7 | Ancaman Sherina

53 43 138
                                    

[ Part 7 : Ancaman Sherina ]

(Hanya ilustrasi tempat)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Hanya ilustrasi tempat)

Ditto mengeluh, kepalanya terasa pening. Wajahnya pun begitu nyeri. Matanya melihat sekeliling, dimana dia?

"Rumah sakit?" Monolognya bertanya saat menyadari pakaian pasien yang ia kenakan. Tapi yang membuatnya kembali bertanya-tanya, ketika ia melihat nama rumah sakit dengan bahasa inggris di tembok ruangan.

Ia menoleh ke nakas di samping ranjang pasiennya. Terlihat paperbag hitam yang sama seperti pemberian Sherina. Disampingnya ada sebuah handphone berwarna putih yang jelas bukan miliknya.

Ditto meraih benda pipih itu, tangannya langsung mencari kamera. Bisa ia lihat, wajah sebelah kirinya tertutup oleh segaris perban. Rahang Ditto mengeras. Gadis itu benar-benar kurangajar!

Tangan Ditto beralih menyalakan data seluler tanpa peduli memiliki kuota atau tidak. Tujuannya untuk menuju google terhenti saat sebuah notifikasi pesan masuk dari nomor tanpa nama.

Anda baru bangun, Tuan Arditto Wilson?

Ditto melebarkan matanya. Bagaimana orang ini tahu ia baru bangun? Bagaimana orang ini tahu marganya yang selalu ia sembunyikan?

Jangan terkejut bagaimana aku bisa tahu. Karena segala tentangmu, aku tahu.

Oiya, kamu pasti lapar, kan? Jangan lupa makan ayam gepreknya. Sudah aku ganti dengan yang baru, yang kemarin basi.

"Sherin?"

Gumam Ditto seraya melirik paperbag hitam di atas nakas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa perutnya merasa butuh asupan. Tangan cowok itu meraih paperbagnya. Ada sebuah kotak putih polos di sana.

Dengan tenang Ditto membuka, tapi sedetik kemudian cowok itu melemparkan kotak yang katanya berisi ayam geprek ke lantai.

Memang benar ayam geprek. Ayam utuh dengan bulunya serta kepala yang terpotong namun tidak terputus. Mata ayam itu terbuka, dan bagian badan ayam yang hancur seolah benar-benar digeprek. Baunya sangat memuakkan. Satu kotak penuh akan darah.

"Huuhh.... APAAN INI?!"

Dada Ditto naik turun begitu cepat. Rasa terkejutnya masih sangat melekat. Matanya tak sengaja menangkap sebuah amplop yang warna putihnya sudah bercampur dengan darah.

Karena penasaran, mau tak mau Ditto turun dari ranjang untuk menyimitnya. Dengan tergesa cowok itu merobek amplop lalu membuka lipatan kertas yang ada. Kertas putih yang penuh tetesan darah. Bahkan dari baunya Ditto tahu, itu darah manusia.

Danendra: SKYNA [ ON GOING ]Where stories live. Discover now