9. Ngomongin Orang

0 0 0
                                    

Aku benar-benar bersyukur sekali bahwa dua materiku telah kelar. Aku segera beres-beres mau rapi-rapi untuk menjaga toko di malam hari ini. Tapi tampaknya sudah malam.

"Gimana PDKT sama Gloria? Berjalan sukses?" kata Rani.

"Bahkan kita diskusi kelompok bareng! Pokoknya, dua materi Agama sama Ekonomi kelar!!! Tinggal Geografi sama yang lain!" kataku.

"Tapi gimana PDKT-nya?" Rani malah menanyakan itu.

"Yah ... gitu deh. Setidaknya, gua bisa dekat sama Gloria" kataku.

"Enak dong, kerja kelompok sekali langsung kelar. Gacor juga tuh yang namanya Azzam. Tadi dia bahas apa?" Tanya Rani.

"Hmmm ... gua gatau tapi dua materi gua kelar sama Azzam!" kataku.

"Percuma dong kalo gitu, diskusi tapi ga ngerti ..." Rani malah cengengesan.

"Bukan, gitu Ra. Gua tadi mau bantuin, tapi katanya Azzam aja biar cepet kelar" kataku.

"Berarti lu beban doang, dong"

"Wah, parah lu sumpah! Ya enggak, dong! Gua ga beban!" dan kemudian kami saling menertawakan saja.

Jelas sekali aku sangat senang bisa bertemu lagi dengan Gloria. Aku sangat ingin bertemu dengannya esok hari!

-=-=-=-

Besoknya, aku mendapat jam pelajaran olahraga. Baju yang baru kupakai ini rasanya lumayan nyaman. Karena aku biasa main futsal, makanya setidaknya teman-temanku begitu menerimaku. Yah, meski bermain lama di waktu pagi ini, aku belum juga mencetak sebuah gol. Aaah, seandainya tubuhku lebih bugar lagi.

"Ah, udah capek nih" kata Yudha.

"Iya nih. Langsung ke kantin yok!" kata Fandi.

"Ayo!" Reza dan lainnya mengikuti.

Tentu saja aku juga. Namun saja, Azzam daritadi tidak tampak bersemangat. Dia hanya tidur di kelas, bahkan menolak sekalipun aku yang mengajaknya. Pas kami mainpun, dia hanya menonton dari ruang kelas memakai baju olahraga. Ya sudah kalau begitu. Aku berjalan, namun ada segerombolan yang membuatku penasaran yang berjalan menuju toilet perempuan. Mengapa? Karena ada Farah diantara mereka.

Aku menguping dari balik tembok, mereka punya tongkrongan sendiri rupanya.

"Oh iya, kemarin si Nadia ngajakin gua katanya mau kerja kelompok. Gua sih ogah, bilang aja ekskul hahaha"

Eh? Nadia juga diledek? Kupikir cuma Putri saja.

"Kemaren kegatelan deketin cowok orang, sekarang nyari cowok lain lagi? Azzam lagi! Kayak ga ada cowok lain aja!" dan diikuti tawa lainnya.

KURANG AJAR!!!

"Mentang-mentang ngantuk, eh ga taunya Azzam ajakin Nadia tidur sembarangan! Sama jamet yang satunya lagi siapa namanya gua lupa?" kata Farah.

"Zul"

"Iya, Zul namanya. Parahnya, dia bawa-bawa Gloria juga. Aduh, ga abis pikir gua!"

"Sayang banget Gloria padahal anak baik-baik!"

Aku tidak tahan lagi! "Mau kemana ka ..." ah, sudah di toilet rupanya. Aku tidak bisa berjalan lebih jauh. Namun, aku harus beritahu ini segera pada Azzam atau Gloria. Cih, dasar menyebalkan. Bukan hanya merendahkan orang lain, menumpang nama bahkan ke orang yang mereka ledek! Orang seperti itu masih hidup rupanya. Sudahlah, mungkin kantin akan melegakan pikiranku sementara.

"Lama banget lu" kata Yudha.

"Sorry. Tadi gua ke toilet dulu" aku pura-pura.

Jadi aku baru paham apa alasannya. Tampaknya, aku harus menanyakannya langsung pada Farah apakah tadi dia benar-benar bercanda apa sedang serius. Ah, kalau dia tiba-tiba membawa teman-temannya lalu memarahiku bersama bagaimana? Atau harus kuberitahu saja pada Nadia? Tapipun Nadia pasti akan tahu kalau memang dia dimusuhi, dan aku hanya membuat perasaannya tidak enak. Ya sudah aku bicarakan ini diam-diam pada Azzam.

"Oh, jadi begitu ceritanya? Ya biarin aja lah" katanya.

Aku bisa menyangka jawabannya akan seperti itu.

"Enggak, gua ga abis pikir aja. Padahal kan Rani itu yang buat ngerjain kelompoknya mereka, tapi mereka malah merendahkan Rani begitu aja. Itu yang gua kesal"

"Harusnya lu bersyukur dong, lu yang baru di sini tahu belangnya sebelum gua yang sudah lama sekelas sama dia" kata Azzam.

"Memang sebelumnya dia gimana?"

Matanya menatap langit kelas, "Ya mana gua tau. Emang gua bapaknya".

"Yeeh kirain lu tau gimana aslinya. Gimana kalo tanyain aja, kenapa lu benar-benar gam au sekelompok sama Nadia. Udah jadi beban, ngatain lagi" kataku.

"Gak usah, Jul. Gimana kalau dia marah dan jadi makin mempersulit kita?" Tanya Azzam.

"Makin brengsek aja dong tuh orang! Lu punya solusi?" tanyaku ke Azzam.

"Ya ... ga tau juga. Ada atau ga adanya orang itu ga akan mempengaruhi gua juga. Justru bagus kalo dia ga ganggu" jawab Azzam.

Tentu saja aku tidak puas. Namun, Azzam tidak bersikap apa-apa. Ya sudah deh, kalau dipikir-pikir lagi dia bukan teman yang baik dan utamanya bukan kelompokku. Aku justru bersyukur sekarang.

"Oh iya gua punya solusi" bukan aku atau Azzam yang mengatakan itu.

Aku menoleh ...

"Farah?" Tanya Azzam.

Bersambung ... 

Tabung KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang