Part 12

1K 99 1
                                    

Sasuke merebahkan dirinya, ia tak marah pada Naruto hanya saja Sasuke sedikit kesal karna Naruto terlalu boros dalam hal keuangan. Sasuke tau bahwa Naruto memiliki banyak uang untuk dihabiskan, namun tak bisakah ia menghargai kerja kerasnya sendiri?

Sasuke mengambil hpnya, mengutak-atik benda pipih itu. Entah apa yang ia lakukan dengan benda itu, namun ia tampak begitu sibuk.

Hingga beberapa barang berjatuhan serta suara Naruto yang berteriak membuat Sasuke seketika bangkit dan berlari keluar dari kamar.

Terkejut.

Sasuke sangat terkejut akan apa yang ia lihat. Sasuke melangkah mendekat, dapur begitu berantakan, bau terbakar sungguh tercium jelas. Apa Naruto belajar memasak? Haruskah moment langkah seperti ini di abadikan?

Sasuke menghentikan langkahnya sejenak, dengan senyum jahil ia mengeluarkan hp dan memotret moment langka itu.

"Suke? Apa yang kau lakukan?" Protes Naruto.

Cepat-cepat Sasuke menyimpan hpnya kembali. "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa yang kau lakukan didapur?" Balas Sasuke sedikit tak habis pikir akan tingkah laku Naruto.

"Aku sedang membuat sarapan untuk mu."

"Yang ku lihat kau hanya menghancurkan dapur." Jawabnya lagi dengan sedikit tawa.

Sasuke melihat meja dapur yang begitu berantakan, beberapa lembar roti berserakan, 2 sosis yang tak layak makan, beberapa kulit telur berserakan dilantai, dan sungguh dapur tampak sangat berantakan.

Naruto menundukkan kepalanya, merasa bersalah karna sudah menghancurkan dapur, yah... Meski ia bisa menghubungi seseorang untuk membersihkan semua kekacauan yang telah ia buat.

Sasuke menghela nafas sebelum ukiran senyum terlukis indah diwajah manisnya. "Biar ku bantu." Ucap Sasuke.

Sasuke memanaskan teflon sebelum akhirnya ia menggoreng dua telur. Bagaimana dengan Naruto? Kini Naruto tengah mengiris wortel serta mentimun.

Sasuke sempat mengajarkan Naruto untuk memotong wortel dan mentimun itu membuat telur yang ia masak menjadi sedikit terbakar.

Selesai dengan segala kegiatan yang menghancurkan dapur, kini mereka duduk dengan piring berisi sarapan mereka.

Telur yang gosong dengan roti yang tidak matang sempurna, sosis yang bahkan samasekali tidak matang dan wortel serta timun yang masih keras.

Naruto memotong sedikit telur dan memakan nya.

“Bagaimana? Apa kah enak?” Tanya Sasuke ragu.

Naruto menenggak segelas air sebelum ia memaksa air itu membawa turun telur yang ada dalam mulutnya. “Sangat... Gurih." Sahut Naruto dengan senyum lalu melanjutkan acara makannya.

Begitu juga dengan Sasuke, ia memotong telur itu sebelum memasukkan nya kedalam mulut dan sontak ia tersedak saat merasakan betapa asin telor buatannya.

“Naru, kurasa kita harus memesan sarapan untuk hari ini.” Ucap Sasuke. Ia sungguh merasa bersalah karna memaksa Naruto untuk tidak memesan makanan cepat saji.

Seharusnya ia sadar jika dirinya tak pandai memasak dan begitu juga dengan Naruto yang sama sekali tidak bisa memasak.

Naruto meletakan alat makannya, menatap Sasuke dengan lembut. “Kenapa kita harus memesan makanan cepat saji? Masakan mu tidaklah buruk.” Ucap Naruto.

“Ini sungguh tidak layak makan, Naru.” Jawab Sasuke.

“Tapi, aku akan tetap memakannya Karna kau yang membuat sarapan ini untuk ku.” Tangan Naruto mengusap sayang Surai raven Sasuke, ukiran senyum terpatri disana, dan entah mengapa Naruto tampak begitu tampan.

Tanpa Sasuke sadari air mata mengalir begitu saja, apa ia menangis? Hanya Karna kata-kata Naruto ia menangis? Yang benar saja!!

“Suke? Kau menangis?” Tanya Naruto sedikit tak percaya.

Sasuke membuang pandangannya, cepat-cepat ia menghapus air mata yang baru saja keluar membasahi pipinya.

“Tidak! Ada debu yang masuk kedalam mata ku!” Bohong Sasuke.

“Astaga!! Suke ku menangis.” Goda Naruto dengan tawa.

Dan begitu lah, mereka menghabiskan sarapan mereka dengan Naruto yang tak henti menggoda Sasuke, membuat tawa Naruto terus menggema diruangan itu.

...

Selesai dengan sarapan, kini mereka membersihkan dapur yang baru saja mereka hancurkan.

Untuk masalah membersihkan Sasuke tentu sangat handal. Keluarganya selalu membersihkan rumah mereka setiap minggunya, itu sudah seperti kebiasaan bagi keluarga Uchiha untuk membersihkan rumah mereka sendiri.

Sasuke memunguti beberapa sampah yang berserakan dilantai maupun dimeja dapur, sedangkan Naruto kini tengah mencuci piring kotor.

Naruto begitu berisik membuat Sasuke beberapa kali tertawa Karna tingkahnya. Dan mau tak mau kini Sasuke membantu Naruto membersihkan semua piring kotor itu, mereka sedikit bermain diselingi tawa yang mengisi ruangan itu.

Selesai dengan semua kegiatan itu, kini mereka tengah duduk santai ditemani oleh acara tv pagi hari.

“Naru? Boleh aku bertanya?” Ucap Sasuke dengan mata yang masih terfokus pada acara tv.

“Apa?” Sahut Naruto.

“Eh... Dari mana kau dapatkan semua bahan makanan? Maksud ku... Bukankah kau tidak memiliki bahan makanan dikulkas?” Jawab Sasuke dengan bingung dari mana Naruto mendapatkan semua bahan makanan itu? Sasuke tidak mendengar Naruto keluar dari apartemen mereka, bahkan kunci mobilnya masih tersimpan diatas meja kamar mereka.

“Aku meminta seseorang untuk membawa beberapa bahan makanan yang ada di mansion.” Jawab Naruto.

Sasuke hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Yah... Lagipula akan terasa aneh jika pemuda kaya raya seperti Naruto pergi berbelanja, ia memiliki banyak pelayan yang siap melayaninya 1 × 24 jam. Kenapa Sasuke menanyakan hal bodoh itu?

Kini Sasuke kembali fokus pada acara tv, sedangkan Naruto kini tampak sibuk dengan hpnya, entah apa yang menarik disana.

Hingga beberapa saat Naruto menyimpan kembali hpnya, ia kini mengalihkan seluruh perhatian nya pada Sasuke, tangan nya ia bawa untuk mengusap Surai legam itu, membuat sang pemilik menata pemuda pirang itu dengan penuh tanya.

“Tou-San mengundang kita untuk makan lama nanti.” Sasuke tampak mencerna kata-kata itu.

Makan malam?

“Hah?!” Kejut Sasuke.

Oh! Baju apa yang harus ia pakai? Ia tak membawa pakaian Sasuko, betapa bodohnya Sasuke!!

“Lalu aku harus memakai pakaian apa? Aku tidak membawa baju Sasuko kemarin! Haruskah aku menghubungi Aniki? Atau Kaa-chan?” Oceh Sasuke dengan mengeluarkan hp siap untuk menghubungi keluarganya.

Namun, tangan Naruto lebih cepat, ia merebut hp itu, membuat Sasuke menatap Naruto tak suka.

“Tak perlu. Aku akan membelikan baju untuk mu.” Naruto bangkit berdiri lalu pergi begitu saja.

Sasuke menghela nafas, bukankah tadi mereka sudah membicarakan tentang pengeluaran? Yah... Bagaimana pun Naruto tetaplah Naruto. Pemuda kaya raya yang tau betul bagaimana cara menghabiskan uang. Seharusnya Sasuke terbiasa akan hal itu, sudah satu Minggu mereka tinggal bersama, dan Sasuke masih belum terbiasa akan gaya hidup mewah Naruto. Sasuke harus membiasakan diri sepertinya, ia tinggal bersama Naruto tidak hanya sehari-dua hari, mungkin akan berbulan-bulan lamanya.

Sasuke bangkit berdiri, mematikan tv sebelum ia mengikuti Naruto yang kini sudah melangkah keluar apartemen mereka.

...

Baby Doll🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang