Chapter 7

4.5K 362 2
                                    

Alunan musik klasik terdengar halus di dalam mobil Jeana yang terparkir di basement gedung kantornya. Tempat parkir mulai tampak sepi, satu per satu mobil meninggalkan tempat. Semua orang berlomba-lomba untuk cepat pulang, ingin melepas penat setelah seharian bekerja. Namun, tidak dengan Jeana. Sudah hampir tiga puluh menit ia hanya terdiam di balik setir, duduk bersandar dengan pandangan kosong.

Seminggu telah berlalu sejak kunjungan kedua Jeana ke Serenity. Sayangnya, selama tujuh hari pula gadis itu masih tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Han yang menyodorkan strawberry milkshake dari otaknya.

Tidak hanya bayangan Han, Jeana juga masih belum bisa melupakan sensasi yang baru pernah ia rasakan untuk pertama kalinya ketika sedang bersama pria itu; jantung yang berdebar, perut yang terasa dipenuhi kupu-kupu, serta rasa hangat yang menyelimuti dadanya.

Semua sensasi itu akhirnya mengakibatkan sebuah ide melintas di kepala Jeana. Ia sudah berusaha mengabaikannya dan mempertahankan kewarasannya. Sayangnya, walaupun terlalu gila, menurut Jeana ide itu terlalu cemerlang untuk disingkirkan.

Jeana akhirnya menghela napas panjang. Ia melirik jam tangannya, menyadari sepertinya ia sudah terlalu lama membuang waktu untuk duduk diam di parkiran dan berpikir.

Ah, sudahlah!

Kalau memang sisa hidupnya akan ia habiskan sesuai dengan rencana kedua orang tuanya, bukankah sebaiknya kali ini ia bertindak sesuai kemauannya? Bukankah ia juga boleh membuat keputusan nekat dalam hidupnya, sama seperti orang-orang usia seperempat abad pada umumnya?

Baiklah, Jeana. Mari kita lihat apakah Han akan menerima tawaranmu. Jeana membatin sebelum memacu mobilnya kencang, melaju menuju tempat di mana ia bisa menemukan sumber kegilaannya belakangan ini.


***


"Ini ketiga kalinya kamu datang ke sini," ujar Han santai sambil menuangkan whisky ke gelas Jeana.

Semesta ternyata tidak mengabulkan keinginan Han. Lihat, sekarang Jeana duduk manis di hadapan Han untuk ketiga kalinya. Tiga kali kunjungan dalam kurun waktu dua minggu saja.

Han menggeram dalam hati ketika dipanggil ke meja Jeana tadi. Apakah gadis itu tidak menyadari bahwa tempat ini berbahaya tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga reputasinya? Kenapa ia tidak berhenti datang ke Serenity?

"Di sini orang mengatakan, hanya butuh tiga kali pertemuan untuk jatuh cinta kepada seorang Han," Han menyesap whisky di gelasnya, "Apakah itu yang terjadi padamu?"

Han menatap Jeana lekat-lekat, seakan bisa menelanjanginya, melihat ke dalam hatinya. Yang ditatap diam saja. Jeana sedikit menunduk, beraharap bisa menyembunyikan wajahnya yang terasa panas.

Han suka bermain dan bersenang-senang dengan kliennya, melemparkan rayuan dan kata-kata manis, memperhatikan mereka seolah mereka menempati peringkat nomor satu di hatinya. Namun satu hal yang Han hindari: perasaan yang tulus. Bagi Han, hal seperti afeksi dan rasa ingin memiliki hanyalah beban untuknya. Kali ini, Han takut Jeana menjadi beban baginya.

"Satu hal yang perlu kutegaskan adalah... di sini kami, para host, hanya menjual mimpi dan fantasi, bukan cinta," ucap Han, melihat Jeana tidak menyangkal pertanyaannya.

Bukannya Han terlalu percaya diri, tetapi lebih baik ia menegaskan hal ini kepada Jeana segera. Gadis tidak berpengalaman seperti Jeana mudah saja jatuh cinta kepada Han, menganggap serius semua perhatiannya.

"Aku... datang ke sini untuk minta bantuanmu," ucap Jeana sambil menggigit bibirnya. Ia sudah memutuskan hal ini tadi di mobil, tetapi entah kenapa ia mendadak ragu sekarang. Ditambah lagi, Han kini menatapnya lekat-lekat, membuatnya semakin gugup.

Poison [COMPLETED]Where stories live. Discover now