chap 2

1.8K 134 6
                                    

Dang

Bagai petir tersambar dirinya saat mendengar penjelasan sang suami.
"Hah?.. Apa maksud mu.? Menjijikkan..?? " sakit. Itulah yang ia rasakan di hatinya sekarang.
"Ya, mana ada pria yang bisa hamil di dunia ini dan itu menurutku sangat menjijikkan. " jawab Mile datar.
"Haha.. Lalu mengapa kau menikahi ku brengsek "  tanyanya pada Mile sambil menahan air matanya agar tidak jatuh. "Waktu itu aku tidak tau bahwa kau bisa hamil. Jika aku mengetahuinya dari awal aku tidak akan menikahi mu, karena itu hanya akan membuat ku malu karena mempunyai pasangan tidak sempurna seperti mu. "

  Runtuh sudah pertahanannya. Usahanya agar air matanya tidak jatuh dihadapan pria ini menjadi sia-sia. "Aku memberimu waktu selama seminggu untuk berpikir. Gugurkan anak itu atau tetap bersamaku. Jika kau memilih untuk mempertahankan anak itu maka keluar lah dari rumah ku dan kita akan berpisah. " ucap Mile tegas dan penuh penekanan. Wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak main-main dan serius dengan ucapannya. Setelah mengatakan itu Mile langsung keluar dari rumah itu meninggalkan Apo yang masih terdiam sambil sedang mencerna perkataan Mile itu.

Tubuhnya kini terasa lemah dan kakinya terasa seperti jeli. Perlahan tubuhnya membawanya jatuh merosot ke lantai keramik dingin . Bagai bumi berhenti berputar. Apo masih tercegang dengan ucapan sang buah hatinya. Tak terasa kinj airmata nya jatuh deras.

Gyurh
 

Bunyi kuat petir dan guruh menyedarkannya dari lamunannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunyi kuat petir dan guruh menyedarkannya dari lamunannya. Dia menatap kosong kearah jendela kaca yang menunjukkan di luar sana sedang hujan lebat. Langit seakan turut merasakan kesedihannya. Hujan lebat disertai oleh guruh dan petir, suasana suhunya dingin karena hujan tak dapat menghilangkan luka ucapan dari seseorang ia cintai. Seketika ucapan bayangan Mile muncul di kepalanya yang membuat dadanya terasa semakin sesak dan membuat nya menangis sejadi-jadinya. Ruangan sepi nan dingin ini menjadi saksi betapa sakit dan terlukanya saat sosok yang paling ia cintai membencinya bahkan jijik dengan diri nya.
















To be continued.

Penyesalan HujungWhere stories live. Discover now