Chapter 35

4.1K 283 8
                                    

©Claeria


Sebagai pasangan muda yang belum memiliki pengalaman sama sekali mengurus acara pernikahan, Jeana dan Wilfred baru tahu bahwa ternyata ada banyak sekali hal yang harus mereka urus. Menolak tawaran kedua ibu mereka untuk membantu mengurus persiapan dan memutuskan untuk mengurusnya sendiri, membuat mereka kewalahan.

Betul, mereka memang menyewa jasa wedding organizer ternama yang sudah berpengalaman menangani pernikahan selebritis hingga pejabat. Namun, tetap saja ada banyak hal yang harus mereka putuskan. Mulai dari catering, dekorasi, foto pre-wedding, baju, souvenir, undangan, dan banyak lagi lainnya. Belum lagi pendapat kedua keluarga yang semakin membuat mereka pusing.

Di saat seperti ini, Jeana merasa sangat beruntung memiliki Wilfred di sisinya. Calon suaminya itu sangat pandai menengahi kedua keluarga mereka dan menangani segala sesuatunya dengan tenang dan sabar.

Tiap kali Jeana mengeluh lelah dengan persiapan pernikahan mereka, Wilfred akan mengecup dahinya dan berkata, "Santai aja, ya, Sayang? Kan ada aku di sini."

Iya, belakangan ini Wilfred senang memanggilnya dengan panggilan itu.

Awalnya, Jeana merasa jengah dan malu setengah mati mendengarnya, membuat Wilfred malah semakin sengaja menggunakan panggilan itu. Namun, sekarang ia mulai terbiasa. Lucunya, kadang ia bahkan menantikan Wilfred memanggilnya demikian.

Yang lebih ajaib lagi adalah kali ini tidak ada satu pun persiapan pernikahan mereka yang Wilfred lewatkan. Sesibuk apapun, ia akan memastikan dirinya datang dan ikut terlibat. Jika Jeana bisa naik mesin waktu dan menceritakan ini kepada dirinya beberapa bulan yang lalu, ia pasti tidak akan percaya.

Seorang Wilfred yang dulu hanya datang ke acara pertunangan mereka dan bahkan sibuk bekerja di hari sepenting itu bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini? Jeana yang dulu pasti curiga kepala Wilfred terbentur sehingga mengalami gangguan.

Namun, nyatanya, cinta mungkin memang bisa mengubah seseorang dengan cara yang tidak bisa diduga. Wilfred bukti nyatanya.

Saat ini pria es batu itu bisa-bisanya sedang bersandar manja di bahu Jeana, bersantai di sofa sambil menatap layar laptop di pangkuan gadis itu.

"Banyak banget sih. Semestinya kita private wedding aja kalau begini," gerutu Jeana tanpa mengalihkan perhatian dari daftar nama di layar laptopnya.

Wilfred menoleh sekilas ke wajah tunangannya itu dan tertawa, "For our case, it can already be categorised as private enough."

Saat ini keduanya sedang duduk di sofa ruang tengah apartemen Wilfred dengan undangan dan kertas berceceran.

Memfinalisasi daftar tamu undangan pernikahan seorang Wilfred Wiraatmadja dan Jeana Tandiono memang tidak mudah. Walaupun jumlah tamu sudah dibatasi karena mereka menginginkan acara yang lebih intim, jumlahnya tetap saja cukup fantastis.

Keluarga, teman dekat, kolega, rekan bisnis, belum lagi teman-teman orang tua mereka. Kalau seperti ini, Jeana agak menyesal tidak menyetujui tawaran orang tua mereka untuk mengadakan dua kali resepsi, satu di Jakarta, dan satu lagi di Bali untuk kalangan keluarga dan sahabat.

"Teman-teman kamu udah lengkap semua?" tanya Jeana kepada Wilfred yang lalu melongok ke layar laptop, masih sambil menempelkan pipinya di bahu Jeana.

"Udah..."

"Anak-anak kantor? Kamu—" kali ini ucapan gadis itu terpotong karena Wilfred tiba-tiba mengecup pipinya.

"Udah juga..." jawab Wilfred sambil tergelak. "Aku sudah cek tiga kali, pasti kali ini nggak ada yang terlewat."

Poison [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang