22

1.2K 185 0
                                    

"Ayo Cedric!" Para siswa Hufflepuff mendorong Cedric, untuk segera memasukkan namanya.

Lanielle lega, karena Turnamen itu hanya untuk anak 17 tahun. Dengan begitu Harry tidak akan bisa ikut, kalaupun bisa ia akan jelas melarangnya. Terlalu berbahaya.

Cedric melintas di depannya dan tersenyum.

"Good luck Cedric." Ujar Lanielle membalas senyuman Cedric.

"Thank you Lane."

Lanielle menghela nafas panjang, semoga saja tahun ini tidak ada yang terjadi. Ia ingin menjalaninya dengan normal-normal saja.

Itu yang ia pikirkan sebelum..

"Frederick Gideon Weasley!!! Apa yang kau lakukan sebenarnya?!" Teriak Lanielle frustasi melihat Fred dan George dengan akal konyol mereka, mencoba memasukan nama dengan ramuan usia.

Padahal Hermione sudah mengingatkan dan menjelaskan tentang garis usia yang dibuat Dumbledore, tapi kedua bocah bodoh itu nekat melakukannya.

Kalian tahu akhirnya, mereka berubah menjadi tua dalam sekejap dan bertengkar disana. Lanielle memilih untuk menyingkir, tidak mau memusingkan diri mengurus kedua bocah kembar itu.

Ia duduk di kursi bersama Hermione.

"Kau tidak mengurus mereka?" Tanya Hermione kepadanya.

Lanielle mengangkat bahunya acuh, "Aku sudah terlalu lelah mengurus Harry, biarkan saja mereka."

Hermione mengangguk dan melanjutkan bacaannya, lalu Viktor datang dan memasukkan namanya. Lanielle bisa melihat Viktor menatap Hermione dan tersenyum kecil kepadanya.

"Demi janggut Merlin! Hermione dia menatapmu!"

Padahal Hermione yang ditatap, tapi Lanielle yang salah tingkah sendiri.
...

"Aku benar-benar ingin mengubur kalian hidup-hidup!" Lanielle memijat pelipisnya, tangannya yang satu lagi digenggam erat oleh Fred yang masih terbaring setelah meminum ramuan Madam Pomfrey.

Janggut dan rambut beruban mereka berangsur hilang.

"Aku tidak tahu akan begini Nelle. Bukankah begitu George?"

"Yeah, lagipula siapa yang tidak ingin mengikuti turnamen itu?"

Lanielle menatap kesal ke arah kedua bocah kembar itu, "Turnamen itu tidak penting sama sekali Fred, George."

"Penting bagi kami, hadiahnya lumayan banyak untuk membantu kami." Balas Fred yang diangguki oleh George.

Lanielle melepas tangan Fred, membuat laki-laki itu sadar kalau gadis itu sedang sangat marah.

"Bagiku, tidak lebih penting dari nyawa kalian."

Lanielle melenggang pergi, meninggalkan mereka berdua yang kemudian menyadari betapa bodohnya tindakan mereka itu.
...

Lanielle bertepuk tangan mendengar nama Cedric disebut sebagai peserta. Matanya bertatapan dengan Fred, ia langsung mengalihkan pandangannya. Jangan tanya kenapa, itu karena ia sengaja menghindar dari Fred.

Ia masih kesal kepada Fred dan George akan tingkah mereka saat itu. George datang kepadanya dan meminta maaf secara langsung, ia menyadari bahwa ia salah dan tidak seharusnya terlalu terobsesi dengan hadiah.

Lanielle mengerti dan memaafkan George, tapi Fred tidak meminta maaf!

"Andai aku bisa ikut turnamennya.." Bisik Harry kepada Lanielle.

Lanielle menggenggam tangan Harry, dan menggeleng pelan. "Bahkan meskipun bisa, tidak akan ku biarkan kau mengikutinya. Lily bisa marah jika aku membiarkanmu dalam bahaya."

Harry mengangguk dan tersenyum, mungkin Lanielle benar soal itu. Ia sudah bisa ikhlas kalau ia tidak bisa ikut.

Lanielle memperhatikan Snape yang melihat ke arah lain, cawan seleksi terasa aneh. Api birunya bergerak-gerak. Seakan akan mengeluarkan sesuatu lagi.

Lanielle membulatkan matanya, sudah merasakan firasat buruk. "Jangan. Kumohon jangan." Gumamnya sambil menutup matanya berdoa.

Sebuah kertas keluar dari cawan seleksi, semua murid terdiam melihatnya. Dumbledore menangkap kertas itu dan terlihat bingung.

"Harry Potter? Harry Potter?! Harry Potter!" Teriak Dumbledore dengan tidak santainya.

Lanielle membuka matanya dan menatap Harry dengan tatapan sendu, "Sudah kuduga."

Hermione menyuruh Harry maju, Harry menatap Lanielle seakan bertanya apa yang harus ia lakukan.

"Pergilah. Kita bicarakan ini nanti ya." Lanielle berusaha tersenyum, berusaha meyakinkan Harry bahwa semua akan baik-baik saja.

Harry berjalan maju dan mengambil kertas namanya. Lanielle berusaha memikirkan segala kemungkinan yang mungkin membuat nama Harry muncul. Pasti ada sesuatu, ia yakin itu.
.
.
.

Semua orang menatap Harry dengan tatapan aneh. Mereka yakin Harry curang dan jadi tidak menyukainya.

"Jangan dipikirkan. Aku sedang mencari tahu. Aku harap kau bisa menjaga diri di turnamen itu oke?" Lanielle memegang kedua bahu Harry.

"Kau memberitahu Sirius?"

"Tentu saja, kami yakin ini ada hubungannya dengan Dark Lord. Kau pasti sedang diincar, Harry." Jelas Lanielle mengungkapkan kekhawatirannya.

Mereka melanjutkan langkah sambil membawa beberapa buku ditangannya.

Lanielle semakin khawatir karena Harry selalu sendirian kemanapun ia berada. Anak itu bisa stress dengan semua yang terjadi saat ini.

"Aku bertengkar dengan Ron."

"Aku tahu, aku juga bertengkar dengan Fred."

Mereka berhenti berjalan sejenak, saat Draco dan mulut kotornya itu mengejek Harry. Lanielle hanya terdiam, melihat mereka membuatnya teringat James dan Snape. Rival seumur hidup sepertinya.

Moody datang dan menyihir Draco menjadi Ferret. Harry tertawa senang membuat Lanielle benar-benar yakin ia sedang melihat sosok James pada Harry.

Disatu sisi ia merasa sedikit kasihan kepada Malfoy. McGonagall datang dan mencoba menghentikan Moody, Moody malah memasukkan Draco ke dalam pakaian Goyle.

Lanielle menghela nafas panjang dan mengambil Draco yang berwujud Ferret itu.

"Kau sudah keterlaluan Professor Moody."

Lanielle meletakkan Ferret itu ke tanah dan mengubahnya kembali menjadi Draco Malfoy yang terlihat frustasi.

"My father will hear about this!"

Dear FrederickWhere stories live. Discover now