13. Pertemuan

2.3K 262 11
                                    

"Kata siapa aku menyukainya," bantah Dana dengan nada santai, "dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri."

"Dasar pendusta. Kamu selalu berbohong, Dana!" seru Adeline dengan senyum meremehkan.

Dana mendekatkan wajahnya ke arah Adeline, sontak wanita itu pura-pura batuk yang membuat Dana menutup mulut perempuan itu dengan tangannya. Tak lama kemudian Dana mengendong Adeline, lalu mendudukkannya di sofa tadi. Ia terburu-buru mengambil ular kesayangannya yang kemudian dikalungkan ke Adeline.

"Yak, Danaaaaa! Sialan," teriak Adeline seraya melepas ular itu tapi belum sempat ia menjauhkan ularnya, Dana menaruh beberapa ular di badannya.

"Kamu ingin membunuhku, ya," pekik Adeline yang sangat ketakutan.

"Kamu sudah setuju kemarin menjadi modelku, sekarang sudah terlambat kalau kamu ingin membatalkan," terang Dana dengan senyuman sekilas yang lebih jelas dibilang seringai.

Adeline ingin melepaskan ular itu, tapi ia gemetar karena ular itu tidak kunjung diam. Terus bergerak mengelilingi tubuhnya. Ia hanya diam pasrah seraya menahan napas.

Dana langsung membuat sketsanya. Ia  fokus terus pada kanvas dan objek lukisannya. Sementara Adeline terus berdoa dalam hati agar ia baik-baik saja.

Adeline kaget saat satu ular melingkar di pahanya dan satu ular lagi masuk ke dalam gaunnya. Sontak ia berdiri dan berteriak, "Danaaaa!"

Dana yang melihat itu bergegas mengambil ular yang sudah masuk ke gaun Adeline. Ia menyingkap gaun Adeline, lalu terburu-buru mengambil ular itu walau sempat matanya mengangummi paha dan kaki Adeline yang begitu mulus, tiada luka.

Dana mengambil satu per satu ular, lalu ia masukan ke dalam kotak. Ia tidak tega melihat wanita di hadapannya menangis. Dirinya hanya ingin memberi pelajaran sedikit agar Adeline tidak semena-semena padanya.

"Maaf," lirih Dana nyaris tidak terdengar.

Adeline yang sudah terbebas dari ular langsung memeluk Dana yang membuat lelaki itu terdiam seketika. Ia bisa mendengarkan degub jantung Adeline yang tidak beraturan.

"Aku takut," kata Adeline terus menitukkan air mata, "aku sangat takut."

Dana bingung ia menjawab apa. Dirinya hanya diam, mendengarkan.

"Dana, a ... aku ngompol," cicit Adeline yang membuat Dana langsung melepaskan pelukan Adeline.

"Jorok," celetuk Dana spontan. Ia menggelengkan kepala mihat kaki Adeline basah.

"Ini semua gara-gara kamu. Kamu harus tanggung jawab."

Dana tidak mengubris, "Sana ke kamar mandi. Bersihkan dirimu," tunjuk Dana ke arah kamar mandinya.

Adeline bergegas pergi ke kamar mandi dengan raut wajah kesal. Ia langsung menyalakan shower dan mengosok semua tubuhnya dengan sabun cair. Baru kali ini ia mandi di apartemen seorang pria.

Dana keluar, ia juga mandi di kamar mandi yang berada di luar kamarnya. Namun, tak memakan waktu lama untuk membersihkan diri. Sementara Adeline tak kunjung keluar.

"Adeline, sudah selesai belum?" tanya Dana seraya mengetuk pintu.

"Belum, terus aku pakai baju apa?" balasnya yang kini tengah berendam air hangat.

"Kamu bisa pilih pakai baju apa di almariku yang bisa kamu kenakan sementara."

***
Irene tidak sengaja menabrak seorang model. Pakaian wanita itu ternodai oleh segelas kopi yang dibawa Irene. Namun, wanita itu tetap santai meski gaunnya kotor.

"Maafkan saya. Saya tidak sengaja mengotori gaun Anda," aku Irene seraya mengulurkan tisu. Perempuan itu mengambilnya dengan raut wajah santai.

"Enggak pa-pa kok, santai aja."

"Elsa," panggil Dana yang membuat kedua perempuan itu menoleh ke arahnya.

Irene langsung paham itu Dana karena menggunakan topi jaguar, "Dana," sapa Irene dengan senyuman.

"Irene, kamu di sini juga?" tanya Dana   yang langsung mendapatkan anggukan dari Irene.

"Kalian saling mengenal?" tanya Elsa dengan menatap Irene dan Dana bergantian.

"Iya, Sa, kenalin ini Irene. Rene, ini Elsa sepupunya Adeline sekaligus klienku."

Irene tersenyum.

"Ohh kamu Irene calon istrinya Gana? Adeline kemarin cerita tentang kamu," terang Elsa dengan raut wajah ceria. Ia senang bisa bertemu dengan calon istri Gana.

Dana hanya diam. Sementara Irene melirik ke raut wajah Dana yang terlihat tidak suka. Ia bergharap Dana baik-baik saja.

"Maaf, bisa aku bicara dengan Dana sebentar?" Irene meminta izin pada Elsa.

"Iya, silakan. Dan, aku tunggu di lobi aja, ya."

"Oke."

Irene dan Dana pun duduk di sofa paling ujung. Mereka pun berbincang-bincang di sana.

"Bagaimana kamu sudah bilang ke bundamu tentang hubungan kita?" tanya Irene dengan nada lembut.

"Belum, Bunda sudah berangkat pergi ke Thailand ternyata. Setelah Bunda pulang aku membicarakan kejelasan tentang hubungan kita," kata Dana mantap. Ia mengenggam tangan Irene.

"Tapi apakah Bundamu akan merestui kita?" Irene bertanya dengan nada cemas. Ia takut kalau bunda Dana tidak memberi restu dan mengecapnya buruk karena berpacaran dengan Dana tapi malah datang memperkenalkan diri menjadi calon istri Gana.

"Apa pun pasti akan aku lakukan untuk mendapat restu, Bunda."

Bersambung....

Yang punya facebook atau ig follow atau add aku dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang punya facebook atau ig follow atau add aku dong. Lanav Ayudia.

Ini paling 20 part tamat. Ahaha 🤣

Btw, siapa author favorit kalian dan novel apa yang paling berkesan untuk kalian?

Kalau aku mah suka sama karya Aliazalea 🥰

Unpredictable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang