7

281 135 25
                                    

Suara deruman motor milik Arka mulai terdengar ke sekitar area kompleks, cowok itu mengendarai motornya dengan santai memasuki gerbang besar rumahnya. Arka memarkirkan motornya di dalam garasi, setelah itu ia turun dari motor dan berjalan menuju pintu utama rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Arka setelah membuka kenop pintu rumahnya.

Arsha yang tengah menonton TV di ruang tamu menoleh kearah pintu. "Waalaikum salam,"

Arka masuk kedalam rumah dengan seragam sekolah yang sudah kusut, kotor dan acak acakan. Arsha menatap wajah adiknya yang dipenuhi luka lebam, serta ditangannya terdapat luka yang sudah diperban dengan kain kasa.

"Ar, lo habis darimana? Kenapa baru pulang?" tanya Arsha pada Arka yang tengah menaiki anak tangga menuju kamar.

"Bukan urusan lo," balas Arka tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Arsha menghela nafas kasar, ia memejamkan matanya untuk menahan emosi saat menghadapi sikap cuek Arka padanya. "Siap-siap turun, bunda udah masak buat kita."

Arka tidak menjawab, namun ia mendengarnya.

Arka masuk kedalam kamarnya dan langsung melemparkan tas keatas meja belajar dan merebahkan tubuhnya diatas kasur, tak peduli dengan keadaan tubuhnya yang kotor dan kusut.

Arka menatap langit-langit kamarnya cukup lama. Tiba tiba ia kepikiran tentang Reva. 'Lo udah makan belum, Va? Apa lo lagi istirahat sekarang? Gimana sama luka luka lo tadi pas dikeroyok? Gue belum sempat periksa kondisi lo. Maafin gue, gue terlalu keras, ya? Tapi gue lakuin itu semua buat jaga amanah dari Om Arta sama tante Renata, Va. Orangtua lo.'

Seseorang mengetuk pintu kamar Arka membuat cowok itu segera terbangun dari posisinya. Arka beranjak menuju pintu dan membukanya.

"Turun, bunda suruh kita makan bareng." ucap Arsha singkat, lalu cowok itu pergi dari hadapan Arka.

Arka kembali menutup pintu kamarnya dan menyandarkan punggungnya di dinding kamar. Ia memejamkan matanya sejenak lalu berjalan menuju kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap siap turun dan makan bersama keluarganya.

.

.

"Arka," panggil ayah,

Arka yang tengah menikmati makanannya seketika menoleh menatap ayahnya. Begitupun dengan Arsha, ia ikut menghentikan makannya dan juga terdiam sama seperti adiknya.

"Masih bisa makan santai setelah mendapatkan nilai buruk?" Ayah terkekeh kecil sambil membolak-balik hasil ulangan Arka dan Arsha.

Arka menunduk menatap piring makanannya, moodnya langsung menciut. Lagi-lagi ayahnya membahas tentang hasil nilai ulangan mereka. Arshaka melirik Arka, nampak dari raut wajah adiknya seperti tertekan. Mental Arka selalu jatuh saat ayahnya membahas hal itu.

Ayah beranjak dari kursi ruang tamu dan melangkah mendekat kearah meja makan sambil menggoyang-goyangkan lembaran ulangan kedua anak lelakinya. "Lihat Arsha,"tunjuknya pada Arshaka. "Dari kelas satu sampe sekarang, dia tidak pernah mendapatkan nilai seburuk ini. Karena apa? Abangmu selalu berusaha keras untuk belajar agar bisa."

Arka menghela nafas lesu. "Maaf, yah."

"Arka, liat ayah." Ayah menunjuk dirinya sendiri. Arka mengangkat pandangannya menatap ayah. "Apa pernah kamu cemas tentang biaya sekolah? Kamu tinggal di rumah yang besar dan nyaman, setiap hari makan enak, uang jajanmu banyak. Tugas kamu cuman belajar dan belajar! Yang benar aja, itu aja gak bisa?"

DEAR, BABU!Where stories live. Discover now