.....SELAMAT MEMBACA.....
Hah! Apa? Gadis itu tidak salah dengar 'kan? Jonathan secara langsung pergi ke dapur dan membuat kan susu untuknya?Suara langkah kaki terdengar jelas, seorang pria pun memasuki kamar Zora. "Kenapa? Apa ada yang sakit? Apa sekarang kau batuk?" Tanya beruntun pria yang tidak lain adalah Jonathan. Pria itu kembali lagi tatkala mendengar suara batuk Zora.
Zora menggelengkan kepala. "Ah, tidak apa-apa Mas." Jawabnya dengan panik.
Nathan mendekat, pria itu mengelus pucuk kepala Istrinya. "Bila ada yang sakit, kau bisa langsung menekan tombol di dekat ranjangmu." Ujarnya.
Zora melihat tombol yang ada di sampingnya, kemudian gadis itu mengangguk patuh.
'Gak akan gue tekan.'
Setelah Pria itu pergi, beberapa menit kemudian Xavier pun datang dengan ekspresi wajah yang sudah menjadi ciri khasnya. Datar.
Xavier melangkah, mendekati Zora yang tengah berbaring kemudian pria itu duduk di pinggir ranjang gadis itu. "Istirahat lah." Suruhnya. Xavier mengambil ponsel yang tengah Zora mainkan, kemudian pria tampan itu menyelimuti gadis itu hingga batas dada.
"Take care." Suruh Xavier. Zora pun langsung menutup kedua kelopak mata.
•••
Beberapa hari telah berlalu dan di sinilah Zora. Ketika Melihat sekitar yang sepi, gadis itu langsung bergegas memanjat pohon mangga yang tengah berbuah dengan lebat.
Awalnya memang sedikit sulit untuk memanjatnya pohon itu. Namun, semakin keatas ranting yang semakin banyak membuat Zora lebih mudah untuk berpijak.
'Zora, maafin gue yang nikmatin mangga lo ini.'
Zora memetik mangga yang sudah berwarna oren-kemerahan itu dan memakan buah itu langsung dari atas sana.
'Ini baru hidup! Elegan, apa? Zora tidak kenal itu.'
"YA AMPUN NYONYA, TURUN NYONYA! NANTI ANDA TERJATUH!"
"PENGAWAL! CEPAT BAWAKAN MATRAS DAN TANGGA." Histeris para maid yang melihat Zora.
Sedangkan Zora yang tidak lain adalah nyonya mansion itu tengah asik memakan mangga yang telah ia petik seraya menggaruk telinga.
"Apakah mangga itu enak?"
"Ya, iyalah. Pake tanya lag..." Sebentar, suara ini terdengar familiar!
Zora mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdegup kencang tatkala ada seorang pria yang menatapnya horor di bawah sana. Gawat! Dengan senyuman di bibir pinknya, gadis itu pun berucap...
"Mas, mau?"
"Istri kecil, apakah kau suka bergelantungan seperti monyet?" tanya pria yang tidak lain adalah Xavier.
"T-turun, A-aku akan turun." Ucapnya cepat.
'Hiks, dasar peganggu!'
"SEBELAH SINI, KEKIRI SEDIKIT. BAIKLAH, NYONYA SILAHKAN TURUN." Ucap maid yang sibuk mengarahkan pengawal yang sedang membawa matras.
Zora yang sudah menggondol mangga di bajunya pun turun dengan Estetiknya. Itu lah tujuan awalnya, sebelum ia terpeleset dan malah kepalanya terlebih dahulu yang mencium mesra matras itu.
"NYONYA!"
Xavier mendekat dan mengangkat Zora begitu saja. "Istri kecil, apakah kau mau mengulanginya lagi!" Bukan pertanyaan tapi sebuah peringatan. Karna seperti biasa suaranya terdengar dingin.
Zora memegang dahinya seraya menggeleng. 'Ia tahu ia salah. Tapi, apakah harus di angkat seperti kucing?!'
'Dasar suami laknat, durhaka, durjana.'
"Apakah kau mengumpat padaku."
Zora terkaget, apakah Xavier bisa mendengar suara hatinya?
"Bodoh. Tentu saja tidak bisa! Dari raut wajahmu saja sudah terbaca."
Apakah sejelas itu!
"M-mas apakah boleh melepaskan tangan mu?"
Xavier tidak menjawab pertanyaan Zora. "Lihatlah wajahmu yang seperti babi itu." Ucapnya sarkas ketika melihat wajah Zora.
Jlebb
Tadi Monyet sekarang Babi.
Sepertinya, ada sebuah panah yang menancap ke hati mungil Zora.
Tidak heran, Inilah suaminya.
Zora berontak. Hati imut dan mungilnya tidak terima dengan ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.
Setelah terlepas, Zora memungut kembali mangga yang berjatuhan tadi ke bajunya. Dengan pipi merah menggembung, gadis itu pun meninggalkan Xavier.
Dasar kulkas.
Tembok.
Suami kardus.
Suami laknat.
Pengganggu.
Makinya di sepanjang jalan.
"Bi tolong kupas mangga ini. Kalau sudah, taruh di ruang keluarga."
"Baik nyonya."
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
2-September-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
FantasySejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir. Hingga suatu hari, Gadis itu mengalami Suatu peristiwa yang sangat sulit di terima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir itu...