9

279 130 33
                                    

Jam pelajaran telah berakhir, dan kini seluruh murid bersiap-siap untuk bergegas pulang ke rumah masing-masing. Arka memasukkan seluruh buku-bukunya dan juga perlengkapan tulisnya ke dalam tas untuk bersiap-siap pulang juga.

"Ar, pulang sekolah ngumpul di bengkel, yok." ajak Sandi menatap Arka yang tengah sibuk memasukkan barang-barangnya.

Arka menatap Sandi sekilas dan mengangguk santai. Ia menyampirkan tasnya di bahu kanan lalu bangkit dari kursinya dan keluar dari kelasnya diikuti oleh Sandi di belakangnya. Arka melirik kelas Chandra, Reva dan Harsa, ternyata murid di kelas itu sudah pulang lebih dulu. "Oke, gas cabut."

"Gas," Arka dan Sandi bergegas keluar dari kelas mereka dan pergi ke parkiran. Mereka yakin jika sahabat-sahabatnya sudah menunggu disana.

Saat perjalanan menuju parkiran, Arka tak sengaja berpapasan dengan Amara dan Reska. Arka berdecak kesal dan memasang wajah tajam saat kedua matanya bertemu dengan mata indah Amara yang tampak tajam juga.

Arka mengumpat kesal dalam hati. 'Bisa-bisanya ni cewek nantangin gue kayak gitu, awas lo.'

Sandi menangkap tatapan kedua manusia itu dan langsung menarik Arka untuk menjauh agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. "Tajem amat. Santai ae kali, itu cewek, ngab."

Arka menepis tangan Sandi kesal dan berjalan lebih dulu meninggalkan sahabatnya itu jauh di belakangnya. "Berisik lo!"

Sandi mengerutkan keningnya, ia tidak paham dengan pemikiran sahabatnya yang satu itu. "Kebiasaan tu orang, awas aja entar jodoh mampus lu!"

Amara menghela nafas kasar dan menoleh ke belakang, ia menatap punggung Arka yang sudah menjauh dari hadapannya. "Dasar cowok gila!"

"Ra? Kenapa lagi?" tanya Reska bingung, ia membutuhkan jawaban dari Amara.

Amara memejamkan matanya dan menahan kekesalannya. "Aku kesel sama tuh orang! Gak sama cowok, sama cewek pun dia gak mau ngalah sama sekali, benci banget aku bisa ketemu sama orang kek dia!"

Reska mengangguk paham. "Pantes tadi natapnya tajam banget, ada apa-apa rupanya."

Amara menunjuk Reska sebal. "Apanya yang ada apa-apa? Jangan mikir aneh-aneh ya, Res!"

Reska menggeleng pelan dan terkekeh kecil. "Cuman mau bilang, jangan sering-sering eye contact-an, entar takutnya malah saling suka." ucapnya pelan membuat darah Amara mendidih.

"Amit-amit, Res!" Amara bergidik ngeri. Ia berpikir betapa tersiksanya pasangan Arka nanti yang setiap hari harus berdekatan dengan manusia tajam dan menyebalkan seperti Arka.

Reska tertawa pelan. "Maaf, Amara. Aku gak maksud kayak gitu kok, yaudah ayo lanjut ke ruang Osis, pasti mereka semua udah lama nungguin kita."

"Ayo," ujar Amara lesu, ia sebenarnya audah kehabisan tenaga untuk melanjutkan aktivitas rapat Osis itu.

Kedua gadis cantik primadona sekolah itu kembali melanjutkan jalan mereka menuju ruang Osis karena ada sesuatu hal yang akan dibahas dengan Chandra dan juga Arshaka selalu ketua dan wakil Osis. Tak hanya mereka berempat, ada juga beberapa anggota yang menjadi ketua dalam bidang masing-masing.

.

.

"Nah, itu dia yang ditunggu-tunggu." seru Harsa menunjuk Arka dan Sandi yang baru saja tiba di parkiran setelah lama menunggu.

Reva menoleh ke belakangnya menatap kesal kedua cowok itu. "Lama amat keluarnya, ngapain sih lama-lama dalam kelas? Konser?"

Arka menunjuk Sandi kesal. "Sandi tuh, katanya kunci motornya ilang, padahal pas udah kita cari-cari malah ketemunya di dalam sepatu. Stupid emang." ketus Arka.

DEAR, BABU!Where stories live. Discover now