17. Positif

3.1K 206 2
                                    

Sejak Irene periksa ke dokter kandungan, Gana terus tersenyum dengan hasilnya. Ia tidak menyangka akan segera menjadi ayah. Akhirnya, ia tidak perlu mencari cara untuk mempertahankan Irene tetap di sisinya.

Irene terdiam terus tidak tahu mau bicara apa. Ia takut kalau citra dirinya menjadi buruk kalau banyak orang yang tahu dirinya hamil di luar nikah. Tidak disangka ia akan hamil anak Gana. Dirinya juga bingung menghadapi Dana. Ia harus menyelesaikan hubungannya dengan kekasihnya, sebelum menikah dengan Gana.

"Ren, kamu ingin makan apa? Ini udah waktunya makan siang," tutur Gana lembut seraya mengenggam tangan Irene.

Lamunan Irene pun buyar. Ia tersadar, kalau dirinya sekarang masih bersama Gana. Ia mencoba tersenyum, meski berat.

"Nasi goreng enak kayaknya?"

"Kamu punya bahan-bahannya enggak? Kalau ada biar aku masakin," kata Gana antusias. Ia senang sekali memasak makanan untuk Irene.

"Iya, ada."

"Ya udah, aku masakin, ya. Kamu tunggu di sini."

Irene menggeleng, "Aku ikut. Biar aku bantu kamu masak."

Gana tersenyum seraya mengandeng Irene, "Oke."

Irene pun menyiapkan bumbunya untuk diolah oleh Gana. Lalu, ia membantu mengocok terlur, memotong sosis, dan bakso. Selebihnya dikerjakan oleh Gana. Ia hanya menjadi penonton.

Irene berpikir sejenak kalau ia jadi istri Gana, maka akan selalu dapat perhatian dan prioritas. Sedangkan kalau bersama Dana belum tentu dipriotaskan dan selalu diperhatikan, kekasihnya itu selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Meski Irene belum mencintai Gana seperti ia mencintai Dana, tapi ia akan berusaha selalu menyayangi Gana karena kelak pria itu yang akan menjadi suaminya.

"Terima kasih, ya, Gana."

"Untuk apa?" Gana mengernyitkan dahinya seraya menaruh nasi goreng ke piring.

"Semua perhatianmu untukku."

"My pleasure, apa yang enggak untuk calon istriku. You are special for me."

Entah kenapa air mata Irene menitik, dipeluknya Gana, "Andai aku lebih dulu mengenalmu daripada mengenal Dana, mungkin tidak akan serumit ini," isaknya.

Gana langsung membalas pelukan Irene, "Jangan menangis. Nanti anak kita juga ikut sedih. Semua sudah takdir, jangan kamu tangisi lagi. Aku akan selalu bersamamu."

"Iya, Gana. Terus gimana dengan Dana. Aku takut bicara dengannya untuk memutuskan hubungan."

"Biar aku yang bicara dan menjelaskan padanya nanti. Kamu tenang saja, enggak usah takut. Ada aku yang akan menjagamu."

Gana menyeka air mata Irene dengan sapu tangannya. Ia tidak suka melihat Irene menangis. Dirinya sangat berharap calon istrinya itu akan selalu bahagia bersamanya. Kemudian, ia cium dahi Irene sebentar.

"Lalu, bagaimana dengan mamamu? Aku takut dicap sebagai perempuan yang tidak baik," jujur Irene yang bimbang. Ia tahu dirinya memang bukan perempuan baik-baik atas apa yang telah ia lakukan pada Gana, tapi itu semua ia lakukan agar bisa bersama Dana tapi jarum takdir berkata lain.

***

Dana sebenarnya kesal sekali begitu membuka pintu yang datang sosok Elsa dan Adeline. Ia ingin segera menemui Irene tapi lagi-lagi Elsa selalu muncul di hadapannya, ditambah lagi ia sering mengajak Adeline bersama, padahal ia sangat tidak menyukai Adeline. Namun, ia tetap terlihat biasa saja jika di hadapan banyak orang jika berpaspasan dengan Adeline.

"Ada apa?" tanya Dana langsung ke intinya.

"Kangen Dana, aku mau ngajakin makan siang," terang Elsa dengan raut wajah sumringah.

Dana mengembuskan napas sejenak, "Tapi aku sibuk, ini mau ada urusan sama klien."

"Ohh. Kalau gitu nanti malam aja, ya. Nanti kita makan malam bersama, sudah lama enggak makan malam," bujuk Elsa dengan nada lembut.

"Nanti aku usahakan," ujar Dana seraya melirik Adeline yang tengah menatap ke arah lain, sengaja membuang muka dari Dana, "aku pamit dulu, ya." Dana langsung pergi belum sempat Elsa menjawab.

Elsa hanya menatap punggung Dana yang semakin menjauh. Ia mencoba tersenyum, meski sedikit kecewa dengan sikap Dana yang sekarang, berbeda dengan Dana yang dulu.

"Kenapa sih kamu mau berteman dengan Dana? Dia saja sering mengabaikan kamu," kata Adeline dengan raut wajah masam. Suasana hatinya menjadi buruk karena melihat Dana tadi.

"Dia baik, kok, cuma dingin." Elsa menjawab dengan lembut, mesti sedang kesal.

"Ayo, kita ke apartemen Irene saja, mencari Gana dari tadi dia sulit dihubungi. Pasti sedang di apartemen Irene," ajak Adeline dengan semangat.

"Gana mau menikah dengan Irene tapi kamu malah masih mencari Gana saja," cibir Elsa dengan raut wajah datar.

"Hey, ini tentang pekerjaan. Ada perlu dengan Gana, lagi pula aku punya pria yang aku sukai, ya, dan itu bukan Gana."

"Oke."

Adeline dan Elsa pun langsung pergi ke apartemen Irene dan setibanya di sana. Ia melihat sosok Dana yang berada di depan pintu apartemen Irene. Elsa juga yang melihat itu heran. Ia langsung berlari ke arah Dana. Sementara Adeline menjadi was-was jika memang benar Gana ada di apartemen Irene

"Dana, kamu katanya pergi untuk bertemu klien. Kok ke tempat Irene?" tanya Elsa tidak terima.

"Irene itu kekasihku," aku Dana dengan suara tegas.

"Apa? Dia kan calon istri Gana."

"Bukan, dia kekasihku. Kamu bisa tanya ke Adeline."

Elsa pun memandang ke arah Adeline yang berusaha menghubungi Irene tapi tidak diangkat panggilannya.

Akhirnya, pintu apartemen Irene terbuka dan munculah Gana yang membuat Dana kesal.

"Ngapain di sini?" tanya Dana dengan nada kesal.

"Ya jelas ketemu Irene, dia kan calon suami Irene," sahut Elsa yang membuat Gana tersadar kalau tidak hanya ada Dana di situ tapi ada Elsa dan Adeline.

"Ya." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Gana karena ia bingung ingin bicara apa.

"Gan, lo benar-benar ingin ngerebut Irene dari gue, ya?" Dana menatap Gana lekat, penuh kebenciaan di sana.

Gana hanya diam.

"Tolong, jauhin Irene. Irene kekasihku."

"Tapi sebentar lagi dia menjadi istriku dan ibu untuk anakku."

Satu pukulan mendarat di pipi Gana. Tepat saat itu juga Irene keluar melihat Dana yang memukul Gana dengan raut wajah penuh amarah. Sangat berbeda dengan Dana yang biasanya selalu memasang raut wajah datar. Elsa pun menutup matanya, ia tidak suka melihat orang berkelahi dan Adeline coba melerai mereka tapi ia terjatuh tak sengaja karena Dana mendorongnya.

Bersambung...

Yuk yang mau beli pdf. Sale 1 judul Rp 10.000, tidak berlaku untuk Defisit (Defisit Rp 25.000). 10 Judul Rp 50.000 kalau mau semua Rp 60.000

Judul PDF:

1. Random Wife
2. Ugly Ceo
3. Romantic Drama
4. Romantic Hospital
5. Wanted! Ugly Wife
6. Annoying Couple
7. Aku Bukan Simpanan
8. He Called Me Buluk
9. Random Husband
10. Am I Pregnant?
11. Defisit

Pembayaran via bank bri atau shopeepay atau pulsa atau ovo

Hubungi wa 085865080449

Khusus hari ini sampai jam 10 malam.

Unpredictable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang