27

12.3K 1.5K 78
                                    

"Gue tau niat lo baik. Gue juga tau lo khawatir sama adek lo dan gak mau dia kenapa-napa, tapi cara lo salah." ucap Raden pada Rio.

Rio sekarang sedang berada di markas KING. Setelah Rio memarahi adiknya saat tawuran tadi, tiba-tiba saja polisi datang dan orang-orang yang mengikuti tawuran langsung membubarkan diri.

Eric, selaku ketua memerintahkan para anggotanya untuk pergi ke markas.

Dan disinilah mereka sekarang. Didalam rumah yang mereka jadikan sebagai markas KING, rumah dua lantai yang berada di komplek perumahan elit tentu saja tidak ada yang tau itu dan tidak akan ada yang menyangka, keamanannya juga terjamin sehingga tidak akan ada drama markas mereka diserang oleh musuh.

Begitu sampai disana, beberapa orang langsung sibuk mengobati diri mereka sendiri dan sisanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Seperti Rio misalnya, sedari tadi dia hanya duduk lesehan di karpet dengan meja di depannya yang sudah ada segelas jus mangga yang sedotannya hanya Rio tempelkan di bibirnya saja.

Setelah mendengar perkataan Raden, Rio langsung melirik Raden yang kebetulan duduk tak jauh darinya dengan sinis.

"Dia bukan adek gue." Rio menjawab dengan ketus.

"Jangan nyesel kalo dia udah gak ada." celetuk Eric yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan antara Raden dan Rio.

...

"Kalau begitu kami permisi." pamit Hendri kepada kepala sekolah dan beberapa guru yang berada di ruangan itu sambil menggandeng tangan istrinya.

Hendri baru saja tiba di rumah pagi ini sesaat setelah kedua putranya berangkat sekolah.

Beberapa jam kemudian, Hendri mendapat telepon dari pihak sekolah terkait kasus putra bungsunya. Hendri langsung saja menjemput istrinya di restoran tempatnya bekerja kemudian pergi bersama menuju sekolah.

Dan setelah perdebatan yang panjang, putra bungsu mereka dinyatakan tidak bersalah setelah mendengarkan beberapa saksi mata dan pada akhirnya siswi yang mengaku jadi korban itu mengatakan kejadian yang sebenarnya.

Siswi itu berakhir diberikan surat peringatan dan di skors selama seminggu pada awalnya, tapi orang tua dari siswi itu mengatakan ingin memindahkan sekolah anaknya.

Dirasa sudah tidak memiliki urusan lagi, kedua orang tua Reza pamit dan memutuskan untuk mengajak Reza pulang lebih awal sekalian mengajaknya jalan-jalan mengingat tadi Reza sempat menangis di ruangan BK sebelum diseret keluar oleh abangnya.

Tapi saat sampai dikelas Reza, mereka hanya mendapati tas milik putra bungsunya itu, menurut teman sekelasnya Reza belum kembali dari saat dipanggil ke ruang BK tadi.

"Kalau begitu tasnya om ambil ya, nanti kalau ada guru yang bertanya tolong sampainya Reza izin pulang lebih awal karena ada urusan keluarga ya." ucap Hendri dengan ramah.

"Baik om, nanti saya sampaikan."

"Terima kasih."

Kedua orang tua Reza memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Mungkin Reza bersama Rio sudah berada di rumah, jika dirumah nanti ternyata belum ada mereka, mungkin Rio mengajak adiknya jalan-jalan, nanti akan Hendri tanyakan.

Tapi ternyata, semua pemikiran positif dari sang ayah salah.

Reza tidak sedang baik-baik saja, tadi saat tawuran dan polisi datang, semua orang langsung berlarian begitupun dengan Reza yang berlari entah kemana dan sendirian.

"Angkotnya lama," entah yang keberapa kalinya keluhan itu keluar dari mulut kecil Reza.

Saat ini Reza berada di pinggir jalan menunggu angkot yang ada angka 07 nya supaya bisa pulang ke rumah, tapi sedari tadi Reza tunggu sambil sesekali melangkahkan kakinya, mobil angkot itu tak kunjung terlihat.

ALTAREZAWhere stories live. Discover now