Episode 43 : Eye for an Eye

112 15 0
                                    

"Jadi Pak, inisial KWB ini menyuruh seseorang untuk membunuh Brigadir Wu Jin?" Seorang wartawan wanita berbaju terusan coklat bertanya kepada Gong Tae di depan kantor polisi Jeongpo Gangnam.

Sebenarnya tidak ada perjanjian konferensi pers saat ini, akan tetapi Gong Tae ingin memberi sedikit ketenangan pada keluarga Wu Jin mengenai perkembangan kasus. Gong Tae sudah lama bersama dengan Wu Jin. Walau sepertinya Wu Jin ingin pengacara Kim membunuh dirinya. Gong Tae tetap menghormatinya sebagai rekan baik di awal-awal dia masuk Kepolisian.

"Benar. Dia menyuruh orang lain. Yang bersangkutan juga dipastikan meninggal di rumah ibu kandungnya karena luka tembak," jawab Gong Tae memberi keterangan.

"Apa motif Pengacara Kim oh maksud saya KWB ini membunuh rekan anda pak Gong Tae?" tanya seorang wartawan senior pria yang Gong Tae sudah hafal wajahnya dari kasus Meredith ke yang lebih lampau. Seperti biasa, pertanyaannya lebih pedas dari Samyang Ramen.

"Motif sedang dalam penyidikan."

"Pak Tae. Apakah kasus ini ada hubungannya dengan kasus meninggalnya warga negara Australia yang lalu?"

Gong Tae heran dengan kecepatan para wartawan ini mendapat informasi. Mungkin memang masih dalam dugaan. Akan tetapi ...
"Mengenai motif dan dugaan masih sedang didalami lebih lanjut." Gong Tae menjawab dengan alasan normatif.

"Kapan KWB akan ditetapkan sebagai tersangka?"

"Mengenai hal itu kami akan terus berkoordinasi dengan rekan-rekan kami di kepolisian termasuk pemeriksaan terhadap tersangka." Gong Tae membungkuk lalu berbalik memasuki kantor. Meninggalkan ketidakpuasan.

"Dapatkah Anda menyelidiki kasus ini dengan adil Pak?!"

"Apa benar ada keterlibatan orang besar pak?!"

Suara sautan para wartawan masih terdengar sampai Gong Tae menutup pintu kantor dengan rapat.

Saat Gong Tae masuk, bagian keuangan sudah lama menunggu dirinya. Datang langsung dari ruang Kepala Polisi.

"Tae!" Lalu dia membuka smartphone dan men-screenshot sesuatu dan mengirimkannya ke Line.

Tae mendengar dentingan ringtone lalu membuka Line tersebut.
Terpampang screenshot bukti transfer reimburse.
"Akhirnya!" Tae berteriak.

Bagian keuangan itu mendekati Tae memintanya untuk menandatangani invoice.

"Kenapa lama sekali?" tanya Tae.

Bagian keuangan tak memperlihatkan wajahnya kepada Tae, dia menunduk seperti sibuk. "Kau dipanggil ke ruang pak Kepala," katanya singkat, lalu menepuk bahunya dengan lembut beberapa kali. Dan berlalu.

Tae berbalik heran melihat sikap sang bagian keuangan. Perasaannya tak enak mengenai hal ini.

Tae lalu memasuki ruang pak Kepala Polisi. Ruangan bersekat kaca film gelap dengan tirai panjang yang melingkari sekat kacanya. Beliau duduk di hadapan meja kerjanya yang bersih tanpa dokumen yang menumpuk.  Hanya ada komputer LED dan telefon kantor yang sudah jarang digunakan. Kepala Polisi tersenyum ambigu.
"Duduk Tae. Di sofa saja."

Tae lalu duduk di sofa dua seat dan sang kepala di armchair di hadapannya. Mereka dibatasi oleh coffee table di tengah.
"Mengenai kasus pengacara Kim. Kau dibantu oleh Kwak Yeon?"

"Siapa? tanya Tae tak ingat.

"Anak baru di IT?"

"Ah ... Iya pak benar, maaf. Ah masalah izin itu sepenuhnya tanggung jawab saya. Saya akui saya menggunakan kesenioritasan saya untuk itu. Jadi dia anak baru mungkin ... Jangan salahkan dia untuk itu."

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang