1. Kesenangan

14 6 4
                                    

....

Hidupku keras dalam kumpulan terbuang

Bingung berdiri di persimpangan kiri jalan

Daripada nodong lebih baik minta tolong

Kami bukan malas tak harus dikasihankan

Buka kesempatan pada kami dan kami takkan buang!

Begitu apa yang kunyanyikan di persimpangan lampu merah ini. Entah sudah berapa kali aku menyanyikan lagu yang sama. Sebenarnya sih, menyanyikan beberapa lagu rock atau pop yang lain juga kami lakukan. Suara kami lantang, tidak mau kalah dengan klakson pengendara menunggu lampu hijau ini.

Oh iya, aku tidak sendiri. Ada temanku lainnya di setiap sela mobil maupun motor yang ikut mengamen. Terik panas, dan asap kendaraan menjadi bagian dari keseharian kami. Padahal kami tidak jahat, namun mengapa para petugas ketertiban itu selalu mengincar kami. Harusnya yang ditangkap itu adalah mereka yang mengambil hak kami, yang selalu mencuri uang-uang kami demi kepentingan diri dan kelompoknya.

Kami tidak menodong, mencuri, memperkosa, merampok. Kami hanya mengais rezeki dari para pengendara lelah dan tak sabaran ini. Itu saja! Tetapi, hari ini tampaknya lebih sulit dari hari-hari kemarin.

Dan kami terus melakukan ini sampai larut malam, ya selama masih ada kendaraan yang menunggu lampu hijau dan tidak ada petugas tersebut.

"Zul, udahan yok" kata Firman, teman satu perjuanganku.

Aku segera berlari menghampirinya, namun tiba-tiba saja lampu hijau! Tunggu sebentar apa!

TIIIN!!! TIIIN!!!

Pengendara motor itu, tidak mau sedikit bersabar.

"Dasar bodoh!!!" teriakku, ya sebenarnya sih lebih kasar lagi dari ini.

Huuftt ... untung kakiku tidak kenapa-napa. Aku baik-baik saja, dan tidak berharap hal semacam itu. Maksudku, aku lihat orang yang bukan tongkronganku pura-pura pincang biar dikasihani. Padahal, aku lihat orang yang sungguhan demikian yang berjualan di pinggir jalan dan tidak meminta-minta!

"Ah, gimana nih?" Firman bilang.

"Lumayan lah" kataku.

Sudah ratusan ribu, ini berarti kami bisa pesta. Oh iya, kami tidak membuka ini di tempat umum melainkan di kolong jembatan. Kami terlalu malas mencari masalah dengan para preman yang mengaku jagoan di tempat ini. Kami sudah terlalu lelah kalau harus berlari.

"Woy!!!" Dodi kemudian menghampiri kami.

Kalau tidak makan, sudah biasa. Tapi kami harusnya merayakan ini. Karena, belum tentu besok begini lagi.

"Sekalian lah beli ciu"

"Iya tuh"

Hal ini juga biasa kami lakukan. Kami tidak menodong! Kami mendapatkannya dari hasil usaha kami! Maka dari itu, tidak ada salahnya kan untuk menikmatinya? Juga, jangan lupa obat pusing biar rasanya makin luar biasa! Kita rayakan hasil yang lebih banyak sedikit dari hari-hari sebelumnya.

Daripada aku harus kembali pada ke rumahku. Aku tidak menyukainya. Daripada aku dapat sabetan dan makian, lebih baik aku disini. Yah, biar aku dapat hal yang sama setidaknya ada teman-temanku yang senasib seperjuangan ini yang sama-sama mengerti penderitaan kami.

Namun, aku tidak tahu lagi kejadian setelah itu.

BERSAMBUNG ....   
-=-=-=-

Baldie's note:

HAI!!! Kebetulan saya sedang menulis cerita yang sekitaran 700-1000-an kata. Ini kali pertama saya, dan saya dapat inspirasi dari sekeliling saya. Terima kasih dukungannya juga sebelumnya kepada mereka yang menyediakan lapak obrolannya buat promosi, barangkali kalau ada kesalahan mohon dibukakan pintu maaf. 
Kita juga bisa diskusi mengenai penulisan. 



Tabung KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang