10

254 90 18
                                    

"Eugh," lenguh seorang lelaki disela tidurnya, ia membuka matanya perlahan dan menatap kearah jendela. Tampak langit masih memancarkan cahaya fajar yang sebentar lagi akan menjemput pagi.

Arka melenguh panjang dan membangunkan tubuhnya, ia merenggangkan otot-ototnya untuk menghilangkan rasa kantuk. Matanya beralih menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul 06.10. ia mengerutkan keningnya heran dengan dirinya sendiri yang bisa terbangun lebih awal daripada biasanya.

"Tumben banget gua bangun awal gini, ah udahlah." Arka turun dari kasur dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai melakukan aktivitas mandi, Arka memakai seragam sekolahnya seperti biasa. Baju yang tidak pernah dimasukkan kedalam celana, dua kancing baju atasnya selalu dibuka, dan juga rambut yang dibiarkan acak-acakan. Itulah penampilan Arka, namun meskipun demikian, tidak bisa membuat tampang Arka terlihat kalah karena dibantu oleh ketampanan wajahnya yang tajam dan tegas.

Arka mengeluarkan buku pelajaran kemarin dari tasnya dan diganti dengan buku pelajaran hari ini, meskipun dikenal dengan kenakalannya Arka tidak pernah salah membawa buku pelajaran. Ya, meskipun di sekolah nantinya ia tidak berniat untuk belajar.

Setelah dirasa semuanya telah selesai, Arka menyampirkan tasnya di bahu kanan dan keluar dari kamarnya turun menuju dapur. Senyum pertama Arka di pagi ini terbit saat melihat wajah bunda yang senantiasa tulus menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

"Pagi bunda cantiknya Arka." sapa Arka yang berdiri disamping bunda sambil menampilkan deretan giginya yang tajam seperti raut wajahnya.

"Pagi anak gantengnya bunda. Wah, kenapa cepet banget bangunnya hari ini? Tumben."

Arka menggeleng tidak tahu. "Arka juga bingung kenapa bisa bangun awal hari ini, hehe." ia tertawa.

Bunda menatap Arka dan menggeleng pelan. "Biasanya selalu paling telat sekolahnya. Tapi gapapa, bunda seneng malah kalo Arka tiap hari bisa kayak gini."

Arka menggaruk tekuknya dan menyengir lebar. "Bunda masak apa?"

"Nasi goreng, kamu suka, kan?"

Arka mengangguk semangat. "Suka dong, apapun yang bunda masak pasti jadi makanan kesukaan Arka. Tau gak kenapa masakan bunda selalu?"

Bunda menatap Arka penuh tanya. "Kenapa emang?"

"Karena yang masaknya perempuan cantik," jawab Arka sedikit berbisik dan terkekeh kecil.

Bunda menggeleng pelan, pagi-pagi begini Arka sudah membuat suasana dapur menjadi berseri karena setiap kata manis yang keluar dari mulutnya. "Arka, ini masih pagi. Jangan gombal mulu, bunda jadi gak fokus masaknya."

Arka mencolek dagu bunda jahil. "Cie, bunda salting, ya?"

Bunda mendorong pelan tubuh Arka untuk menjauh, senyumnya tak bisa bohong jika bunda salah tingkah dengan perlakuan putra bungsunya. "Sudah-sudah, minggir dulu bunda mau siapin makanan di meja. Mending sekarang kamu bangunin kakak kamu sana."

Arka menipiskan bibirnya dan mengangguk pelan. Arka berlalu dari dapur dan pergi menuju kamar Arsha yang berada di lantai atas bersebalahan dengan kamarnya. Arka hanya diam, ia ragu untuk mengetuk pintu kamar itu.

Arka berdesis pelan dan menghalau gengsinya, ketika tangannya terangkat untuk mengetuk pintu, tapi tiba-tiba pintu tersebut sudah terbuka terlebih dahulu hingga menampakkan sosok yang dimaksud, itu Arsha.

"Arka?" gumam Arsha pelan menatap bingung sang adik yang terpaku di depan pintu kamarnya.

Tatapan Arka dan Arsha sempat bertemu cukup lama, hingga akhirnya Arka mengalihkan pandangannya dan langsung pergi meninggalkan Arsha yang masih tampak bingung dengan kehadiran Arka di depan pintu kamarnya.

DEAR, BABU!Where stories live. Discover now