Harsa, membuat Chandra dan Sandi sontak bangkit dari kursi mereka untuk melihat kondisi Harsa. Reva menghempaskan tubuh Harsa dan kembali duduk di kursinya dengan perasaan kesal.

"ANJ-"

Sandi bergegas membantu Harsa untuk duduk di kursi. "Lo sih, ngapain juga gangguin ketenangan singa betina kita! Lagi anteng-antengnya malah lo bikin marah, mampus kan!"

Chandra terkekeh kecil, ia melirik Reva yang masih terengah-engah menahan emosi. Chandra menyentuh pundak Reva pelan, namun dengan sekali gerakan Reva langsung berbalik badan dan memelintir tangan Chandra hingga cowok itu mengaduh kesakitan.

Reva membulatkan matanya terkejut, ia langsung melepaskan pelintiran tangan Chandra. "Sorry, Chan! Gue kira tadi si anying itu. Maaf, ya? Sakit gak?" Reva memeriksa tangan Chandra dan meniupnya.

Chandra tersenyum geli, ia merasa gemas dengan tingkah Reva. "Gue gapapa, sorry udah bikin lo kaget."

Reva menatap Chandra penuh rasa bersalah. "Sumpah gue gak tau kalo lo di belakang gue,"

"It's okey, im fine." ucap Chandra lembut. "Sekarang ilmu beladiri lo udah perfect banget, ya. Kekuatan lo barusan bener-bener strong, good girl." Chandra bangga dengan ilmu gulat Reva yang semakin hari semakin bertambah.

Sandi bergidik ngeri menatap pipi kanan Harsa yang lebam karena ditinju oleh Reva. "Sumpah, nyerinya kerasa sampe ke muka gue, cuy!"

Harsa memegang pipi kanannya yang diyakini kini sudah memerah karena ulah Reva. "Sakit banget, anying! Tuh cewek lagi pms atau apa gue gak tau, mana mukulnya kuat banget lagi, gila!"

"Lagian sih lo hobi banget nyari perkara! Tadi di kantin lo mancing emosi Arka, sekarang lo juga mancing emosi Reva. Udah tau tu dua orang punya tensi darah tinggi masih aja lo ganggu!" kekeh Sandi membuat Harsa mendengus kesal.

Memang benar, Arka dan Reva adalah sepupuan. Mereka mempunyai tingkat emosi yang tinggi, semuanya juga berawal dari peraturan di keluarga mereka yang sangat keras. Sebab itu tidak ada yang berani mengganggu ketenangan hidup mereka, karena sadar dengan konsekuensi yang akan ditanggung jika itu terjadi.

DEAR, BABU!Where stories live. Discover now