10. Insecure

1.1K 201 259
                                    


“Rasa percaya diri tumbuh bukan karena sebuah pilihan, melainkan karena sebuah penerimaan.”

˙❥Happy reading❥˙
______________________

Sudah sekitar lima belas menit. Akhirnya Shaqueen terbangun. Disana sudah tampak Aksa yang berada di samping ranjang sembari menggenggam erat tanganya. Ada juga Jevian yang tengah berdiri di sebelah Aksa, dan Mahen yang bersandar di dinding.

"Eungh..." lenguh Shaqueen yang baru saja terbangun. Gadis itu mengucek matanya. Menatap kearah samping ternyata sudah terdapat dua orang lelaki tampan di samping ranjang.

"Kamu gapapa, sayang?" tanya Aksa dengan cepat.

Shaqueen menggeleng sembari melepaskan tangannya dari genggaman Aksa. Lelaki itu menaikkan satu alisnya. Ada apa dengan wanitanya?

"Kenapa?"

Shaqueen hanya tersenyum tipis. "Ck, aku kira kamu lupa kalo aku ada disini." Lalu setelah nya Shaqueen memalingkan wajahnya dari hadapan Aksa. Jujur saja dia masih sangat begitu kesal kepada lelaki itu.

Terdengar helaan napas kasar dari laki-laki di sampingnya. Wajahnya menunduk tak berani menatap wajah Shaqueen seperti tadi. Lelaki itu sadar bahwa dia salah. Dia sudah mengingkari janjinya untuk menjemput Shaqueen.

"Sha... Sorry, handphone aku lowbat. Aku lupa charger. Maaf juga aku lupa jemput kamu. Aku buru-buru tadi," ucap Akasa berusaha menjelaskan.

Gadis itu tak peduli dengan alasan apapun, yang Aksa jelaskan kepadanya. Dia benar-benar kelewat kesal, apalagi setelah mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, yang berhasil membuat asmanya kambuh dan berkahir tumbang di toilet.

Sebenernya, Shaqueen masih kesal kepada Jevian. Karena, hal yang membuatnya seperti ini karena ulah wanita gila yang kemungkinan kekasih lelaki itu. Namun, ia juga sadar, yang sudah membawanya ke UKS adalah Jevian. Jadi, ia mengurungkan niat mengomelnya dan justru mengajak lelaki itu untuk pergi keluar.

"Jevi, ayo kita pulang!" seru Shaqueen tanpa menghiraukan Aksa di sana.

Jevian hanya berdecak kesal. Lagi-lagi gadis itu seenak jidat merubah namanya. Apa kurang jelas yang dia ucapkan tadi di koridor? Atau memang hobi wanita itu adalah mengganti nama orang. Dasar, gadis menyebalkan.

Berbeda dengan Aksa, lelaki itu justru hanya bisa terdiam dan menghela napas panjang. Bagaimana pun, dia tidak bisa marah karena apa yang Shaqueen lakukan tidak sepenuhnya salah. Justru, di sini yang salah adalah dirinya.

"Aku aja yang Anter kamu pulang, ya?" pinta Aksa dengan raut wajah memohon.

"Gak usah. Dia datang sama gue, berarti balik juga sama gue," timpal Jevian sembari menarik tangan Shaqueen.

Aksa hanya tersenyum tipis. "Lo siapa? Dia cewek gue!" Sahutnya. "Jadi, lo gak berhak untuk ngelakuin apapun."

Jevian hanya memutar bola matanya. "Gue emang bukan siapa-siapanya. Tapi, gue orang pertama yang selalu ada disaat dia butuh," sahut Jevian yang berhasil membuat Aksa terdiam. "Sedangkan lo? Bisa-bisanya lo lupa kalo hari ini cewek lo masuk ke sekolah barunya. Cowok macam apa?"

Aksa hanya berdecak kesal, jujur rasanya dia ingin menonjok mulut Jevian. Jika saja ini bukan di area sekolah, sudah sedari tadi dia ingin melakukan hal itu. Jadi, Aksa hanya bisa terdiam dan menatap nyalang ke arah Jevian. Namun, saat sang netra tak sengaja melihat kearah depan, dia tak sengaja menatap tangan Jevian yang sedang menggenggam erat tangan wanitanya. Hal itu semakin membuat Aksa semakin mengeratkan kepalan tangannya.

JevianWhere stories live. Discover now