chap 24

1.9K 95 29
                                    






Tahun demi tahun telahpun berlalu, kini umur Evan telahpun memasuki 18 tahun dan adiknya yaitu Divan sudahpun berumur 6 tahun. Entah mengapa sejak kematian ortu mereka yaitu Apo dan Bible, Evan menjadi cukup pendiam pada semua orang. Divan benar-benar menuruni sikap Apo yang hangat, aktif dan ceria meskipun begitu Divan sering kali menanyakan keberadaan ortunya.







"Evan, makan malam bareng yuk" bujuk wanita itu namun Evan hanya menatapnya sekilas lalu pergi meninggalkannya

"Nek, tenapa phi Evan gitu ama ita? " tanya Divan bingung

"Mungkin Phi mu lagi capek sayang" balas sang nenek tersenyum. Divan hanya mengangguk kepalanya mengerti

"Yaudah, ayo makan ya"

"Ayooo!"





















Bruk

Evan melemparkan dirinya diatas kasur miliknya sambil memejam matanya dan menghela nafas

"Papa, dady.. Kenapa kalian meninggalkan Evan dan Divan begitu cepat sekali? " tanya Evan menatap sayu kearah ceiling

"Evan merindukan kalian pa, dady.. " ucap Evan Lirih

"Apa papa dan dady tidak kasihan pada Divan yang lahir tanpa kasih sayang dari kalian..? " ucap Evan sambil air mata mula mengalir dari matanya

"Aku sungguh merindukan kalian pa, dady.. Hiks.. Hiks" ucap Evan disela tangisnya.

Malam itu Evan hanya menangis dalam diam tanpa diketahui siapapun. Entah berapa lama dirinya menangis sehingga dia terlelap begitu saja tanpa sadar

"Anak papa dan dady harus kuat ya sayang.. "




















"Divan! Jangan berlari nanti jatuh, nak! " teriak Build pada Divan sambil mengejarnya

"Bwerk! Coba tangkap Divan kalo paman bisa! "  ucap Divan sambil berlari-lari membuat Build kewalahan mengejarnya.

" Divannn! Awas kamu yaa!" teriak Build dibalas dengan tawa riang Divan.

Evan berdiri di tingkat atas tangga sambil menatap sendu kedua orang yang sedang bermain kejar-kejaran di bawah sana, tanpa disedari sebuah senyuman kini sudahpun menghiasi wajahnya. Evan sama sekali tidak berniat untuk turun dan menghampiri mereka malahan dia kembali masuk ke kamarnya untuk menyelesaikan sesuatu.











































Hujan membuat suhu malam ini menjadi dingin, disaat dunia sedang tidur namun tidak untuk Evan. Dia malah sedang tersenyum sedih sambil mengusap sebuah gambar yang menunjukkan dirinya serta papa dan dadynya. Entah berapa kali dirinya menangis namun air mata seakan-akan tidak pernah habis untuk kembali mengalir.

Clek

Bunyi pintu kamarnya mengalihkan perhatian nya untuk menoleh melihat, dan terlihatlah sosok bocah mungil sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Evan dengan segera menghapus air matanya dan mula bertanya

"Ada apa? Kenapa belum tidur?" tanyanya

"Eunghh, boleh gak malam ini Ivan mau tidul disini?" tanya Divan sambil memainkan jarinya. Evan yang melihat tingkah gemes adiknya itu hanya tersenyum

"Um, kemarilah" ucap Evan sambil tersenyum lembut. Divan yang mendengar itu segera berlari menuju kekasur kakanya itu lalu mengangkat kedua tangannya, Evan yang mengerti pun segera Divan meletakkannya diatas kasur miliknya

Penyesalan HujungWhere stories live. Discover now