2. Tertipu

7.4K 679 70
                                    

"Dana, jangan bercanda. Kalau kamu bukan Dana masak Gana. Kan, Gana punya tato di pergelangan tangan kanannya," kata Irene seraya membalikkan tangan kanan Gana memastikan kalau tidak ada tato di sana dan memang tidak ada tato naga di sana.

Gana tersenyum tipis. Ia memang pernah membuat tato di pergelangan tangannya sewaktu pergi ke Bali tapi itu bukan tato permanen. Makanya tato itu sudah lama tidak ada di sana. Sementara ia dan Irene hanya pernah bertemu dua kali sebelumnya dan itu sudah sangat lama.

"Kalau aku Gana kenapa? Kamu enggak mau menikah denganku?"

"Jelas, enggak maulah. Di hatiku hanya ada Dana seorang. Sudahlah Sayang, kamu jangan bercanda lagi untuk menakutiku. Aku tahu kamu humoris tapi jangan membuat lelucon seperti ini," pinta Irene dengan diakhiri senyuman.

"Oke."

"I love you, My Darling. Aku sangat menyayangimu, jangan tinggalkan aku, ya."

"Oke."

"Kok cuma jawab oke. Bilang love you too, dong."

"I love you too."

Gana tidak mau ambil pusing. Ia ikuti saja apa kemauan Irene. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi pada masa depan. Entah Dana akan murka padanya atau membencinya juga ia tetap tidak peduli. Baginya ini bukan salahnya, Irene yang datang padanya.

Gana ingat semalam di pesta, baru satu gelas kecil ia meminum minumannya, beberapa menit kemudian ia merasakan panas menjalar di tubuhnya. Ia yakin seseorang sengaja mencampur sesuatu di minumannya. Ia biasanya meminum beberapa gelas minuman tapi tidak mabuk. Anehnya Irene muncul dan langsung memeluknya seraya mengatakan merindukannya. Ia yakin kalau wanita itulah dalang dari semua kejadian aneh ini.

"Sayang, beneran kan kamu mau menikahiku secepatnya?"

"Iya."

"Serius?"

"Aku tidak pernah berbohong. Tapi, sepertinya kamu yang tidak ingin menikah denganku," jujur Gana dengan menatap mata Irene lekat.

"Enggak mungkinlah. Selama ini kamu yang enggak mau diajak nikah. Kamu selalu bilang belum siap," terang Irene dengan kesal.

Gana menyubit pipi Irene, "Jangan memasang wajah seperti itu aku tidak suka. Aku pasti akan menikahimu secepatnya."

Irene tersenyum bahagia.

"Hari ini kamu ada acara enggak?" tanya Gana memastikan.

"Enggak, beberapa hari ini aku enggak ada jadwal pemotretan. Kenapa?"

"Aku mau ngajak kamu jalan."

"Nanti siang aja ya, Sayang."

"Oke."

***

Irene kira Gana akan mengajaknya pergi ke suatu tempat yang romantis. Ternyata lelaki itu mengajaknya pergi ke sebuah toko berlian di mall. Ia disuruh memilih berlian apa saja yang ia suka.

"Ini dalam rangka apa sih kamu mau beliin aku berlian?"

"Kamu calon istriku, aku mau kamu selalu bahagia. Apa saja yang kamu sukai, aku pasti berikan. Aku tahu kamu menyukai berlian," jawab Gana yang mengingat kalau perempuan itu pernah menunjukkan katalog berlian ke Dana minta untuk dibelikan sepasang anting tapi ditolak oleh Dana.

"So sweet. Kamu tambah pengertian sekarang. Terima kasih, Sayang."

Irene langsung melihat gelang yang ada di situ. Banyak gelang yang bagus, ia bingung ingin memilih yang mana. Semuanya indah berkilauan.

Gana memilih satu kalung. Ia langsung meminta sang pramuniaga untuk mengambilkannya, "Sayang, coba yang ini."

Irene mengalihkan pandangannya sejenak. Kalung berbandul kupu-kupu yang dipilih Gana membuatnya semakin tersenyum lebar. Kalung itu sangat cantik.

Gana memasangkan kalung itu, "Cantik sama seperti kamu."

"Makasih, Sayang. Ini bagus sekali," ujar Irene dengan mata berkaca-kaca. Ia terharu dengan perlakuan Gana.

"Mbak saya ambil yang ini. Sama gelangnya yang sebelah kiri paling ujung, ya." Irene mengatakan dengan semangat.

Pramuniaga itu langsung menghitung totalannya dan membungkusnya setelah dibayar.

"Sayang, kita mau ke mana lagi?"

"Ke galeri pakaian."

Gana mengandeng tangan Irene menuju toko paling utara. Di sana ia langsung memilih pakaian yang berlangan panjang dan tidak membentuk tubuh. Ia tidak mau sembarang pria bisa melihat lekuk tubuh Irene.

"Bajunya banyak sekali? Untuk apa kamu membelikanku baju sebanyak ini?" Irene takjub dengan apa yang dipilih oleh Gana.

"Bajumu itu kebanyakan berelangan pendek, terbuka, dan membentuk tubuh. Aku tidak suka kamu memakai pakaian seperti itu."

"Kenapa? Aku terlihat jelek, ya?"

"Bukan, aku tidak mau banyak pria memandangi tubuhmu yang indah."

Irene mencubit Gana, "Sejak kapan kamu peduli dengan penampilanku dan apa yang kupakai? Kamu selalu bilang aku harus jadi diri sendiri."

Gana terkekeh, " Sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. Tentu saja aku akan mempedulikan apa pun tentangmu."

Irene yang mendengar itu menjadi semakin senang. Ia benar-benar tidak sabar menjadi Nyonya Dana Hartanto. Dana sekarang lebih perhatian padanya, pikirnya.

"Tapi, kamu boleh memakai gaun seksi saat hanya ada aku," bisik Gana, lalu mencium pipi Irene.

Irene mencubit pinggang Gana, "Dasar, Tuan Mesum."

Irene langsung berjalan cepat meninggalkan Gana. Ia tidak ingin Gana menyadari bahwa pipinya bersemu merah. Dirinya benar-benar dibuat salah tingkah terus oleh Gana hari ini.

Gana berpikir hal ini mulai menyenangkan. Ia berencana untuk benar-benar merebut Irene dari Dana. Menurutnya Irene sangat menarik.

Bersambung...

Apa judulnya PPKM aja, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa judulnya PPKM aja, ya?

Unpredictable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang