Chapter 2

7.6K 545 26
                                    

"Akhirnya tiba juga giliran lo. Welcome to the club, Jea," Yemima merentangkan tangannya dan menarik Jeana ke dalam pelukan. Ia tidak lupa memberikan sahabatnya itu tepukan di punggung sebagai bentuk keprihatinan.

"Club apa? Barisan Siti Nurbaya zaman modern?" sindir Viona sambil terkekeh, menertawakan nasib Jeana dan Yemima yang mirip seperti tokoh cerita rakyat terkenal itu.

Sama seperti Jeana, Yemima juga dijodohkan oleh keluarganya dengan putra seorang pengusaha tambang batu bara. Bedanya, ia sudah menjalaninya sejak enam bulan yang lalu.

"Heh! Bentar lagi juga giliran lo, tungguin aja!" tuding Yemima kesal.

"Gue mau dijodohin, asalkan sama Kak Joshua," ucap Viona genit sambil melirik Jeana.

"Nggak boleh!" Jeana mendelik ke arah Viona sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa yang empuk.

Di malam minggu ini, seperti minggu-minggu sebelumnya, mereka berkumpul di Haven, kafe di bilangan Kemang yang menjadi langganan mereka sejak masih duduk di bangku SMA.

Jeana, Viona dan Yemima; tiga serangkai yang tak terpisahkan sejak SMA. Viona dan Yemima adalah sahabat karib Jeana yang mendapatkan persetujuan penuh dari Papa. Mana mungkin Papa tidak setuju, kebetulan orang tua Viona dan Yemima bekerjasama dengan Papa dalam bisnis perhotelan. Asalkan bersama Viona dan Yemima, Papa pasti akan memberikan izin kepada Jeana. Mau nongkrong di kafe, silakan. Mau jalan-jalan ke Bali, boleh. Mau liburan ke luar negeri, tidak apa-apa.

Berasal dari lingkungan pergaulan yang sama, Viona dan Yemima sudah tidak heran apalagi terkejut ketika tempo hari mendengar Jeana bercerita bahwa ia dijodohkan. Hanya Jeana sendiri yang sebenarnya masih sering gagal memahami, kenapa perjodohan atas dasar keuntungan bisnis menjadi sesuatu yang normal di lingkungan mereka.

Bukankah seharusnya pria dan wanita menikah atas dasar cinta? Namun, memang nyatanya manusia seringkali lebih memuja harta daripada cinta.

"Jadi, lo dijodohin sama siapa, Je?" tanya Yemima seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Jeana, tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Sama Wifred, dari Nusantara Group. Kalian kenal, nggak?" jawab Jeana sambil memandang kedua sahabatnya bergantian.

Viona melipat tangan di atas meja, "Wilfred? Kayaknya namanya familiar..."

"Wilfred... Wiraatmadja?" tanya Yemima hati-hati.

Jeana mengangguk, mengiyakan.

"HAH?! WILFRED YANG ITU?!"

Pekikan Viona dan Yemima membuat Jeana hampir meloncat di tempat karena kaget. Kenapa reaksi mereka berlebihan begitu? Memangnya ada apa dengan Wilfred? Jeana tahu kalau pria itu adalah pewaris Nusantara Group, tapi sepertinya reaksi ini berlebihan.

"Kalian berdua kenal sama dia?"

"Nggak kenal, sih. Tapi, siapa yang nggak tau seorang Wilfred Wiraatmadja?! Come on!" jawab Yemima gemas melihat Jeana, seolah-olah Jeana lah yang bersikap terlalu santai.

"You lucky bitch! Gila, bokap lo pinter banget cariin jodoh buat lo," umpat Viona sambil mencari sesuatu pada layar ponselnya. Tidak lama, ia menyodorkan foto seorang pria tampan yang dibalut setelan jas pada layar ponselnya, "Nih, orangnya yang ini!"

Seperti semut mengerubungi gula, mereka bertiga lantas berkemurun menatap foto Wilfred di layar.

Wow! Pantas saja teman-teman Jeana heboh melihatnya. Wilfred bertubuh tegap dengan bentuk wajah yang hampir sempurna menurut Jeana. Hidungnya mancung, kulitnya putih, dan rahangnya tegas. Matanya yang sedikit runcing dan tajam membuatnya tampak cerdik, seperti seekor rubah.

Poison [COMPLETED]Where stories live. Discover now