61. Kedatangan

530 127 40
                                    

Tak ada yang berubah dari Bandung, semua sama saja selama 4 Tahun ini.

Jalan yang sama, hanya saja beberapa bangunan bertambah.
Pepohonan semakin bertambah, membuat jalanan kian sejuk.

Namun, bukan itu yang tengah membawa gadis ber-jas itu ke dalam putaran memori 4 tahun lalu. Melainkan sebuah pesva yang melewati jalanan itu, di kendarai oleh sosok lelaki yang membicarakan banyak hal pada perempuan dalam boncengannya.

"Teteh, mas punya tebak tebakan."

"Apa sok?"

"Hukum Nun mati ketemu huruf Ba itu apa?"

"Iqlab."

"Terus bedanya Iqlab Sama teteh?"

"Apa?"

"Tebak dungg."

"Eumm kalo teteh kan manusia, jadi hukumnya udah dari Allah gitu?"

"Salah atuh! Jauh teuing!"

"Teteh nyerah, apa jawabannya?"

"Kalo iqlab jelas pertemuan antara Nun mati atau tanwin dengan Ba..."

"...tapi kalo teteh ketemu mas, jadinya Ijab.”

Bahkan dirinya ingat, bagaimana ia  menahan senyum, lantas tertawa di sepanjang jalan yang mengukir kenangan.

“Mang Akim, mau seblaknya 1 yaa, pedesnya dikit aja.”

Kedai seblak kecil yang tak jauh dari komplek, terbangun sudah 1 tahun lamanya.

Ia melirik jam tangannya, kemudian bercermin untuk membenahi hijab.

Semua hal yang terukir di jalan besar depan komplek, membuatnya kian rindu kehidupan 4 tahun lalu.

Mengasuh 6 orang dewasa, yang ia kira tadinya hanya mengasuh bayi majikannya. Tak cukup disana, hubungan yang ada tentunya tak semudah dan sekecil perkiraan.

Justru, dari semua itu, ia memiliki hubungan yang begitu dalam. Kasih sayang pada seorang adik, pada majikannya, bahkan pada seseorang yang saat ini selalu ia cintai.

Sudah abadi di tempat yang seharusnya, meninggalkan senyum yang begitu sulit di lupakan.

“Bunda!”

Menoleh secara refleks, gadis itu tersenyum ketika mendapati seorang anak lelaki berusia 5 Tahun, berlari ke arahnya.

Ia mendekat, kemudian memeluk anak lelaki itu.

“Kien, mana ayah?”

Anak lelaki bernama Kienan Auladzaki itu, menunjuk seseorang dengan kemeja kusut, dengan jas putih tersampir di lengan kirinya.

“Bunda Erin lagi apa disini?”

Erin berdesis sebal, kemudian terkekeh sembari mengecup pipi Kien sekilas.

“Lagi jajan seblak.”

“Loh, bukannya baru 2 hari yang lalu kamu makan seblak?”

“Hah? Apasi, orang aku baru kali ini. Terakhir makan terhitung udah 3 Minggu 4 hari.”

Lelaki itu terkekeh sembari mengusap kepala si gadis pelan.

“Awas ya, saya tau laporan kesehatan tercatat kamu.”

“Iya, bapak Razka yang terhormat.”

Kemudian keduanya tertawa. Membuat Kienan ikut tertawa dan memeluk Erin begitu girang.

Teteh || Nct Dream Where stories live. Discover now