.....SELAMAT MEMBACA.....
9:17
Zora duduk di bangku taman dengan di temani oleh Xavier yang juga duduk di sebelahnya, sedangkan gadis bernama Alora itu tengah bermain bersama teman yang baru di jumpainya.
"Maaf." Ucap Pria dingin di sampingnya itu.
Zora tidak salah dengar 'kan?
"Maaf, karena telah melakukan hal yang tidak kau sukai." Jelasnya.
"Mungkin ini bukan urusanmu. Tapi, maaf karna menyusahkan mu." Ucapnya lagi.
Terhitung Sudah tiga kali pria di sampingnya ini meminta maaf. Apakah pria ini benar seorang Xavier si mulut beracun itu?
"Jangan mengulanginya lagi, walaupun pernikahan ini tanpa cinta. Tapi aku tidak menerima wanita lainnya." Zora menatap Xavier. "Haha! Aku egois, ya?" Tanya nya.
Zora merasa dirinya egois, dia saja mempunyai dua suami. Tetapi ia sendiri tidak mau berbagi. Terlepas bahwa dirinya bukan pemilik asli, namun yang menempati tubuh ini kini adalah dirinya.
Setelah beberapa minggu waktu berlalu, ingatan pemilik asli pun mulai bermunculan. Kebenaran-kebenaran pun mulai terungkap. Bila ia kira pernikahan ini di lakukan berdasarkan cinta, nyatanya itu salah! Kakeknya. Ya, Ini adalah pernikahan hasil dari perjodohan yang kakeknya lakukan.
Tuan besar Marley adalah seorang yang sangat keras, apa yang dirinya inginkan harus ia dapatkan. Perjanjian antara tiga keluarga membuat Azora menjadi korbannya. Pada saat itu, gadis itu tengah kacau karena kepergian cinta pertamanya. Akhirnya, Zora memilih untuk patuh. Bisa kalian bayangkan bagaimana murkanya Damian dan Daddynya pada saat itu. Dan tepat beberapa hari setelah pernikahan itu, kakeknya di nyatakan meninggal. Semuanya tidak menyangka, bahwa itu adalah keinginan terakhir kakeknya.
Dan Berdasarkan ingatan yang Zora terima, pemilik tubuh ini masih mencintai sosok pria yang menjadi cinta pertamanya, tentu pria itu bukan Xavier maupun Jonathan.
Melainkan seseorang yang penuh dengan kehangatan. Yang berakhir terpisah karna sebuah keadaan.
"Tidak! Aku tidak tahu pemikiran orang lain, tapi aku pikir seseorang sepertimu pantas mendapatkan sesuatu yang lebih. Tapi jujur, aku juga tidak menerima satu pria lagi."
Zora dan Xavier saling menatap kemudian keduanya tertawa bersama.
Sedangkan di tempat yang sama, seseorang melihat interaksi sepasang suami istri itu dari kejauhan.
"Tampaknya, Kau sangat bahagia. Aku senang. namun disisi lain, aku pun merasa sedih. Aku sadar bahwa di sisimu itu kini bukanlah tempatku lagi. Namun, bila kedua pria itu melukaimu, Aku tidak akan tinggal diam!"
"Adik, bisakah kau membantuku memberikan ini untuk kakak perempuan yang ada disana? Ah, ini untukmu." Pria itu memberikan sebuah coklat dengan secarik kertas kepada bocah kecil.
Kemudian bocah itu pun mengangguk dan melangkah pergi untuk memberikan kertas kepada kakak perempuan yang pria itu maksud.
"Kakak cantik." Panggilnya.
Zora menyernyit, kemudian gadis itu tersenyum melihat wajah menggemaskan bocah kecil yang memanggilnya itu.
Bocah itu menyodorkan kertas dan coklat. "Ini ada titipan dari paman yang ada disana." Tunjuknya. Zora mengambil kertas dan coklat itu dan menatap kearah yang di tunjuk anak itu. Namun, tidak ada siapa-siapa.
"Bye, kakak cantik." Anak itu berlari menyusul temannya.
"Apa?" Tanya Xavier.
"Coklat dan.. Tunggu," Zora mengambil secarik kertas yang terjatuh di hijaunya rumput taman.
Aku berharap kau akan selalu tersenyum dan tertawa lepas, seperti itu.
-A"A?" Gumamnya, sepertinya ia pernah melihat tulisan ini dan bungkus coklat ini.
"Ada apa?"
Zora tersadar Dari lamunannya, "Ah, tidak." Jawabnya cepat yang membuat Xavier ragu.
•••
Seorang pria tengah merenungi nasibnya. Pria itu adalah Mark yang lagi dan lagi tersolimi.
Presdirnya yang tiba-tiba menyerah kan seluruh pekerjaan kepadanya, membuat pria itu kewalahan.
"Mobil sialan."
Yah, dan itulah. Xavier menyogok Mark dengan sebuah mobil mewah. tentu Mark langsung menerimanya dengan semangat empat-lima tanpa tahu bahwa pekerjaan yang akan ia kerjakan sebanyak ini.
Tidak apa-apa Mark. Mobilnya kan bisa di pake buat jalan-jalan sama ayang..
•••
Kryuk.. Kryukk
[anggep aja suara perut bunyi]
"Ta, Alola lapel.. Alola au akan pelmen."
Tuk
Zora menyentil dahi Alora pelan. "Duh, atit ta. Hiks.."
"Nakal. No permen! Laper ko makan permen, nanti kakak adukan sama Daddy gimana?"
"Angan hiks.. Tata aduan. Alola ndak cuka." Dumelnya.
Beberapa menit berlalu ketiganya pun kini berada di sebuah Restoran. "Bapak, kakak. Mau pesan apa? Silahkan di lihat menunya." Ucap Pelayan memberikan sebuah buku menu.
Xavier yang mendengar panggilan itu menghela nafas sabar.
'Bapak! Kakak? Sialan. Setua itu kah wajahku.' Batin Xavier.
_B E R S A M B U N G_
I think you'd like this chapter!!
16-OKTOBER-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ZORA
FantasySejak kecil, Zora tidak pernah percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir. Hingga suatu hari, Gadis itu mengalami Suatu peristiwa yang sangat sulit di terima oleh akal sehatnya. Sejak itu pula, Zora percaya dengan sesuatu yang di sebut takdir itu...