Chapter 2

2K 177 53
                                    

Keesokan harinya, Seungkwan berangkat ke sekolah dengan mengendarai mobil barunya. Ia tidak merasa malu saat memarkirkan mobil tuanya di parkiran sekolah barunya. Tentu saja dirinya tak ingin mengecewakan ayahnya.

"Kendaraanmu bagus!" puji seorang siswa yang cukup tampan bernama Wooseok yang sedang berdiri di dekat pilar lobi sekolah.

"Makasih." kata Seungkwan dengan singkat, dia hanya ingin tidak terlalu mencolok di sekolah barunya.

Seungkwan menghiraukan tatapan aneh di sekitarnya. Dirinya hanya ingin cepat masuk kelas, belajar dan pulang ke rumah.

"Oh, ya! Hei! Kau Boo Seungkwan, kan?" kata seorang siswa lain yang berlari menghampiri Seungkwan sambil tersenyum.

"Aku Kino, mata dan telinga di sekolah ini. Kau bisa bertanya padaku tentang apapun itu. Aku adalah pemandu wisata, teman cerita, atau tempat untuk menangis, oke?" imbuhnya.

Seungkwan tersenyum tipis namun dirinya merasa cukup risih sekarang, "Hmmm... Aku tipe anak yang pendiam, jadi-" katanya.

"Cocok dengan penampilanmu! Aku akan menulis di koran sekolah tentang siswa baru kita ini." kata Kino dengan bersemangat.

"Apa? Kumohon jangan ada... Jangan lakukan itu, oke?" kata Seungkwan hendak protes dan berusaha menolak Kino.

"Hei, tenanglah. Gak ada wartawan disini. Aku jamin gak akan ada yang  mengambil gambarmu." kata Kino.

"Oke, baiklah." kata Seungkwan sambil tersenyum lega untuk sekarang.

•••

Seungkwan sedang berdiri kikuk sendirian di tengah lapangan, sedangkan temannya yang lain memintanya ikut bermain voli.

Seungkwan disini sungguh bodoh dalam permainan ini. Sehingga Seungkwan hanya akan memukul dan melakukan servis sekenanya.

Seungkwan merasa canggung sekarang. Tadi Kino sudah dengan baik hati mengantarkan Seungkwan ke kelasnya. Sepertinya Seungkwan harus rajin berbaur dan bergerak agar tidak terlihat kikuk.

"Seungkwan, tangkap!" celetuk seseorang.

Sebuah bola tiba-tiba mengarah pada Seungkwan. Ia pun langsung refleks menangkis bola itu dan mengejutkannya lagi bola itu mengenai kepala seorang pemuda yang sedang bermain bola basket.

Bagaimana reaksi temannya yang lain? Tidak ada yang peduli. Seungkwan ingin mengutuk mereka yang masih saja bermain dan tidak mengetahui bahwa posisi toser sedang kosong. Seungkwan pun juga tidak peduli dan mendekati pemuda yang terkena bola voli tadi.

"Hei! Maafkan aku! Aku sudah bilang pada mereka untuk tidak memasukkanku ke lapangan." kata Seungkwan pada pemuda itu.

Pemuda itu terdiam dan menatap Seungkwan dengan wajah konyolnya, "Oh, yang tadi? Ahahaha... Lupakan saja. Aku gak sakit kok. Ngomong-ngomong, namaku Moonbin." katanya sambil mengajak Seungkwan bersalaman.

"Aku Boo Seungkwan dari Jeju." kata Seungkwan sambil menjabat tangan itu dan tersenyum sekilas.

"Boo Seungkwan? Salam kenal, ya." kata Moonbin sambil mengakhiri jabat tangannya.

Mereka kini terlihat canggung dan Moonbin mencuri-curi pandang ke arah Seungkwan. Sepertinya Moonbin menyukai Seungkwan.

"Hei! Dia cantik, ya?" kata seorang gadis yang datang menghampiri mereka dan memutuskan kecanggungan itu.

Gadis itu tertawa begitupun Moonbin. Sementara Seungkwan memasang ekspresi acuh tak acuh.

"Namaku Mijoo. Sepertinya kau berasal dari Jeju, ya?" kata Mijoo, Seungkwan hanya mengangguk sedikit.

SEVENTEEN : Code Six | VerKwanChan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang