40

3.7K 415 19
                                    

Di rumah sakit, lebih tepatnya di salah satu ruangan yang sudah diisi sejak dua hari yang lalu itu, akhirnya sore ini mendapatkan ketenangan setelah sang pasien sadar dan terus saja menangis, sore ini terlihat duduk dengan tenang di pangkuan Papa nya.

"Adek… Ketemu Mama.. " lirih Alta.

Sean tersentak mendengar lirihan anaknya, walaupun ia sudah mengira, tapi tetap saja ia tidak menyangka anaknya akan bercerita dalam waktu dekat ini, apalagi sejak sadar anaknya ini semakin rewel.

"Kakak.. Juga punya Abang… "

"Abang Rio baik… Tapi kemarin, Abang marah-marah sama Adek.. "

"Kakak juga punya Ayah.. Tapi Ayah sibuk kerja.. Mama juga.. Abang juga.. Kakak pasti kesepian di rumah seperti Adek kemarin, tapi Kakak punya teman yang berisik, Papa.."

"Sekolah juga tidak terlalu menyenangkan, disana terlalu berisik dan banyak orang."

Sepanjang Alta bercerita, Sean hanya diam. Mendengarkan dengan baik seluruh cerita dari anaknya itu. Sean dapat menyimpulkan, saat insiden penculikan itu, Alta dan Reza tidak sengaja berada di tempat yang sama dan orang-orang itu salah menangkap.

Pantas saja, katanya Siska dan Hendri sempat ingin menemuinya waktu itu, mungkin mereka ingin menanyakan soal Alta karena melihat kelakuan Reza yang bersama mereka bersikap berbeda.

Tapi saat itu, Sean tidak begitu menghiraukan mereka karena prioritas utamanya adalah Alta yang sedang di culik. Tanpa tau, Alta justru bersama mereka dan mengalami amnesia sehingga ia tidak mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya.

Sean tahu itu dari dokter, karena beberapa kali Alta mengeluh sakit kepala dan dokter mengatakan ada kemungkinan Alta sebelumnya mengalami amnesia dan ternyata fakta itu dibenarkan oleh Alta sendiri.

"Adek.. " ucap Sean lirih setelah hening cukup lama di antara keduanya.
"Mau sama Mama?" tanya Sean ragu, sebenarnya ia tidak ingin menanyakan ini, ia takut mendengar jawaban yang akan keluar dari mulut Alta nanti, tapi ia tidak ingin egois, mungkin bila Alta ingin ia bisa beberapa hari menginap di rumah Mama nya, bila memang begitu semoga saja Alta tidak keberatan dengan beberapa hari, Sean tidak sanggup bila Alta ingin tinggal selamanya bersama Siska.

Alta menggelengkan kepalanya dalam pelukan Sean. "Mau sama Papa." jawaban Alta membuat senyum terbit di bibir Sean. Lega sekali rasanya mendengar langsung jawaban itu dari anaknya.

Sean semakin mengeratkan pelukannya dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri membuat Alta tertawa dengan riang, akhirnya setelah beberapa hari hanya menangis dan merengek.

Tepat pukul 10 malam, Reza, Ilham, Kenzo dan Adam berangkat menuju arena balap.

Setelah pembicaraan yang cukup serius, akhirnya mereka memutuskan untuk menonton saja hari ini.

Sesampainya disana, tempat itu sudah begitu padat dipenuhi oleh para remaja. Bahkan tidak jarang mereka bertemu dengan teman yang satu sekolah dengan mereka.

Belum sempat empat orang itu memarkirkan motornya masing-masing.

Reza tiba-tiba saja berputar arah dan memacu kuda besinya dengan sangat cepat.

Ilham, Kenzo dan Adam hanya bisa terpaku sambil melihat Reza beserta motornya yang semakin menjauh.

Mereka kembali tersadar begitu beberapa mobil hitam melaju melewati mereka.

"Itu si Reza mau kemana?" tanya Ilham heboh sambil memutarkan kembali motornya, yang dilakukan juga oleh Kenzo dan Adam. Sepertinya tanpa dikomando oleh siapa pun, mereka akan menyusul Reza.

ALTAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang