22

1.9K 113 4
                                    

Elsa terburu-buru mencari Dana tetapi ia tak kunjung menemukan sosok lelaki itu. Ia takut Dana benar-benar meninggalkan Indonesia selamanya. Dirinya tak kuasa lagi meneteskan air mata. Sementara Adeline hanya memasang raut wajah datar selama menemani sepupunya mencari Dana di bandara.

Manik mata Adeline tak sengaja bertemu dengan mata pria yang tengah dicari sepupunya. Ia melihat netra itu tampak sayu dan tersirat luka di sana. Lelaki itu berjalan ke arahnya.

"Miss Adeline," panggil Dana dengan senyuman yang dipaksakan, "Saya tidak menyangka Miss Adeline mencari saya sampai ke sini," guraunya yang jelas ia tahu Adeline tak mungkin mencarinya dengan senang hati. Hanya satu orang yang membuat perempuan itu pergi untuk ikut mencarinya. Siapa lagi kalau bukan Elsa, pikirnya.

"Dana," ujar Elsa dengan mata sembab, lalu memeluk lelaki itu, "tolong jangan pergi."

"Enggak bisa, aku mau ngelanjutin karirku di Prancis," terangnya tanpa kebohongan.

"Dana nanti aku pasti sangat merindukanmu."

"Kamu bisa menghubungiku lewat video call atau menemuiku langsung ke Prancis."

"Dana, please, you must live in Indonesia. I need you, I love you, I want you."

"Aku udah enggak punya alasan untuk tinggal di sini, perempuan yang kucintai sudah menikah."

"Ada aku yang cinta kamu, kenapa sih kamu hanya mikirin Irene aja. Tolong demi aku, tinggal di sini."

"Aku punya dua permintaan kalau kamu mau aku tinggal di sini."

"Apa pun itu pasti aku wujudin."

"Pertama, aku Miss Adeline cium aku." Dana sengaja mengucapkan hal itu pasti itu tidak mungkin terwujud. Pertama, Elsa tidak mungkin bisa melihat orang yang dicintai berciuman dengan orang lain dan yang kedua Adeline pasti tidak sudi berciuman dengannya.

"Ogah," sontak Adeline menatap nyalang Dana.

Elsa meremas bajunya untuk melampiaskan kekesalannya, "Adel, tolong bantuin aku," lirih Elsa memohon, dirinya benar-benar cinta buta terhadap Dana. Apa pun ia akan lakukan asalkan Dana tidak pergi meninggalkan Indonesia.

"Enggak ah. Gila ya kalian," tolak Adeline keheranan dan kesal.

"Kalau kamu enggak nolongin aku. Aku bakal kasih tahu rahasia kamu ke --"

"Fine, aku bakal lakuin tapi enggak di sini," putus Adeline dengan raut wajah muram.

Dana keheranan, tidak ia sangka seorang Adeline bisa dengan mudahnya mengikuti ucapan Elsa. Pasti ada suatu rahasia besar yang disembunyikan Adeline yang hanya diketahui oleh mereka berdua, pikir Dana. Ia pun harus memikirkan syarat lain agar Elsa tidak menghalanginya pergi.

"Ayo, kita ke sana yang sepi orang," ajak Elsa dengan suara lembut. Ia mencoba tetap tegar, meski hatinya tak keruan.

Elsa pun mengandeng Dana. Adeline pun berjalan di belakang mereka dengan ekspresi kesal. Ia terus menggerutu dalam hati.

"Silakan kalau kalian mau ciuman. Aku mau pergi ke sana," pamit Elsa yang mencoba menahan air matanya untuk tidak kembali jatuh lagi.

Adeline terdiam memandang Dana. Ia mengigit bibir bawahnya, gusar. Dana yang mengerti menarik tangan Adeline untuk mendekat ke arahnya.

"Miss Adeline, saya tebak pasti belum pernah ciuman, kan?"

"Kalau, iya kenapa?"

Dana tidak menjawab. Ia malah menarik dagu Adeline untuk mendekat ke arahnya, lalu dicium bibir itu yang enggan membuka mulut, tapi Dana memaksanya sehingga Adeline membuka mulutnya. Mereka melakukan french kiss.

"Thanks, Darling." Dana memegang sudut bibir Adeline. Ia menatap lekat mata perempuan itu, entah kenapa ada rasa sungkan untuk meninggalkan perempuan yang sering beradu mulut dengannya. Dan, ada rasa candu saat mencium bibir gadis itu. Ingin sekali ia mengulangi lagi, padahal dirinya bukanlah pria yang sembarangan mencium seorang gadis. Selama ini pun, ia menjaga baik Irene. Namun, kenapa hari ini ia begitu berengseknya mencium gadis tanpa suatu ikatan.

Adeline yang malu, langsung pergi memanggil Elsa. Ia dapati Elsa tengah menghapus air matanya dengan sapu tangan. Dirinya merasa kasihan pada Elsa.

"Sa, maaf."

"Enggak usah minta maaf, kamu enggak salah." Elsa mengandeng tangan Adeline untuk mendekat ke Dana lagi.

"Dana, apa syarat keduanya agar kamu bisa tetap tinggal di sini?"

"Menikah dengan Miss Adeline."

"Enggak mau." Adeline berjalan mundur dan bersembunyi di balik badan Elsa. Ia pikir otak Dana sudah konslet.

"Enggak ada yang lain apa Dana? Kenapa kamu mengincar Adel? Aku tahu kamu enggak suka dia."

"She is my type. Enggak ada alasan aku buat enggak tertarik ke perempuan sepintar, mandiri, manis, dan seksi seperti Miss Adeline." Dana tidak sepenuhnya bohong, apa yang ia katakan memang benar. Begitulah sisi positif Adeline di matanya.

"Terserahlah kamu, Dana. Aku enggak bakal nahan kamu lagi. Silakan pergi ke Prancis."

Elsa berlari meninggalkan Dana. Lalu, Adeline hendak mengejar Elsa tapi tangannya dipegang oleh Dana, "Enggak usah dikejar. Biar dia nenangin diri dulu."

Adeline masih terdiam. Ia canggung bicara dengan Dana. Kemampuan mendebatnya hilang seketika.

"Jaga dirimu baik-baik. Kalau semesta mengizinkan, kita akan bertemu kembali."

"Lebih baik tidak bertemu."

"Suatu saat nanti aku pastikan kamu akan jadi istriku."

Bersambung...

Part ini khusus Dana, supaya kita langsung bisa lompat ke cerita barunya Dana sama Adeline. Masukin library, yuk:

Yang mau beli pdf:
Yuk yang mau beli pdf. Sale 1 judul Rp 25.000. 4 Judul Rp 50.000. 11 Judul Rp 100.000

Judul PDF:

1. Random Wife
2. Ugly Ceo
3. Romantic Drama
4. Romantic Hospital
5. Wanted! Ugly Wife
6. Annoying Couple
7. Aku Bukan Simpanan
8. He Called Me Buluk
9. Random Husband
10. Am I Pregnant?
11. Defisit

Pembayaran via bank bri atau shopeepay atau pulsa atau dana atau ovo

Hub: 085865080449

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unpredictable NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang