45

3.6K 348 6
                                    

Pagi ini, begitu membuka kedua matanya, Reza berada di tempat berbeda.

Untuk beberapa detik, Reza merasa kembali ke beberapa minggu yang lalu saat ia diculik.
Sesaat, Reza merasa ia bebas dari penculikan itu hanya mimpi. Terbukti dengan sekarang ia yang terbangung di tempat asing lagi.

Setelah pasrah dengan keadaannya untuk sekarang dan kedepannya, Reza mulai berguling-guling kembali di tempat tidur dan berakhir dengan tidur terlentang, memandang langit-langit kamar yang ditempatinya.

"Kenapa tinggi banget?" gumam Reza.

Kemudian Reza mulai memandang ke sekelilingnya. Kamar ini dipenuhi dengan barang-barang mewah dan juga ukuran ruangan ini begitu luas.

Tiba-tiba Reza teringat sesuatu dan langsung duduk. "Oh iya, kan katanya mau ke rumah Papa. Apa sekarang udah nyampe? Kenapa harus berangkat pas lagi tidur?" Reza bertanya-tanya dengan bingung mengingat percakapan sore kemarin dengan seluruh anggota keluarga, karena Reza dan Alta sudah pulih, dokter mengizinkan keduanya untuk pulang, maka dari itu Papa Sean memberitahu Reza ia akan pulang ke rumah Papa nya itu sesuai kesepakatan sebelumnya.

Untuk memastikan, Reza turun dari tempat tidurnya dan berencana untuk keluar kamar dan memastikan keadaan sekitar, Reza ingin tahu apa ia benar-benar berada di rumah Papa Sean.

Tapi, baru tiga langkah Reza langsung berhenti melihat ada empat pintu di ruangan itu, sebenarnya lima bila dihitung dengan pintu balkon.

Setelah beberapa saat, Reza memutuskan untuk berjalan lurus menuju pintu di depannya.

Reza langsung menutup pintu kembali begitu melihat di baliknya adalah walk in closet.

Reza langsung hadap kiri dan berjalan menuju pintu selanjutnya, ternyata itu kamar mandi, jadi Reza langsung menutupnya kembali dan balik kanan, tapi kemudian Reza berputar lagi.

"Mending mandi dulu gak sih? Nanti malu ketemu yang lain masih kucel." Reza bergumam sambil berjalan masuk ke kamar mandi.

Beralih ke penghuni kamar di samping Reza, sebenarnya tidak benar-benar di samping karena terhalang satu ruangan.

Itu kamar Alta.

Pemilik kamar itu masih tidur dengan nyenyak di pelukan sang Abang.

Sebenarnya, Cavero sudah bangun sedari tadi tapi ia bahkan tidak bisa bergerak. Adiknya yang lucu ini memeluknya seperti guling dan setiap Cavero bergerak walaupun pelan Alta akan langsung merengek.

Akhirnya Cavero mengalah, membiarkan adiknya tidur lebih lama dan nanti akan ia bangunkan agar tidak melewatkan waktu sarapan.

Kembali ke Reza yang sekarang sudah selesai mandi dan berpakaian.
Reza sedang menyisir rambutnya dan setelah selesai kembali mengacak-acak rambutnya. "Keren," katanya memuji dirinya sendiri di depan cermin.

Setelah menyimpan kembali sisirnya, Reza keluar dari walk in closet dan langsung berjalan ke jendela? Atau pintu? Soalnya itu mengarah ke balkon dan ada kursi serta meja kecil juga, jadi harusnya itu adalah pintu, tapi masalahnya itu full kaca dan tidak ada pegangannya.

Reza jadi bingung cara membukanya, sudah ia dorong dengan pelan tidak bisa, mendorong dengan dua tangan tetap tidak bisa, didorong menggunakan seluruh badannya pun masih tidak terbuka. Reza malah khawatir kacanya justru pecah.

Dan sekarang Reza panik karena kacanya sedikit kotor, apa itu ulahnya? Reza takut dimarahi. Jadi dengan panik Reza menyeka jendela itu dengan telapak tangannya, tadinya supaya kacanya bersih lagi, tapi kaca itu justru terbuka.

"Jadi, harusnya digeser?" Reza sungguh tidak percaya semua usahanya untuk membuka pintu kaca ini tadi sia-sia. Membukanya hanya perlu di geser ke samping bahkan tidak memerlukan tenaga banyak.

ALTAREZAWhere stories live. Discover now