Episode 5 : The Airport

457 51 2
                                    

I can't take my eyes off you
I can't take my eyes off you

Did I say that I loathe you?
Did I say that I want to leave it all behind?

I can't take my mind off you
I can't take my mind off you

Damien Rice
(The Blower's Daughter)

***

"Saya tidak tahu, Dokter. Tadi, Dita sempat mengenali saya dan juga Ayah. Benarkan, Yah?" Dika dengan raut lelah yang tampak jelas mulai menjelaskan kepada Dokter yang bertanggung jawab atas Dita.

"Iya, benar. Dita bahkan memeluk kami," kata Pak Nyoman, mengiyakan sambil mengangguk dengan raut bingung.

"Apa pemicunya?" tanya Ibu Dokter.

"Pemicu?" Dika balas bertanya kebingungan. Mana mungkin dia bisa tahu bukan?

"Apa yang dia lihat sebelum dia seperti itu?" Dokter memperjelas kembali kalimatnya agar mereka bisa mengerti.

Dika mengangguk paham, buru-buru mengeluarkan cincin dari kantongnya.

"Jangan pernah tunjukan itu lagi padanya!" tegas Dokter setelah mengamati cincin itu sejenak.

Dika dan Pak Nyoman saling berpandangan satu sama lain kemudian menghela napas panjang.

"Dok, sampai kapan anak saya berhenti ... dengan kondisi seperti itu." Suara Pak Nyoman terdengar bergetar.

Kini pandangan mata Dita tampak kosong tanpa kehidupan. Air matanya hanya terus bergulir tanpa bisa ditahan. Diam, tak bersuara.

"Saya tidak bisa menjawab, Pak. Nanti saya akan merekomendasikan psikiater rumah sakit ini secepatnya," kata Dokter, mengatakan apa yang dia pikirkan secara jujur.

Pak Nyoman kembali menangis terisak hingga kehilangan kekuatannya untuk bangkit. Gayatri yang sejak tadi duduk di sebelah Dita, segera berlari memapah tubuh Pak Nyoman menuju kursi. Dika yang melihat itu hanya mematung.

Lina yang berada dalam ruangan perawatan melangkah keluar, berjalan menuju Ismi yang sejak tadi hanya bersandar di dinding.

"Ah, aku tak kuat di dalam, Mi. Sesak rasanya," ujar Lina kepada Ismi yang masih termenung.

Ismi menghela napas panjang. "Kayaknya baru kemarin kita lihat Kak Dita dan Kak Dika bahagia banget. Kita nggak tau hidup bakal bawa kita ke mana."

Saat itu, Ismi melihat sepasang ibu-ibu mencuri-curi pandang ke arah kamar perawatan Dita.

"Heh! Heh! Kalian sedang apa? Ini bukan tontonan!" Ismi membentak hingga keduanya tersentak kaget.

Dengan langkah lebar dan cepat, keduanya pergi dari sana.

"Ih,lingkungan kita sudah nggak aman ya, Jeng," kata Ibu-ibu berambut Dora dan kacamata kucing yang dikenakannya.

Mistake in Love (Sudah Terbit. Pemesanan lihat halaman terakhir.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang