3. Kecelakaan

16.3K 1.6K 14
                                    

Akhirnya dapet sinyal jugaaa😖

Selamat hari Senin ☺️🙏

-Happy reading-

~~~~

Zahira sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Ia sedang duduk di meja makan sambil melihat segala pergerakan dari ibu.

"Hira, kalau pakai jilbab jangan disampirin ke pundak sayang," ucap Rini menasehati.

Zahira buru-buru menurunkan jilbabnya agar dapat menutupi dada.

"Sarapannya nak." Rini meletakkan seporsi sarapan putrinya.

"Terima kasih, Ibu," ucap Zahira.

Zahira menoleh saat puncak kepalanya di acak kecil oleh sang ayah.

"Pagi Ayah," sapa Zahira.

"Pagi anak Ayah," balas Adinata.

"Hari ini biar ayah yang antar ya?" tawar Adinata.

Zahira mengangguk. "Iya, yah."

Setelah sarapan, Zahira lantas bersiap. Di halaman sudah ada ayahnya yang tengah menggunakan helm. Sekolah yang cukup jauh membuat Adinata memilih mengantarkan Zahira menggunakan motor miliknya.

"Sudah siap tuan putri?"

"Sudah, ayahanda!" balas Zahira.

Motor pun mulai berjalan, membelah padatnya kebisingan kota di jam berangkat kerja.

Dua puluh menit berlalu, motor yang di kendarai Adinata berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

"Hira sekolah dulu ya, Yah. Ayah hati-hati pulangnya," ucap Zahira lalu menyalimi punggung tangan ayahnya.

"Iya. Kamu yang semangat sekolahnya ya nak."

Zahira mengangguk. "Assalamualaikum."

"Wa'alakumsalam," balas Adinata.

Zahira pun melangkahkan kakinya yang berbalut sepatu hitam hingga memasuki kawasan sekolah.

"Pagi pak," sapa Zahira pada guru piket yang bertugas.

"Pagi," jawab Pak Haidar yang pagi ini ditugaskan menjadi guru piket untuk menyapa para murid.

Pak Haidar melangkah keluar.

"Assalamualaikum Pak," sapa Pak Haidar.

"Wa'alakumsalam nak," balas Adinata.

Pak Haidar pun mengalami dengan takzim punggung tangan Adinata.

"Tumben bapak yang antar Zahira?"

"Iya nih, bapak cuma mau menikmati hari-hari terakhir bapak," jawab Adinata dengan senyum hangatnya.

"Bapak ngomong apa sih? Saya gak suka dengernya pak."

"Kan memang seperti itu kan, kata dokter?"

"Dokter bukan Tuhan pak, bapak pasti sembuh."

"Iya, doakan saja ya nak. Ya udah, bapak langsung aja."

"Iya, hati-hati ya pak."

"Oh ya, mulai sekarang panggil ayah saja, gak papa."

Pak Haidar terkekeh. "Iya, Yah."

Terlihat Adinata menepuk-nepuk pundak kokoh Haidar.

"Jaga anak ayah ya?"

Pak Haidar mengangguk.

"Assalamualaikum."

"Wa'alakumsalam," jawab Pak Haidar.

I Love Math and I Love You [END]Where stories live. Discover now