XXXIV

7.1K 880 52
                                    

▪︎▪︎▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎▪︎▪︎

Yangyang terbangun dari tidurnya dengan kedua pipi yang seketika merona merah. Dadanya pun sedikit berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Mimpi?" Gumam Yangyang dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya.

Merasa matahari semakin tinggi, dengan cepat Yangyang beranjak dari kasurnya. Tidak ada kegiatan bukan berarti dirinya bisa bermalas-malasan apalagi saat ini dirinya tidak berada di rumahnya sendiri.

Hampir setengah jam Yangyang merapihkan dirinya, ia mematut bayangannya di cermin besar di hadapannya.

Untuk pertama kalinya setelah satu minggu lebih ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semalam ia benar-benar tertidur sangat lelap.

Tok tok

Yangyang mengerutkan keningnya saat mendapati pintu ruangannya di ketuk. Karena menurutnya masih terlalu pagi untuk seseorang mengunjungi ruangannya. Tidak mungkin Renjun terlebih Jaemin.

Tanpa berpikir lebih lama, Yangyang segera melangkahkan kakinya ke arah pintu ruangannya dan membukanya perlahan. Hingga beberapa saat kemudian kedua netranya membulat lucu.

"Selamat pagi?" Sapa seorang pemuda dengan senyumnya yang seketika membuat Yangyang menahan nafasnya.

"Jeno?!" Kaget Yangyang saat melihat sosok yang mengetuk pintunya dan berdiri di hadapannya adalah sang tunangan.

"Bagaimana tidurmu?" Tanya Jeno dengan senyum lembutnya yang membuat akal sehat Yangyang seketika pergi entah kemana.

"H-huh?" Bingung Yangyang dengan wajah polos bercampur syok dan bingung miliknya.

"Tidurmu? Bagaimana? Nyenyak tidak?" Tanya Jeno kembali yang seketika mengambil kembali kewarasan Yangyang.

"Oh...jadi bukan mimpi ya." Gumam Yangyang sembari mengalihkan perhatiannya, membuat Jeno mengerutkan keningnya.

"Apanya?" Bingung Jeno. Namun Yangyang dengan segera menggelengkan kepalanya dan mengulas senyum paksanya.

Melihat hal itu Jeno ikut mengulas senyumnya. Tangan kanannya bergerak ke arah pucuk kepala Yangyang dan mengusapnya penuh kelembutan, membuat Yangyang lagi-lagi menahan nafasnya gugup dengan kedua pipi dan telinga yang memerah.

"Bukan mimpi, aku benar-benar menyukaimu kok." Ujar Jeno santai yang membuat jantung Yangyang berdetak tidak karuan. Kedua lutut Yangyang bahkan sudah lemas saat ini.

Ia tidak pernah menyangka bahwa Jeno ternyata memiliki sifat yang sangat hangat, lembut dan bisa membuatnya meleleh setiap saat. Yangyang harus berhati-hati mulai sekarang.

"Woah mulutmu bahaya juga ya." Ujar Yangyang dengan pipi yang masih merona.

Sedangkan Jeno yang mendengar ucapan dan melihat wajah merona Yangyang pun lagi-lagi terkekeh gemas. Kemana saja dirinya baru menyadari bahwa sosok dihadapannya ini sangat polos dan menggemaskan.

Enthroned : King & The Crown ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang