55. Asa untuk Tuhan

599 160 14
                                    

Saat itu, Erin terlihat begitu cantik.

Cantik untuk pulang,
Cantik untuk memeluk Abi dan umi,
Cantik untuk sembuh,
Dan cantik untuk menetap di rumah yang sesungguhnya.

Untuk meninggalkan rumah Pradika saja secantik itu. Namun, raut wajahnya yang sendu mampu membuat siapapun merasa tercabik hatinya.

Jaemin khususnya. Dengan jelas dirinya melihat kesedihan yang tercetak di paras jelita Erin. Terduduk bersama sang kakak, yang kala itu tengah menatap Jeno tajam dihadapannya.

Semua berkumpul, sebelum Yeonjun benar-benar membawa Erin untuk pergi dari rumah Pradika.

"Sebelum itu, gue menuntut kejelasan dari lo, Jen. Apa yang membuat lo melakukan hal semenyakitkan ini ke teteh?" Suara Yeonjun menginterupsi.

Dalam kesadarannya yang masih ada meski kepala diserang Pening hebat, Jeno hanya menunduk, tak berani menatap Yeonjun.

Jaemin menepuk bahu Jeno. "Bang, sadar. Istighfar," bisiknya.

Haechan hanya bisa terdiam menenangkan Jisung yang tengah menangis karna tak terima Erin harus pulang

"Abang jangan diem aja dong, bang!" Desis Chenle, merasa kesal dengan keterdiaman Jeno.

Yeonjun mengusap wajahnya, beristighfar berkali-kali agar kalimat-kalimat itu mampu menahan bisikan saithan yang mendorong emosinya.

"Sekali lagi Gua nany-"

"Gue cuma berharap teteh ngelihat gue, bang. Gue gini karna gak rela teteh di kerumuni cowok-cowok yang haus sama harapan mereka biar bisa milikin teteh. Disaat gue gak jadi pilihan dan kepercayaan buat lamar teteh, mas Haechan dengan senangnya dipilih. Nasib orang lain yang mencintai teteh gimana bang?"

"Gue gak terima teteh jatuh ke pelukan salah satu dari kita. Entah itu gue sendiri, tapi gue gabisa. Gue ngerasa marah sama diri sendiri yang fakir ilmu ini sehingga berkali-kali gue berkaca buat sadar posisi."

"Teteh mungkin pilihan terbaik buat gue, tapi gue? Saat ini pun teteh lagi-lagi terluka sama kelakuan gue. Kepercayaannya gue rusak bang... Maaf... Maafin gue."

Yeonjun mengepalkan tangannya. Cinta memang gila. Membuat siapapun sering terkecoh akan perasaannya sendiri.

Cinta yang menimbulkan sebuah hasrat dan asa.

Alih-alih mereka simpan asa itu pada Tuhan, justru mereka menyimpannya kepada manusia yang setiap kali akan berubah-ubah.

"Gue tau alasan kenapa almarhum Renjun gak pilih Lo, jen." Ucapnya, kemudian mengusap air mata perlahan. Air mata kemarahan yang terpendam.

Erin terisak, ia memeluk tangan kanan Yeonjun. Sembari berbisik, "Udah a... Ayo kita pulang."

"Lo harusnya liat juga Haechan, Jeno. Lo renungin apa yang membuat AA Lo milih Haechan. Lo terlalu mengutamakan ego! Berjuang cuma setengah-setengah, sibuk sadar posisi katanya? Atau Lo sibuk insecure? Kalo lo merasa fakir akan ilmu kenapa Lo gak makin deketin Allah dan belajar banyak hal lagi tentang Cinta Allah?"

Yeonjun meraih tangan Erin dengan lembut, mengusapnya dengan hati-hati. "Kalian lihat? Untuk sampai ke titik ini sebagai kakak Erin gak semudah itu. Gue ngutamain kebahagiaan dan kenyamanan dia, mengutamakan segala hal tentang dia..."

"Karna tanpa lahirnya, semesta gue gak akan se-sempurna ini..." Lanjutnya.

Lelaki itu mengusap kepala adik tercintanya.

"Disaat Gue sama Abi yang menjaga setiap tutur kata biar dia gak sakit hati, kenapa Jeno justru dengan mudahnya mencabik hati seorang perempuan yang diratukan ayahnya sendiri? Secara gak langsung Jeno maupun kalian udah menggores permata berharga milik kerajaan kami."

Teteh || Nct Dream Donde viven las historias. Descúbrelo ahora